Pages

Sabtu, 04 Juli 2015

[Resensi: Heart and Soul by Windhy Puspitadewi] Mempercayai Cinta yang Layak Melukai


Judul buku : Heart and Soul
Penulis : Windhy Puspitadewi
Editor : Gita Romadhona & Ayuning
Desain cover : Levina Lesmana
Penerbit : Gagas Media
Tahun terbit : 2014
Tebal buku : viii + 336 halaman
ISBN : 978-979-780-750-4



BLURB

Bagi Erika, harapan telah lama menjelma luka. Saat Ayah pergi, meninggalkan ia dan ibu, Erika tahu, tak boleh lagi menggantung harap--bahkan untuk sekedar menunggu. Ayah tak pernah kembali. Ia buang jauh-jauh cinta dari semua sisi hati.

Cinta datang dengan luka. Itu yang ia pelajari. Namun, ketika seseorang dengan lagu kenangan itu datang, ada resah yang Erika rasakan. Membuat ia mulai bertanya-tanya, benarkah hidup tak melulu tentang luka dan kesedihan?

Benarkah cinta bukan hanya tentang akhir bahagia, melainkan juga bagaimana kita menemukannya?

Erika tak ingin mencari jawabnya, tetapi laki-laki itu datang dan memberikan bukti nyata. Namun, Erika tahu ia harus bisa memastikan, benarkah dirinya tak akan lagi terluka.


RESENSI

Saat masih SD, Erika Tatiana dan ibunya ditinggal minggat ayahnya yang bangkrut karena tertipu rekan kerja. Bukan hanya itu, ayahnya juga meninggalkan utang-utang yang harus dilunasi. Setahun setelahnya, ibunya yang mengambil alih tugas mencari nafkah, meninggal. Jadilah Erika yang sebatang kara diasuh oleh tetangga rumahnya.
Erika tinggal di sana bersama Amaro Mahadana, putra tunggal keluarga tersebut yang sebaya dengannya. Di sekolah pun Erika hanya dekat dengan Linda dan Aro. Erika terkenal sebagai cewek jutek yang pelit memberi sontekan karena menganggap tidak ada untungnya baginya. Erika hanya mau memberi sontekan pada Aro, karena menurutnya itu adalah hubungan mutualisme. Karena orang tua Aro sudah memberinya tempat tinggal dan mengasuhnya. Sementara jika memberi sontekan pada teman-teman sekelasnya, itu hanya menjadi hubungan komensalisme, atau bahkan parasitisme. Prinsipnya dan kejutekannya itu membuat Erika dijauhi teman-temannya.
Hingga datanglah Lionel Aditiawan, murid baru di kelas Erika yang usianya dua tahun lebih tua. Leo, demikian ia disapa, masuk ke sekolah Erika setelah dua tahun masa pemulihan dari operasi cangkok jantung. Leo, entah mengapa seolah begitu mengenal Erika. Leo bahkan memainkan lagu Heart and Soul di ruang musik sekolah. Padahal lagu itu adalah lagu kenangan Erika tentang orang tuanya.
Semakin lama Erika semakin berdebar. Leo adalah sosok yang seolah begitu mengerti dirinya. Namun Erika takut jika ia membuka hati, Leo akan meninggalkan dan melukainya seperti ayah.
Bagaimana Leo meluruhkan benteng pertahanan Erika? Bagaimana Erika belajar memercayai orang-orang di sekitarnya? Maukah ia membalas cinta Leo? Dan mengapa Aro tampak kesal setiap melihat Erika dalam pelukan Leo?

---------

Huffff~
Beberapa lama saya cuma bisa terdiam memandangi layar dan novel ini bolak-balik. Nggak tahu bagaimana harus memulai. Hh.
Saya sebal karena patah hati atas ending novel Heart and Soul ini. Tapi saya suka gaya bercerita Windhy Puspitadewi. Jadi harus gimanaaaa dong?

Saya mulai dari pandangan mata dulu, ya ^^
Ketika lihat cover novel ini mejeng di timeline twitter, saya langsung suka. Mmm~ kesan retro yang saya tangkap langsung memikat saya. Nggak sadar kalau dari cover aja sebenarnya udah ada 'tanda-tanda' gloomy-nya :')
Pun saya masih ngeyel saat membaca sinyal 'beware' di blurb dan tetap niat ingsun buat membacanya. Hagzhagz.

Dan saya tenggelam. Larut bagai butiran gula di gelas teh mbah uti. Cerita dalam Heart and Soul terasa padat dengan plot yang rapi. Sangat mudah untuk menikmati adegan per adegannya.
Karakter tokoh-tokohnya begitu kuat meski penampilan fisik mereka nggak terdeskripsi dengan detail. Tapi dialognya…… juara!
Saya nyaris senyum-senyum sendiri membaca kesinisan dan kejutekan Erika saat sedang ngobrol dengan yang lain. Dan saya pengen memeluk Aro yang dengan lucunya nrimo kalimat-kalimat jutek Erika.
Dialog mereka jenis obrolan antar teman yang sudah bersahabat lama. Terasa hangat walau berupa sarkasme dan sinisme.
Tapi saya lebih suka Aro daripada Leo. Masih ada kesan manusiawinya karena bodoh (menurut Erika) - atau sebenarnya hanya pura-pura bodoh? ^^
Adegan favorit saya adalah tiap kali praktikum biologi. Saya kagum pada ketenangan Aro dalam bedah membedah. Hahaha...

Sudut pandangnya mengambil sudut pandang orang pertama, yaitu Erika. Jadi saya ikut terombang ambing dalam kegalauan Erika.
Mengambil setting di Surabaya, ada bagian yang membuat saya bingung. Ketika Leo mengajak Erika jalan bareng. Sehabis dari toko binatang, Erika bertanya, mereka mau ke mana lagi? Leo menawarkan Taman Bungkul, dan Erika menyipit marah. Why? Adakah yang bisa menjelaskan? Apakah lokasinya terlalu jauh? Atau karena banyak pasangan muda-mudi? Atau karena apa?

Nyaris nggak ada typo dalam novel Heart and Soul, saya hanya menemukan beberapa:

* Setiap perbuatan… --> "Setiap perbuatan… (hlm. 58)
* kelebihan Tuhan yang berikan padamu --> kelebihan yang Tuhan berikan padamu (hlm. 88)
* …Apa maksudmu" --> …Apa maksudmu," (hlm. 122)
* ponsellagi --> ponsel lagi (hlm. 168)
* tanyanya --> tanyanya. (hlm. 232)
* Resti pun pun --> Resti pun (hlm. 325)

Saya rekomendasikan novel ini buat pembaca novel remaja yang suka kisah yang mengharu-biru dan banjir air mata.
Saya beri 4 bintang untuk Heart and Soul karya Windhy Puspitadewi.


TEBAR-TEBAR QUOTE

"Setiap perbuatan yang kulakukan, kulakukan karena memang aku ingin melakukannya. Bukan karena aku ingin dibenci atau ingin disukai orang lain. Aku juga tidak bermaksud menutupi siapa aku sebenarnya karena aku yang seperti inilah diriku yang sebenarnya." (hlm. 58)

"Aku jadi menghargai semua orang yang pernah singgah di hidupku. Orang-orang yang hanya melintas maupun menetap di hidupku, orang-orang yang kutemui. Karena pertemuanku dengan merekalah yang membentuk hidupku sekarang hingga akhirnya aku bisa seperti ini, bisa di sini… Bisa bertemu denganmu." (hlm. 96)

"Aku tak ingin lagi merasakan apa yang kurasakan saat Ayah meninggalkanku. Rasa pengkhianatan dan rasa bahwa aku tidak dicintai." (hlm. 259)

"Apa kau takut terluka? Karena cinta memang datang dengan luka. Mereka satu paket. Itu sebabnya kita harus mencari orang atau penyebab yang layak atas luka itu." (hlm. 275-276)

Memercayai seseorang artinya kita memberikan pistol kepada mereka yang bisa mereka gunakan untuk menembak kita kapan pun yang mereka mau. Jika akhirnya mereka menembakkan pistol itu, kurasa luka yang dirasakan memang luka yang pantas kudapatkan. Tapi, aku yakin, teman-temanku itu tidak akan menembakkan pistol itu dan melukaiku. (hlm. 333)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar