Judul buku: Impian Demian
Penulis: Nimas Aksan
Editor: Dion Rahman
Penata sampul dan ilustrasi: Ulayya Nasution
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: November 2017
Tebal buku: 360 halaman
ISBN: 978-602-04-4956-2
BLURB
"Impianku bukan berada di sini bersamamu dan sepabrik dengan perempuan sensi lainnya yang bergerombol membahas lipstik. Aku mengambil jurusan arsitektur bukan iseng-iseng seperti saat kamu ikutan lotre dan buummm … namamu keluar sebagai pemenang. Aku ingin membuat gedung. Aku selalu membayangkan bisa membangun banyak sekali gedung tinggi yang indah di negeri-negeri yang jauh dari sini.”
“Kenyataannya kamu berada di sini, Demian. Di gedung rusak yang harus kamu bangun kembali.”
Impian Demian Radityawangga untuk menjadi arsitek gedung bertingkat di seluruh dunia terancam kandas ketika dia didatangi oleh Alexandra Hardianty, Public Relation dari Sara Cosmetic, perusahaan kosmetik yang diwariskan kedua orangtuanya. Alexandra membuka kenyataan bahwa dia memiliki kewajiban memimpin perusahaan yang sedang mulai sekarat itu, sebagai bentuk pengabdiannya pada mendiang sang ibu, Sara Amalia, pendiri Sara Cosmetic.
Keadaan semakin memburuk ketika Demian berkonflik dengan Hilda, ibu tirinya, yang memegang hak cipta atas Aqualove, produk kosmetik temuan terbaru yang seharusnya bisa menolong Sara dari kebangkrutan.
Mampukah Demian dan Alexandra bersama-sama mengatasi krisis dan menyelamatkan pabrik kosmetik yang nyaris bangkrut itu, sementara di sisi lain, kesempatan untuk meraih impiannya mulai memanggil-manggil?
RESENSI
Ini adalah pertama kalinya saya mencicipi novel karya Nimas Aksan. Melalui Impian Demian saya disuguhi sebuah pergulatan batin seorang laki-laki tanggung yang harus memilih antara meraih impiannya sendiri atau mempertahankan impian almarhumah mamanya. Satu hal yang pastinya nggak akan mudah untuk dihadapi siapa pun, terutama jika ada ikatan yang sangat kuat antara sang anak & ibunya.
Impian Demian disajikan melalui sudut pandang orang pertama. Ya, novel ini begitu vokal menyuarakan isi hati Demian. Perasaannya terhadap kedua sahabatnya—Rio dan Dewi—yang sebentar lagi akan menikah, perasaannya terhadap mantan kekasih yang juga akan menikah, perasaan akan almarhum papanya yang ia benci, juga perasaannya menjadi pria populer yang selalu jadi bahan flirting wanita-wanita di sekelilingnya. Capek pasti rasanya ya 😅.
Sudut pandang ini pulalah yang membuat saya merasa Demian cukup egois. Pada awalnya saya merasa iba atas apa yang ia alami semasa kecil. Hidup dengan orang tua yang susah mengekspresikan rasa sayang tentu menyakitkan bagi anak-anak. Sulit. Namun saya juga bisa mengerti nggak semua orang tua mudah memeluk atau mudah menunjukkan kasih sayang. Saya tahu rasanya, karena saya pun mengalaminya. Saya belajar untuk tak terlalu berharap, dan saya belajar untuk memahami.
Sedang Demian justru mengambil jalan yang lain. Ia tetap memikul rasa sakitnya, dan mencari kasih sayang serta pengakuan dari gadis-gadis yang dikencaninya. Sadar atau tidak ia membalas dendam dan rasa sakit hatinya melalui perbuatannya.
Demian tumbuh menjadi pria yang sinis dan cenderung menarik diri dari orang-orang yang ia anggap sumber masalah baginya.
Ada kalanya saya membenci Demian, atas sikapnya terhadap Lucia. Saya gemas banget melihat eh membaca cara Demian memperlakukan Lucia. Sebagai anak bawaan dari Hilda, Lucia yang polos begitu memuja Demian sejak pertama, tanpa kenal lelah, walau ditolak dan dicuekin Demian berkali-kali :'(
Untunglah ada Alexandra yang menjadi penyeimbang yang membuat saya nggak jadi gila karena saking jengkelnya 😂😂. Cerdas, multitasking, berani dan cerewet setengah mati. Alexandra sangat menonjol dan sanggup menguasai keadaan, bahkan keadaan tersulit yang disebabkan Demian.
Setidaknya melalui sosok Alexandra dan Dewi dalam novel ini, saya merasa sudah terwakili untuk menyuarakan apa yang saya rasakan terhadap Demian.
Hubungan yang hangat justru dibagi Demian dengan kedua sahabatnya. Saya menyukai interaksi ketiganya, meski tetap saja satu-dua kali sisi egois Demian keluar. Namun bagi saya, bagian terbaik dari novel ini adalah interaksi yang terjadi antara para tokohnya. Terutama interaksi antara trio Demian-Rio-Dewi, dan interaksi antara Demian dan sekretaris pribadinya. Interaksi antara Demian dan Maura ini lucu dan gokil sehingga saya sempat merasa kalau mereka cocok 😂😂.
Konflik dalam novel ini ternyata nggak sesimpel kelihatannya. Bukan hanya perkara Demian harus menentukan sikap secara jantan untuk impian-impian yang berkelindan di benaknya, tapi juga ia harus mengurai masalah yang telah menumpuk bertahun-tahun. Bagaimana Demian harus berani menyingkirkan egonya dan berdamai dengan masa lalunya. Manusia punya beragam sifat, nggak semuanya hangat, menyenangkan dan mudah mengungkapkan perasaan. Ada insan-insan yang kesulitan untuk bersikap manis, meski jauh di dalam hatinya berlimpahan kasih sayang. Kadang, mungkin kitalah yang harus beradaptasi sedikit untuk menyentuh orang-orang seperti ini.
Sebenarnya ada banyak pesan yang bisa didapat dari Impian Demian, tapi saya memilih menggarisbawahi hubungan yang sulit antara Demian dan ayah serta ibu tirinya. Jika teman-teman unyureaders membaca novel ini, mungkin saja ada pesan lain yang akan teman-teman dapatkan. So, buat kalian yang demen cerita persahabatan & roman yang asyik, konyol dan nggak terlalu kental nuansa romantisnya, kamu harus banget baca novel ini.
Terus ikuti rangkaian blogtour Impian Demian ya, karena setelah postingan review ini saya akan membagikan sebuah cerita pendek versi saya 😉
Terus ikuti rangkaian blogtour Impian Demian ya, karena setelah postingan review ini saya akan membagikan sebuah cerita pendek versi saya 😉
Baru kemarin lihat buku ini di Scoop, jadi penasaran pengen baca bukunya deh abis baca review Kak Ina ini xD
BalasHapusIntaan.. iya bener, ada di Scoop juga novelnya. Hayuk buruan dibaca deh :)
HapusSaya jatuh cinta sama gaya ulasannya...
BalasHapusWhaaa... terima kasih, Mas Dion 🙏🙏
Hapus