Judul buku: Awaiting You
Penulis: Nadya Prayudhi
Editor: Herlina P. Dewi
Proof Reader: Weka Swasti & Tikah Kumala
Desain Cover: Theresia Rosary
Penerbit: Stiletto Book
Tahun terbit: Juni 2015
ISBN: 978-602-7572-40-9
Available at: bukupedia
BLURB
Hilang!
Sam, suami Amora, sang chief editor Majalah Fashionette, mendadak hilang. Di tengah kekalutan dan kekacauan hidupnya, Amora dihadapkan berbagai macam ujian: anaknya bermasalah di sekolah, didekati Lody si berondong di kantornya, mendapat simpati berlebihan dari sahabat sang suami, bertemu kembali dengan cinta lama, dan diteror oleh seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya. Semua itu membuat dirinya semakin frustasi hingga akhirnya Amora memutuskan cuti sementara dari pekerjaannya. Dan mulai mencari Sam.
Seiring berjalannya waktu, ia mulai menemukan foto-foto baru yang diunggah ke laman Facebook Sam-yang membuat Amora semakin bertanya-tanya: Ke manakah Sam? Apa yang terjadi padanya?
Jika dia masih hidup, mengapa tidak menghubungi Amora?
Akankah dia pulang? Atau, akankah dia menghilang selamanya?
RESENSI
Sam. Anak-anak merindukanmu. Aku merindukanmu. Pulanglah. (hal. 12)
Hidup Amora sungguh sempurna. Pekerjaannya sebagai chief editor majalah fashion membuatnya jadi wanita karir yang sukses. Meskipun ia memiliki dua buah hati bersama Sam, suaminya, ia tetap belum bisa melepaskan pekerjaannya untuk jadi ibu rumah tangga sepenuhnya.
Namun suatu hari, kesempurnaan itu retak karena Sam menghilang. Sam yang seharusnya berangkat ke Tokyo untuk menemui rekan bisnis ternyata tidak pernah sampai ke kota itu. Amora melihat Sam terakhir kali di Bandara Soekarno-Hatta saat melepas Sam pergi. Tapi semenjak itu Sam menghilang dan tidak bisa dihubungi sama sekali.
Di tengah kegalauannya, Amora bertemu dengan Lody, fotografer muda yang menjadi karyawan baru di majalah tempatnya bekerja. Lody yang tampan itu ternyata menaruh hati pada Amora dan tanpa malu menunjukkan perasaannya. Bukan hanya itu, Gavin, sahabat Sam, juga menaruh perhatian pada Amora. Amora mati-matian menolak semua perhatian itu karena ia tetaplah seorang istri meskipun suaminya entah ada di mana.
Tak sabar akan informasi keberadaan Sam yang hanya secuil-secuil dan didorong oleh foto pemandangan Tian Tan Budha di laman facebook Sam, Amora pergi ke Hongkong. Ia berharap bisa menemukan Sam. Tapi nihil. Sam tetap hilang.
Keputusasaan bagai ombak yang siap menelan kewarasan Amora. Anak-anak yang membuat masalah, pria-pria yang mulai berani mendekatinya setelah hilangnya Sam, membuat Amora butuh jangkar untuk bertahan. Uluran siapakah yang akan ia sambut? Apakah Lody si berondong nan perhatian, Gavin sang sahabat suaminya yang telah bertunangan, Juan si mantan kekasihnya semasa kuliah dulu atau Beamy, sahabatnya dalam susah maupun senang? Ataukah Amora tetap akan menunggu kepulangan Sam demi anak-anaknya?
---------
Membaca Awaiting You ini membuat saya iri. Betapa warasnya Amora meski digempur cobaan demi cobaan. Yaah... walau saya sendiri nggak mungkin menganggap perhatian dari pria-pria nan tampan itu sebagai cobaan, itu kan anugerah *plak* :))))
Dari awal saya dibuat menebak-nebak bersama Amora tentang alasan kepergian Sam. Tadinya saya pikir Sam nggak puas karena Amora lebih memilih karir daripada keluarga, tapi saat tahu betapa rasionalnya dan tenangnya Amora menghadapi kenakalan anak-anaknya, perkiraan itu terbantahkan. Saya sangat suka cara Amora menghadapi pihak sekolah dan dengan gagah melindungi mental putranya. Tapi Amora juga tidak percaya buta begitu saja pada putranya. Ia menangani masalah putranya dengan bijak. Amora bukan hanya bertanggung jawab pada perusahaan tapi juga pada keluarganya.
Konfliknya cukup beragam meski semua bersumber dari hilangnya Sam. Bagai efek domino, begitu Sam menghilang masalah mulai bermunculan. Anak-anak yang mulai cari masalah, suster pengasuh yang memilih pulang kampung, pria-pria yang mulai PDKT, pacar-pacar mereka yang cemburu. Benar-benar aliran kisah rumit yang berawal dari sebab satu kehilangan.
Meski menggunakan POV orang ketiga, tapi saya dengan gamblang merasakan betapa frustasi dan galaunya Amora.
Banyaknya karakter yang muncul nggak akan membuat bingung karena setiap tokoh muncul dengan karakteristik yang khas. Nuansa kehadiran mereka dan efeknya bagi Amora juga berbeda-beda.
Dan tentu saja saya menyukai Lody si berondong yang gigih dan blak-blakan.
Pria yang lebih muda memang seolah punya semangat lebih untuk mendekati wanita yang lebih tua ya. Saya jadi ingat dengan berondong saya. Hahaha! *halaah baper* :D
Tapi beberapa tokoh juga begitu pengecut. Dewasa tapi pengecut, sebel jadinya :p
Saya nggak menyangka akan twistnya. Dua kali pula. Oke, yang terakhir memang saya sudah meraba tapi tetap membuat saya terkaget-kaget. Tetap saja saya nggak yakin 100% akan ke mana arah endingnya. Kejutan-kejutan kecil tak terduga juga tersaji beberapa kali.
Sayangnya romannya kurang. Huhuuu karena novel ini tentang penantian seorang istri jadi jangan mengharap adegan yang bikin meleleh. Penyelesaian novel ini juga terlalu sederhana kalau mengingat betapa rumitnya semua di tengah cerita.
Nggak ada typo dalam novel ini, tapi saya menemukan beberapa kesalahan tanda baca semacam penggunaan titik padahal seharusnya koma dan dua kata yang tidak dipisah spasi.
Saya merekomendasikan novel ini yang membuat saya memahami bagaimana cara menghadapi kesalahan seorang anak. Bukan dengan asal main hukum, bukan dengan melemahkan mental mereka. Point yang meski porsinya kecil tapi meresap dalam ke hati saya. Juga tentang keteguhan seorang istri, yang tetap mempertahankan moralnya sebagai istri walau di tengah ketidakpastian.
TEBAR-TEBAR QUOTE
Di mataku, dia pria yang pas. Pas segala-galanya. Mengapa aku tak menyebut Sam sempurna? Karena orang yang sempurna itu tidak pernah ada. Tapi pria yang pas segala-galanya itu ada. Sayangnya, pria ini sekarang menghilang entah ke mana. (hal. 40)
Namun ia tahu, menjadi ibu yang baik salah satu kuncinya adalah dengan berkorban. (hal. 72)
Saat sedang susah, manusia sering kali bilang "Why me?" Padahal bisa saja Tuhan mengatakan "Why not?" (hal. 95)
Cinta tak semestinya dibatasi umur, Bu. (hal. 113)
"Bagaimana kamu bisa tahu kita nggak jodoh kalau kamu berusaha mempertahankannya saja tidak?" (hal. 150)
"Kadang apa yang sudah tidak bisa kita miliki, adalah yang terbaik bagi kita. Memang susah menerimanya. Tapi pelan-pelan, Ibu bisa memberi waktu buat hati Ibu." (hal. 198)
Bahwa cinta yang telah pergi bisa saja tergantikan. Bahwa cinta bisa datang dari mana saja. Dari siapa saja. Kapan saja. Pria ini mengajarkan, kesepian itu takkan pernah lama singgah jika kita percaya pada cinta. (229)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar