Pages

Sabtu, 31 Oktober 2015

[Resensi: Rahasia Pelangi - Riawani Elyta & Shabrina Ws] Cinta yang Belajar dari Ketabahan Gajah


Judul buku: Rahasia Pelangi
Penulis: Riawani Elyta & Shabrina Ws
Editor: Bernard Batubara & Yulliya
Desainer sampul: Mulya Printis
Penerbit: Gagas Media
Tahun terbit: 2015
Tebal buku: x + 326 halaman
ISBN: 979-780-820-3
Available at: www.bukupedia.com



BLURB

Katamu, ada pelangi setelah hujan.
Kau hadir, mengulurkan tanganmu.
Ajak aku melangkah, bersamamu.

Bisakah cinta menghilangkan rasa takut?
Juga memupuk rindu
yang mulai bertunas di hati?

Sepertimu, Anjani dan Rachel juga mencari cinta.
Namun, mereka tak pernah menduga
ternyata cinta segelap hutan di tengah malam.

Sementara bagi laki-laki itu,
ia baru menyadari
bahwa hidup ternyata seperti hutan.
Jika tak hati-hati, banyak ranting
yang akan membuatmu luka.

Dalam gelap hutan,
akankah pelangi terlihat sama indahnya?


RESENSI

Kisah diawali dengan tragedi di arena sirkus yang disaksikan Anjani. Ketika masih kecil, Anjani yang menonton sirkus bersama Ayah menyaksikan kejadian mengerikan saat gajah sirkus yang sedang melakukan atraksi tanpa sengaja menginjak anaknya sendiri dan kemudian membanting anak gajah yang malang itu.
Anjani yang merasa trauma, kemudian memutuskan ia harus menghadapi rasa takutnya secara langsung dengan menjadi mahout. Dengan semakin seringnya ia berada di dekat gajah, mengurus dan melatih gajah, ia pun sedikit demi sedikit berhasil mengenyahkan rasa trauma itu. Bersama Chay, seorang mahout senior dan mahout-mahout lain, Anjani bertugas di Taman Nasional Tesso Nilo, dan menjadi tim Flying Squad yaitu tim patroli gajah latih yang mengusir gajah-gajah liar yang tanpa sengaja masuk area perkebunan dan pemukiman warga.
Di sisi lain ada Rachel, seorang gadis penuh semangat yang merupakan aktivis di Change World Organization. Meskipun Rachel adalah anggota termuda di CWO cabang Pekanbaru namun ia mendapat kepercayaan untuk melakukan survei lapangan ke Taman Nasional Tesso Nilo bersama Febri.
Maka di TNTN itulah mereka berempat bertemu. Anjani, Rachel, Chay dan Febri. Empat insan yang sama-sama punya kepedulian besar terhadap lingkungan. Empat jiwa yang mencari cinta di antara aktivitas mereka yang penuh dedikasi.
Ketika Anjani melihat kedekatan Rachel dengan Chay, sontak hatinya terbakar. Anjani pun menjauhi dan mendiamkan mereka.
Hingga tiba hari penyerangan. Ketika gajah-gajah liar menyerbu perkebunan, ketika tim Flying Squad berusaha mengusir gajah-gajah itu, terjadilah tragedi kedua yang hampir sama di depan mata Anjani. Gajah liar itu mengejar dan menginjak Rachel.
Bagaimana nasib Rachel? Apakah Anjani pantas disalahkan? Masihkah ada pelangi yang akan menyambut mereka di balik semua tragedi?

------------

Akhirnya kesampaian juga baca buku ini. Bagi saya, mahout adalah pekerjaan paling keren di dunia. Mereka gagah, mereka telaten dan mereka luar biasa berani. Sudah sejak lama saya mengidamkan ada penulis yang mengangkat profesi mahout. Dari dulu di benak saya, saya mengangankan cerita yang tokoh cowoknya adalah mahout sementara tokoh ceweknya adalah pihak dari korporat yang memiliki perkebunan. Huhuu antara cinta dan kontra kepentingan begitu, deh. :)))

Tapi, di novel ini semua tokohnya merupakan pendekar-pendekar lingkungan. Orang-orang yang berusaha melindungi alam dan menghentikan konflik gajah.
Rahasia Pelangi diceritakan dari sudut pandang orang pertama secara bergantian antara Anjani dan Rachel. Meski sama-sama berkisah sebagai "aku", "suara" mereka sangat berbeda. Anjani lebih religius dan pendiam, sifatnya yang lembut namun berani memang pas sebagai mahout. Sementara Rachel begitu spontan dan tanpa tedeng aling-aling. Memang sepertinya begitulah aktivis lingkungan ya? ^^

Setting yang disajikan dideskripsikan dengan jelas. Bukan hanya gambaran keindahan alam tapi juga kerusakan alam dan kabut asap. Selain setting, hal yang dituliskan secara mendetail dan alami adalah perilaku gajah.
Bagi saya yang telah memperhatikan gajah dan mahout sejak lama, saya memang sudah memahami informasi yang dipaparkan dalam Rahasia Pelangi, tapi bisa saya katakan, novel ini benar-benar akan membuka wawasan pembaca tentang gajah, mahout, dan kerusakan alam. Adanya kesalahpahaman terhadap gajah juga diluruskan oleh novel ini.
Jempol banget untuk isu yang diangkat. Kita tahu bahwa selama bertahun-tahun konflik gajah selalu memakan korban. Sebagai mamalia terbesar di daratan, daya jelajah gajah sangat besar, namun mereka kini terkepung keserakahan manusia. Inilah yang mengakibatkan konflik antara gajah dan manusia.

Porsi romannya sedikit, memang ada debaran-debaran, situasi canggung, tapi nggak terlalu romantis. Sayang ya, padahal aktivis lingkungan juga manusia, yang juga berhak mendapatkan saat-saat romantis. Hehe...
Tapi Chay dan Febri memang sosok-sosok keren yang berkarisma. Saya sih memang suka sama cowok yang mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian alam dan kepedulian terhadap sesama jadi yaaa.... mereka berdua itu auranya keren banget!
Hanya saya memang kurang suka pada karakter Rachel yang nggak berpikir panjang dan sembrono. Kata-katanya juga ceplas-ceplos tanpa dipikir dulu.
Dan tokoh-tokoh ini benar-benar bikin iri, mereka punya kontribusi besar dalam isu penyelamatan lingkungan. Bisa terjun langsung dan berhadapan sendiri dengan gajah-gajah itu. Hiks... pengiiiin.

Beberapa kesalahan kata dan kalimat dalam novel ini:
* Tapi, malam berikutnya yang kami sepakati itu tak pernah terjadi lagi karena selalu makan malam aku menutup kamarku dan mengganti lampunya dengan lampu kecil. ——> ...karena selalu selesai makan malam... (hlm. 171)
* sambal ——> sambil (hlm. 195)
* persistiwa ——> peristiwa (hlm. 218)
* Tetapi, aku yakin, jika satu orang saja telah mengetahuinya, tak perlu menunggu lama untuk membuat semua rumah yang ada di cluster ini. ——> ....membuat heboh semua rumah... (hlm. 235)

Saya rekomendasikan novel Rahasia Pelangi ini bagi teman-teman yang ingin memahami seluk beluk gajah dan konflik mendesak antara manusia dengan alam. Karena novel ini mengajarkan kita agar lebih peduli pada alam sekitar. Juga agar kita belajar untuk tidak sembrono dan bagaimana bangkit dari keterpurukan.

TEBAR-TEBAR QUOTE

Kita memang tak bisa lari dari masa lalu. Namun, kita punya pilihan, berdamai dengan waktu. (hlm. 1)

Alam memberi banyak hal daripada yang ia dapatkan. Sementara, kita mencari banyak alasan untuk memberi pada alam. (hlm. 7)

Alam adalah guru yang tak menua oleh waktu. (hlm. 61)

Pada gajah, kita belajar ketulusan, bagaimana mendengarkan dan bersikap tenang. (hlm. 79)

Saat kerikil datang, cinta bisa bermetamorfosis menjadi rasa yang berbeda, dan jaraknya hanya tinggal selapis kertas dengan rasa benci. (hlm. 109)

Prasangka bisa mengubah setitik bara menjelma kobaran yang tak terduga. (hlm. 129)

Bicara tentang hutan semestinya bukan hanya tentang pohon, tetapi juga tentang keselamatan bersama. Jika hutan aman, penghuninya akan merasa nyaman, dan manusia pun akan merasa tenteram. Masalahnya, siapa yang telah mengubah lebatnya hutan menjadi hamparan tumbuhan komersil seperti ini kalau bukan manusia? (hlm. 141-142)

Kadang, kaki terpeleset tak hanya di tempat basah, tetapi juga tergelincir di jalan berpasir. Namun, pasti tak ada satu langkah pun yang ingin terjatuh, apalagi tak bisa bangkit lagi. (hlm. 151)

Gajah menyimpan semua hal dari perjalanan hidupnya. Namun, mereka selalu bersikap dengan kejernihan berpikirnya. (hlm. 193)

Ada perhatian tak kasatmata. Ia bernama, doa dalam diam. (hlm. 291)

Cinta bukan seberapa banyak kau mengatakan, melainkan sejauh mana kau membuktikan. (hlm. 317)

6 komentar: