Judul buku: Love in Pompeii
Penulis: Indah Hanaco
Editor: Donna Widjajanto
Desain sampul: Orkha Creative
Desain isi: Nur Wulan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 235 halaman
ISBN: 978-602-03-3452-3
BLURB
Callum Kincaid, salah satu magnet Formula One, gagal menikah dengan kekasih modelnya. Pria yang sejak remaja sudah dikenal sebagai lady killer dan selalu mengencani gadis catwalk, memutuskan untuk tidak terikat komitmen dengan siapa pun untuk sementara. Tapi, kepindahan ke Hampstead dan ciuman yang terinterupsi, mengubah segalanya. Adalah Gladys Zayna Raviv, perempuan muda dengan pengalaman hidup yang mematangkannya lebih dari semestinya. Selalu menjaga jarak aman dari kaum pria karena terbebani dosa masa lalu. Hingga tiba hari ketika seporsi apple pie membuatnya mengenal pria bermata sangat biru dan wajah berbintik-bintik.
Meski Gladys ingin menjauh dari Callum, semesta tampaknya dengan keras kepala justru melakukan sebaliknya. Ditambah dengan Lulu, si orang ketiga antimainstream yang mementahkan semua upayanya.
Gladys berusaha menyangkal kebenaran yang disuarakan hatinya, hingga perjalanan ke Pompeii meruntuhkan segalanya. Hatinya tak lagi aman dari pesona Callum.
Sayang, kembali ke Hampstead, mereka ditunggu oleh kejutan besar. Masa lalu memang seperti hantu, menuntut untuk digenapi. Bisakah Gladys dan Callum bertahan dan memiliki keberanian untuk mengakui perasaan yang sudah begitu transparan?
RESENSI
Kehidupan Gladys yang tenang di Hampstead bersama Lulu, putrinya, dan Tante Herra mulai terusik sejak kehadiran sang tetangga baru, Callum Kincaid. Berawal dari niat baiknya mematuhi tradisi, Gladys membuatkan apple pie untuk sang tetangga baru. Namun rupanya Lulu yang mudah akrab dengan pria dewasa langsung lengket dengan Callum yang menyukai anak-anak. Dan dimulailah hubungan pertetanggaan yang heboh tapi akrab.
Rupanya kedekatan Callum dan Lulu membuat Callum ingin berlibur bersama Gladys dan Lulu ke Napoli. Perjalanan mereka bahkan merambah hingga ke Pompeii. Di kota yang pernah hilang karena terkubur letusan gunung Vesuvius ini, Callum dan Gladys menyadari perasaan mereka. Sayangnya, hantu masa lalu Gladys telah menanti di London.
Mampukah Gladys mengusir hantu masa lalunya? Dan apakah Gladys akan menerima janji yang diucapkan Callum sementara ia tahu bahwa keyakinan mereka berbeda?
-------------------
Pompeii. Saya punya ketertarikan tersendiri terhadap kota ini sejak membaca ulasannya di majalah National Geographic bertahun-tahun yang lalu. Pompeii kota yang luar biasa, canggih pada masanya, dan menjadi pengingat bahwa alam dan Tuhanlah yang tetap punya kuasa di atas segalanya.
Maka ketika Indah Hanaco menuangkan kota ini ke dalam salah satu novelnya, saya merasa antusias. Banget.
Ditambah lagi Callum Kincaid sang tokoh utamanya berprofesi sebagai pembalap F1. Olahraga yang dulu saya ikuti perkembangannya bahkan pernah bikin saya iri berat pada Azrul Ananda yang bisa mondar-mandir di sirkuit-sirkuit.. Wkwkwk..
Love In Pompeii merupakan salah satu novel yang termasuk dalam Around The World With Love Series yang kini telah memasuki batch tiga. Bicara tentang seri ATWWL ini semakin ke sini kota yang dieksplorasi oleh keempat penulisnya semakin unik dan lain dari yang lain. Nah Pompeii sendiri termasuk kota yang unik dan berbeda.
Meski demikian setting novel ini bukan hanya di Pompeii saja, tapi juga di London dan Bogor. Malah sebagian besar cerita terjadi di London, di mana Callum dan Gladys tinggal bertetangga. Banyak hal yang terjadi di antara mereka yang menarik, lucu dan menggemaskan di London. Namun puncak romansanya memang terjadi di Napoli dan Pompeii.
Penggambaran settingnya yang rapi membuat saya betah ikut menyusuri setiap sudut kota ini. Detail tempat dan suasananya seakan saya benar-benar ada di sana. Banyak trivia-trivia seru tentang Pompeii yang pastinya akan semakin bikin penasaran.
Ada juga trivia-trivia tentang balap formula satu yang disajikan di dalam novel ini. Namun yang luar biasa adalah penggambaran situasi balapan ketika Callum sedang berada di tengah-tengah race. Haih saya saja sampai tegang membacanya.
Love in Pompeii menggunakan sudut pandang orang ketiga dan beralur maju. Ceritanya mengalir dengan ringan sekaligus seru. Saya semakin menikmati gaya bertutur Indah Hanaco yang luwes dan santai. Interaksi antara Callum, Gladys dan Lulu terasa asyik dan nggak kaku. Saya menangkap betapa mereka nyaman satu sama lain dan menjalin chemistry yang kuat. Callum dan Lulu sendiri luar biasa banget interaksinya. Saya saja yang pernah mengalami fase saat anak berusia lima tahun, manalah bisa sesabar dan setabah itu. Hahaha...
Saya suka jalinan ceritanya yang ringan dan seru. Semakin lama membaca novel ini saya semakin terhanyut dan geli sendiri. Banyak momen manis yang sederhana tapi mengena bagi saya. Konfliknya pun bukan hanya berasal dari masa lalu Gladys tapi juga kegalauan Gladys karena ia dan Callum begitu berbeda. Situasi kayak gini sakit banget loh #eaasurhat
Karakter Gladys dalam novel ini benar-benar menunjukkan seorang survivor, ia belajar dari kesalahan. Berani berbuat berani bertanggung jawab.
Saya suka banget deh dengan Callum. Oke entah ini anak lakiknya Indah Hanaco yang keberapa yang saya suka, saya sudah lelah menghitung. Bisa dibilang saya mungkin punya harem yang isinya karakter pria dari novel-novelnya Indah Hanaco saja. Tapi Callum memang spesial dan berbeda. Callum itu santai, sabar dan nggak grusa grusu. Jelas lah ya, pembalap F1 mah pastilah orang yang sabar dan penuh perhitungan 😷 Dan sepanjang membaca novel ini yang terbayang di benak saya justru Kimi Raikkonen... my iceman. Padahal Kimi kan gak seplayboy Callum yak.. wkwkwkwk...
Dalam Love in Pompeii ada masa lalu yang harus dituntaskan dan bukan sekedar dikubur. Bahwa meski kita membenci dan merasa terluka akan masa lalu, ada seseorang yang memiliki hak untuk mengetahui fakta kebenarannya. Duh rasanya saya nggak rela mengakhiri membaca novel ini. Sebenarnya saya ingin menjelajahi Pompeii lebih lama bersama mereka dan ingin melihat Gladys berdiri di paddock menanti hasil balapan Callum. Bagi saya sih itu momen luar biasa bagi kekasih dan istri pembalap yang bikin saya iri 😉
Tidak ada komentar:
Posting Komentar