Pages

Rabu, 11 Februari 2015

Resensi Love Puzzle - Eva Sri Rahayu

Judul buku : Love Puzzle
Penulis : Eva Sri Rahayu
Penerbit : Noura Books
Penyunting : Ifnur Hikmah
Terbit : November 2013
Tebal buku : 286 hal
Cara dapat : hadiah kuis dari penulisnya sendiri



BLURB

Rasi memberi senyuman, tetapi cowok itu malah tidak mengacuhkannya.
"Raja?" sapa Rasi.
"Sori?" Kening cowok itu berkerut.
"Kamu Raja kan?" Tanya Rasi lagi.
“Hmm, enggak usah sok kenal, deh,” balas Raja dingin.
Rasi melengkungkan bibirnya, cowok keren memang sering kena amnesia! “Enggak usah nyebelin gitu, deh. Kamu kan yang nanya-nanya soal fotografi di atap BIM kemarin? Kalau aku salah orang, biasa aja, deh.”
Raja merespon perkataannya dengan wajah kaget. Namun sedetik kemudian, ekspresi Raja kembali sinis. “Denger ya, aku enggak kenal kamu!” geram Raja penuh penekanan.

***
Sejak ketemu cowok itu, Rasi merasa level hatinya naik turun seperti roller coaster: kadang berbunga, kadang kesal setengah mati. Sama seperti sikap Raja yang jago sulap: kadang baik, kadang nyebelin. Ada ya orang yang seperti itu? Rasi hanya belum tahu kalau di balik semua kejadian ada misteri tersimpan. Dan takdir menuntun Rasi masuk ke labirin yang entah ke mana berujung ….


REVIEW

Rasi bertemu dengan Raja pertama kali di atap BIM saat sedang asyik memotret. Raja yang begitu lembut dan baik. Tapi ketika Rasi kembali bertemu Raja di tempat latihan basket, cowok itu berubah ketus dan dingin. Di kali ketiga pertemuan, Raja kembali jadi cowok ramah. Rasi kebingungan. Bukan hanya sifat cowok itu yang berubah-ubah, tapi hatinya ikut berubah-ubah menanggapi pertemuan itu. Kadang berdebar-debar kadang biasa saja.

Rasi juga bertemu dengan seorang cewek rapuh yang sebaya dengannya. Cewek itu, Ayara, selalu sendirian dan tak punya teman. Terlebih lagi cowok Ayara sepertinya cowok yang emosional sehingga membuat Rasi ingin meninjunya. Itu sebabnya Rasi bersedia menjadi sahabat Ayara.

Tanpa Rasi sadari, pertemuan-pertemuan dan kejadian-kejadian yang ia alami adalah kepingan puzzle. Dan Raja yang ia temui di atap BIM seolah mendorongnya untuk menyatukan kepingan-kepingan itu. Agar Rasi bisa mengungkap identitas Raja yang sesungguhnya dan menghentikan sandiwara yang dijalani orang-orang di sekitarnya.

-------

Cerita Love Puzzle begitu mengalir dan mudah dinikmati. Saya jadi teringat serial detektif Pasukan Mau Tahu karangan Enid Blyton favorit saya. Kisah misteri yang mengajak pembaca untuk ikut memecahkannya. Di tiap puzzle (baca: bab) novel ini diberikan petunjuk sedikit demi sedikit dengan porsi yang pas. Saya sampai tak sabar membalik halaman untuk menemukan cuilan informasi berikutnya sambil menebak-nebak apa yang akan terjadi.

Tokoh favorit saya adalah Raja Alexander, dan saya ingin memeluknya erat-erat. Saya tahu betapa tidak enaknya dibanding-bandingkan, betapa sengsaranya merasakan cinta yang berat sebelah. Dan cowok ini benar-benar kuat dan tabah menjalaninya.
Dan saya suka karakter-karakter dalam novel ini yang begitu kontras. Iskandar yang tenang, Alex yang meletup-letup, Rasi yang tangguh dan mandiri, Ayara yang lemah baik jiwa maupun raga, serta Red yang intuitif. Sifat-sifat itu konsisten terwujud dalam tindakan dan perkataan mereka.

Alurnya maju dengan beberapa kali kembali ke masa lalu dengan sangat rapi tanpa kesan dipaksakan. Ada beberapa kesalahan cetak namun tidak terlalu mengganggu.

Konfliknya yang beragam-bullying, tawuran, pencarian jati diri-dengan apik menunjukkan betapa kerasnya masa remaja. Betapa menyakitkan jika sendirian menghadapi itu semua.

Namun saya merasakan tokoh-tokoh di sini terlalu sering mengalami kebetulan. Rasi juga tampak mudah sekali mendapat informasi, padahal informasi itu tidak pernah diungkapkan pada siapa pun selama 4 tahun. Misal ketika pak satpam yang memberi alamat kontrakan Raja, juga Red yang tanpa curiga langsung bercerita pada Rasi di perjumpaan pertama mereka.
Meskipun Red bilang karena intuisinya bilang begitu, saya masih sulit menerima kok begitu mudahnya Red membagi informasi sepenting itu.
Saya juga terheran-heran saat Rasi, yang masih anak SMA, pulang dari kontrakan Raja hampir tengah malam. Meskipun diantar pulang oleh Raja, saya tetap takjub. Kalau saya sih, pasti sudah ditunggu Mama di depan rumah sambil diacungi sapu lidi. Tidak mungkin diperbolehkan pulang malam-malam apalagi si pengantar main pergi tanpa pamit atau menjelaskan sesuatu pada orang rumah. Tapi itu sih saya, mungkin Rasi ini anak yang mendapat kepercayaan penuh dari ortunya. :)
Saya juga merasa adegan di prolog itu seolah berdiri sendiri, tidak bisa menyatu dengan keseluruhan cerita. Mungkin tujuannya untuk memberi dasar alasan mengapa Rasi bisa bertemu Raja dan tetap tenang menghadapinya. Tapi adegan itu tak ada pun saya pikir tak masalah.

Namun dengan kelebihan dan kekurangan (versi saya) pada novel ini saya telah mempelajari sesuatu. Identitas bisa berganti tapi jati diri adalah kesejatian mutlak. Tak bisa diatur atau dibentuk oleh orang lain. Semoga cerita ini bisa menjadi pengingat saya dalam memperlakukan kedua anak laki-laki saya.

Saya beri 4 bintang untuk novel ini.


Tebar-Tebar QUOTE

Ketika seseorang meninggal, akan pergi ke manakah jiwanya?
Apakah akan menjadi salah satu bintang yang kita lihat di langit?
Ataukah tetap ada di sekeliling kita? (Hal 9)

"Menurut gue, baik itu juga enggak egois sama diri sendiri, ya. Kalau bikin rugi, bukan jadi kebaikan lagi." (Hal 31, Reta kepada Rasi)

Kenangan, kadang terasa lebih nyata dari kenyataan. Seberapa pun besarnya perjuangan membuat kenangan itu jadi nyata, kenangan hanya hidup dalam ingatan. (Hal 68)

"Rasi, apa yang terlihat bisa menipu, tapi hati selalu tahu kebenarannya. Selalu dengarkan kata hatimu, ya." (Hal 86, Raja kepada Rasi)

"Penindas cuma kumpulan orang bodoh yang pura-pura bersahabat." (Hal 107, Rasi kepada Viony)

"Raja, cinta kalian ... cintamu dan Iskandar tidak bisa dikalahkan oleh kematian." (Hal 214, Rasi kepada Raja) 
"Seberapa penting identitas dengan hidup itu sendiri?" (Hal 217, Rasi)

Cinta dilahirkan, bukan diciptakan. Cinta bukan 'tidak harus memiliki' tetapi memang 'tidak semua cinta bisa dimiliki'. (Hal 234)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar