Judul buku: Pelisaurus dan Cerita-Cerita Lainnya
Penulis: Gunawan Tri Atmodjo
Editor: Edi AH Iyubenu
Tata sampul: sukutangan
Tata isi: Ika Setiyani
Penerbit: Basabasi
Tahun terbit: September 2017
Tebal buku: 200 halaman
ISBN: 978-602-6651-32-7
BLURB
Pada suatu hari, semua durjana asmara menyingkir dari muka bumi dan aku jatuh cinta lagi kepada seorang editor buku primbon.
(Iwan Punung, editor buku sastra di Jakarta)
Sebagian besar rahasia lelaki tertinggal di kamar mandi.
(Sri Suwartini, Menteri Kebatinan Perempuan)
Manusia itu seperti ritsleting, terbuka dan tertutupberulang-ulang, memasukkan dan mengeluarkan cinta berkali-kali, tetapi seperti yang disembunyikan di balik ritsleting, pada akhirnya ia akan sendiri.
(M. Yayan Kristanto, anak Pak Warso, CEO Imajiner PT YKK)
RESENSI
Apa yang terlintas di benak kalian saat membaca atau mendengar pelisaurus?
Kalau saya, sebagai orang jawa tentu paham betul bahwa peli adalah kosakata bahasa jawa yang merujuk pada alat kelamin pria. Memang sudah bukan masanya lagi bagi saya untuk merona atau terkikik-kikik bila mendengar kata ini, malahan saya sudah lancar menggunakan kata ini jika sudah berkumpul dengan ibu-ibu yang sama edannya dengan saya, atau fasih mengucapkannya di depan suami. Namun ternyata, menandaskan buku Pelisaurus ini sampai habis membuat saya tersipu-sipu dan ngakak nggak ketulungan.
Buku Pelisaurus merupakan kumpulan cerita (kumcer) yang berinti pada selangkangan dan dunia perlocoan. Jadi sebaiknya memang tinggalkan dulu rasa jengah dan curiga kalian di depan pintu sebelum memulai membaca kumcer ini.
Sejak membaca buku kumcer Tuhan Tidak Makan Ikan, saya sudah jatuh hati pada gaya tulisan nylenehnya Gunawan Tri Armodjo. Namun kali ini dalam Pelisaurus, cerpen-cerpennya terasa lebih seperti parodi kehidupan dunia bawah perut.
Ada 22 cerpen dalam buku ini dan dengan judul yang membacanya saja sudah bikin nyengir, apalagi membaca nama tokoh ceritanya, saya masih suka ngakak sendiri kalau ingat.
Dalam beberapa cerita, Gunawan Tri Atmodjo terlihat sangat rapi membangun alur dan tempo cerita. Tengok saja dalam kisah Siti Semak-Semak. Selain menyelipkan plesetan semacam: buku berjudul Terbacok Petuah Bijak karya Pipiet Surup, televisi merek Segawontron, dan juga pedangdut bernama Via Kallen, yang membacanya saja bikin saya mesam-mesem antara geli dan jengkel, cerpen ini membuat saya penasaran akan hubungan arwah Siti Semak-Semak dan si tokoh utama. Begitu ajaibnya sosok Siti Semak-Semak ini dan betapa misteriusnya cara wanita ini meninggal membuat saya terhanyut dan menjadikan Siti Semak-Semak sebagai salah satu cerpen favorit saya.
Cerpen Pelisaurus sendiri saya rasa lumayan absurd. Ini adalah kisah seorang laki-laki beristri yang terkenang mantan gara-gara sang mantan muncul di televisi. Ia teringat kisah percintaan mereka semasa kuliah, dan bagaimana ia membuat gambar pelisaurus di tembok kamar mandi tempat ia biasa ngeloco sambil membayangkan sang kekasih. Namun sayangnya pelisaurus itulah yang mebuat kisah asmaranya berakhir tragis. Tragis dengan absurd. :|
Satu cerpen yang paling saya suka adalah Poni Kirik. Cerpen ini membuat saya penasaran sekaligus geli, takut, takjub dan jengkel. Ini adalah kisah seorang pemuda yang menemukan potret lawas yang di dalamnya terdapat tiga orang berfoto dengan gaya rambut aneh yang dinamai poni kirik. Sedemikian anehnya potongan rambut itu, sehingga membuat si pemuda penasaran dan melacak jejak poni kirik. Namun usahanya nihil, tanpa hasil. Gaya rambut itu seolah tak pernah tercatat dalam sejarah. Hingga akhirnya poni kirik membawa tragedi tepat di depan matanya. Ini cerpen yang paling bikin saya ingin berkata kasar sekaligus mengagumi alur ceritanya dalam waktu bersamaan.
Bagi saya cerpen-cerpen dalam Pelisaurus begitu santai dan enak buat ngakak-ngakak. Cerita-ceritanya menghibur dan anehnya terasa beragam walau mengusung tema yang sama. Dan tentu saja, yang paling sering bikin saya pengen ngakak njungkel adalah nama-nama tokohnya. It's hilarious.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar