Sudah baca review Maneken sebelumnya? Yuk sekarang kita berbincang-bincang dengan sang penulisnya, Kak Sangaji Munkian :)
Halo Kak Sangaji, sebagai penulis novel Maneken, bisa perkenalkan diri kakak ke pembaca?
>Halo, perkenalkan, nama saya Sangaji Munkian, nama di bukunya sih SJ. Munkian biar gimana gitu, #abaikan. Aku lahir dan hidup di bumi sejak tahun 1993, tinggal di Bandung, baru selesai pendidikan tinggi, hobi menulis sejak SMP dan mengejahwantahkan menulis sebagai passion sejak SMA, dulu sering banget nulis kutipan, puisi, cerpen dan memanjang hingga jadi novel. Dan Maneken adalah salah satunya. Yuk baca #udahpromoaja
Ide awal penulisan Maneken ini dari mana sih, Kak?
Berasal dari dua hal, yang pertama adalah pengalaman yang seringkali kita lakukan jika berjalan-jalan di di daerah pertokoan yang menjajakan baju, pasti kita akan mendapati maneken-maneken, nah di sanalah sebuah imajinasi liar berpendar, bagaimana jika boneka peraga itu sebetulnya punya pikiran, punya kehidupan dan kisah sendiri, dapat berkomunikasi antar boneka hanya saja kita terlalu sibuk dan terlalu tidak mempercayai hal tersebut.
Kemudian yang kedua adalah, pada tahun 2011, Letto Band (Band Indonesia favorit, yang menurutku lagu-lagunya paling nyastra, berima dan bermakna) mengeluarkan lagu dan video klip berjudul Dalam Duka, di sana mengisahkan kisah melankolis nan menyentuh tentang sebuah maneken, nah… berasal dari kedua hal itulah Novel Maneken ini meretas sebagai ide dan mewujud buku yang dipajang.
Mengapa Kakak memilih menulis genre fantasy, apakah genre ini zona nyaman atau tantangan bagi kakak?
Aku meyakini semua orang mempunyai kepercayaan, sekalipun dia seorang ateis (maka kepercayaanya adalah tidak mempercayai entitas maha kuasa) #belibet?Abaikan
Begitupun penulis, pasti dia punya genrenya, genre pribadi yang sesuai dengan dirinya, nah aku pun punya genre itu, yang salah satunya adalah fantasi, jika dikatakan zona nyaman barangkali iya dan tantangannya juga iya, saat kita menulis genre fantasi, maka pikiran kita betul-betul diuji supaya merentangkan sejauh mungkin tuk menciptakan realitas baru yang beda ataupun tak pernah ada di dunia sebenarnya, itulah tantangan sekaligus keasyikannya.
Kendati demikian, sebetulnya level fantasi Maneken masih menengah sebab realitasnya masih berpijak di bumi, ada beberapa naskah lainnya yang level fantasinya melintas nun jauh dari bumi dan menjungkirbalikan fakta. #blurbnantikansajaya
Berapa lama proses penulisan novel ini? Apa kendalanya?
Aku ada catatannya, yakni dari 16 Juli 2013 – 30 Oktober 2013
Tidak ada kendala yang terlalu berarti sih #sombong, sebab sebelumnya novel ini berasal dari cerpen yang aku kembangkan saking cintanya sehingga menjadi seperti ini. Ya, mungkin lebih kepada tantangannya kali ya, yakni mengembangkan karakter, pendalaman konflik dan menambah bab aja, tapi itu asyik kok, apalagi pas revisi dibantu sama editor super kece.
Dan tantangan lainnya paling saat revisi novel, di awal 2015 barengan sama nulis skripsi, jadi aku menggarap dua tulisan berbeda, skripsi dan novel yang berakhir dengan indah yakni, skripsi disidangkan dan novel diterbitkan.
Wah... keren dong, nulis skripsi dan nulis novel bisa barengan dan sukses semua!
Oke kak, sekarang coba sebutkan tiga kata yang menggambarkan novel ini, dong :)
Fantastis, Romantis… Filosofis
Mengapa sih, kakak mengambil maneken sebagai benda yang menjadi tokoh dalam novel ini?
Aku ingin menulis sesuatu yang istimewa yang berasal dari sudut pandang spesial, yakni benda mati, dan karakter maneken sebagai benda mati yang menyerupai manusia, kupikir saat itu akan jadi menakjubkan jika dibalik diamnya mereka, sesungguhnya punya kisah sendiri yang tak disadari oleh seluruh umat manusia.
Sebenarnya, saya pun kalau lihat maneken nggak berani menatap matanya karena mata mereka seolah-olah mengamati kita, manusia. Hiii~ #iyainicurhat ^^
Di antara tokoh dalam Maneken, tokoh mana yang jadi favorit? Mengapa?
Aku menyayangi semua tokoh, tapi ya kalau ditanya favorit, aku suka dengan Sophie C. Fleur, meskipun dia antagonis #blurb dia adalah representatif dari orang-orang hebat, yang secara penampilan oke, pendidikan tinggi, smart, karier cemerlang namun memiliki beberapa ‘kecacatan’ yang kadang diabaikan oleh dirinya, semisal tentang perangai dan relasi dengan orang lain, termasuk dengan yang dicinta.
Meski begitu, bukankah tidak ada yang oke dalam segala hal? Kembali lagi pada konsep tak ada yang sempurna, meksipun ada bagian diri kita yang sempurna, sementara yang lainnya tidak. Itulah manusia, itulah pemeran kehidupan.
Ceritain dong kak, adakah pengalaman personal kakak yang kakak masukkan ke dalam novel ini?
Apa ya? Kayaknya untuk novel maneken ga ada deh, sebab aku belum pernah jadi maneken. Serius lho. Tapi kalau karakter ada yang terinjeksi ke salah satu tokoh, kira-kira yang siapa? Rahasia ah. Hehe.
Ada tips nggak buat calon penulis yang ingin menulis genre fantasy?
Bacalah buku, nontonlah film, tak cuma fantasi tapi semuanya, berkawanlah dengan yang suka fantasi juga biar bisa bisa saling sharing dan menyemangati. Sesekali pertanyakanlah banyak hal pada diri sendiri, luangkan waktu buat merenung (bermalasan di kasur yang produktif) dan tulis idemu segera, dan tekankan bahwa, sebab ini fantasi, maka ini adalah duniamu, maka buatlah dunia sesukamu, buatlah aturan, baru gaya baru dari sesuatu yang begitu-begitu aja jadi seru, ya misalnya di dunia nyata ini, kalau maneken ya cuma benda mati, dikasih pakaian dan dipajang, kalau udah jelek diganti, nah dengan kekuatan fantasi buatlah aturan dan gaya baru, bahwa sesungguhnya maneken itu punya pikiran, dapat berkomunikasi antar maneken, punya mimpi dan dapat bergerak dengan syarat dia punya cukup ambisi dan tidak ada orang atau sesuatu apapun yang menyaksikannya bergerak, sehingga dalam sejarah kehidupan manusia maneken tidak dianggap hidup (tetapi sesungguhnya hidup), sebab tidak akan pernah ada saksi, lantaran syarat bergeraknya maneken melindungi kebenaran sebuah maneken.
Apa yang ingin kakak sampaikan pada pembaca dan calon pembaca novel kakak ini?
Segalanya punya sudut pandang, bahkan bagi benda mati pun, kita diciptakan oleh Tuhan maka kita punya sudut pandang juga pemikiran bukan?
Apakah benda yang diciptakan manusia punya sudut pandang dan pikiran? Apalagi mereka mirip sebagai manusia?
Kurasa iya.
Selain itu mari kita cermati filosofi saling menghormati yang berlaku tak hanya antar benda hidup, tetapi bagi benda mati dan alam sekitar. Lengkapnya, baca saja, ga asik dong kalo dikoarin di sini.
Sebagai penutup apa yang ingin Kakak sampaikan kepada pembaca di sini?
Apa ya? Yang jelas, kunjungi toko buku, bawa pulang Novel Maneken, dan juga follow t/fb/ig/tumblr: sjmunkian (nama akunnya sama). #frontalbangetpromonyahehe
Sampai jumpa di dunia Novel Maneken, kamu akan merasakan pengalaman mengesankan sebagai pejuang yang dipajang.
Naahh... sudah puas belum berkenalan dengan kak Sangaji, yuk di-follow akun sosmednya dan ikutan giveawaynya dulu. Siapa tahu kalian bisa beruntung bertualang di dunia maneken :))
Iya emang keren bisa nulis skripsi dan nulis novel barengan... Salut... :)
BalasHapusCeritanya unik! Penasaran sama keseluruhan novel. Gimana ya rasanya masuk ke dunia benda mati? Menyelami perasaan benda tersebut. Novel ini menyuguhkan konsep cerita yang beda tapi sarat makna. @Kimol12
BalasHapuside dan imajinasinya keren!
BalasHapuskeren banget kak imajinasinya lancar dan memang sangat disiplin ya kak sangaji munkian bisa menulis sambil skripsi. setau aku kan skripsi itu susah XD (bayangin) semoga suatu saat nanti aku bisa menjadi penulis yang menulis genre fantasy hehe penasaran sama Novelnya :"
BalasHapusJadi makin penasaran sama novelnya! Dari idenya menarik. :3
BalasHapusHebat sama kakak SJ yang bisa menyelesaikan novel ini yang berbarengan dengan skripsi yang pastinya ada revisinya juga kayak novelnya.
BalasHapusBisa kepikiran gitu dengan benda mati buat dijadiin cerita, mengingatkan aku sama film toy story hehehe, mainan yang bisa ngomong hehehe
Sepertinya mulai terinspirasi nih. Hihi XD. Ternyata ide bertebaran di mana-mana, bahkan saat-saat sedang sesibuk apapun. Benar-benar luarbiasa. Keep Created!
BalasHapusWah, penulisnya masih brondong ternyata... :D *abaikan*
BalasHapusTapi keren banget lho bisa nulis novel sambil nulis skripsi. Udah gitu keduanya sama-sama berhasil menetas dengan sempurna lagi... Ditambah lagi tema novel yg diangkatkan cukup unik ya, apa gak kewalahan waktu nulis keduanya ? Saya jd penasaran sama judul skripsinya juga... hehe :) 5 jempol utk sang penulis :D
Terima kasih untuk wawancaranya yang sangat informatif kak ^^
Keren, ah, tanya jawabnya. Suka gaya bahasanya Kak SJ yang asik dan ringan. Dari caranya bertutur saja saya jadi merasa bahwa "Maneken" adalah buku yang bagusㅡditambah review Kak Nurina yang oke. Rasanya saya jadi nggak mau kelewatan nih! Ikutan GAnya dulu ah! :D
BalasHapus