Pages

Kamis, 09 Juli 2015

[Resensi: Jodoh untuk Naina - Nima Mumtaz] Keikhlasan Naina Menerima Perjodohan


Judul buku : Jodoh untuk Naina
Penulis : Nima Mumtaz
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 27 April 2015
Tebal buku : 252 halaman
ISBN : 978-602-02-6348-9



BLURB

Jodoh untuk Naina, Abah yang pilih, Naina ikhlas.
Tapi, kenapa Abah pilih dia?
Dia yang punya masa lalu kelam.
Dia yang pernah diarak keliling kampung karena berzina.
Dia yang tidak sempurna.
Mengapa Abah begitu yakin dia mampu menjadi imam Naina?
Bagaimana Naina harus menjalani kehidupan rumah tangga bersama pria yang tidak dia sukai, bahkan sebelum akad nikah?
Apakah dia adalah jodoh untuk Naina?


RESENSI

Naina Humairah tak mampu menolak saat Abah menawarkan seorang pria untuk menjadi suaminya. Setelah Umi meninggal dan kakak-kakaknya menikah, Naina hanya hidup berdua dengan Abah. Ia sangat menyayangi Abah. Dan jika pernikahan Naina membuat Abah bahagia, Naina rela menjalaninya.
Namun betapa kaget Naina saat mengetahui bahwa calon suaminya adalah Rizal Ayyashi. Pria yang sepuluh tahun lalu pernah membuat skandal memalukan di kampung hingga membuat keluarga pria itu pindah ke Surabaya. Meski saat kejadian itu, Naina masih kecil tapi Naina sudah banyak mendengar berita yang simpang siur dari para tetangga. Bahwa Rizal tertangkap sedang berzina dengan perempuan bersuami.
Naina pun memasuki gerbang pernikahannya dengan ketidakikhlasan. Ia masih meragukan Rizal. Ia masih mencari-cari kekurangan Rizal. Walaupun perlakuan Rizal begitu lembut dan protektif padanya, hati Naina masih ragu. Apakah Rizal benar-benar telah bertobat?
Tapi siapa, sih, yang bisa bertahan dibombardir kelembutan dan godaan yang menyenangkan dari suami yang ganteng? Naina pun luluh. Ia menerima pernikahan dengan ikhlas dan mulai membuka hati untuk Rizal hingga hanya pria itu yang memenuhi harinya.
Dan cobaan pun datang. Latifah, perempuan yang pernah menjadi partner skandal Rizal ,kembali pulang ke kampung. Janda itu mencari Rizal untuk menjawab lamaran yang ditawarkan Rizal setahun yang lalu. Tanpa sengaja Naina mendengar Rizal bertanya pada Latifah apakah Latifah mau menjadi istri kedua. Naina limbung. Dunia seakan menggelap.
Sanggupkah Naina dimadu? Seberapa jauh tanggung jawab yang hendak dituntaskan Rizal? Benarkah Rizal akan membawa wanita kedua dalam kehidupan pernikahan mereka? Dan siapakah gadis berkerudung biru yang menjadi cinta terpendam Rizal?

--------

Saya penasaran dengan Nima Mumtaz sejak munculnya Akulah Arjuna. Sudah mengincar novel itu tapi sepertinya belum juga berjodoh. Dari gagal menang giveaway, stok kosong di toko buku, dan belum menemukan teman yang bisa meminjami :p
Hingga Jodoh untuk Naina terbit. Saya langsung tertarik dengan blurb-nya. Pikir saya, Naina si tokoh utama benar-benar hebat. Saya sendiri, yang nggak bakal mau menerima perjodohan dengan pasrah, tentunya mengagumi sosok yang bersedia menjalani perjodohan.

Temanya sungguh unik. Bukan hanya sekedar perjodohan, tapi perjodohan dengan pria yang memiliki masa lalu yang suram. Sebuah skandal perzinaan. Dosa yang teramat berat dari sisi agama.
Plotnya rapi dan begitu mengalir hingga saya tiba di bagian-bagian yang membuat saya meneteskan air mata. Pilihan diksi Nima meski simpel tapi mampu membuat terlarut. Terlebih karena novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu Naina, saya jadi ikut merasakan suasana hati Naina.

Karakter Naina tadinya saya rasa cukup menyebalkan di awal. Gemas banget waktu Naina setiap ditanya oleh Rizal jawabannya selalu terpatah-patah atau malah kadang cuma diam nggak berani ngomong. Tapi makin ke belakang makin ketahuan kalau Naina cerewet dan manja. Gaya ngomongnya ke Rizal yang manja dan merajuk itu rasanya lucu.
Untuk tokoh pria, saya yang biasanya mengidolakan cowok bad boy, kali ini luluh oleh Rizal. Aduh, Abah Miftah masih punya stok calon suami kayak Rizal nggak, sih? Sudah ganteng, santun, agamanya bagus, pintar, lembut, tapi bisa ngegombal juga. Haha.
Kepingin deh anak-anak saya kalau dewasa bisa kayak Rizal begitu ^^
Sayangnya fisik mereka kurang terdeskripsi dengan rinci.

Jodoh untuk Naina merupakan novel lini Le Mariage dari Elex Media kedua yang saya baca setelah Not A Perfect Wedding karya Asri Tahir.
Sebagai novel bertema pernikahan, Jodoh untuk Naina begitu kental nuansa islaminya. Mulai dari prosesi dan tata cara ijab qabul hingga keseharian para tokohnya.
Selain itu, hal yang saya sukai adalah unsur kebudayaan yang terangkat dalam hal adat pernikahan dan dialek beberapa tokoh yang digunakan. Terasa semakin memperkuat setting.

Dan yang membuat saya jatuh cinta adalah bonus epilognya. Aaah~ suka banget. Epic.

Radar saya hampir nggak menemukan typo di dalam novel ini:

sampai di rumah, kami pun dia tak berubah. --> sampai di rumah kami pun, dia tak berubah. ( hlm. 98)
makhlukmu --> makhluk-Mu (hlm. 214)

Novel ini memberi banyak pelajaran. Tentang kepatuhan, cara memperlakukan orangtua, cara berumah tangga yang sakinah mawadah warohmah dan tentang keikhlasan.
Saya beri 5 bintang untuk Jodoh untuk Naina.


TEBAR-TEBAR QUOTE

"Tak ada waktu yang terlalu cepat atau terlalu lambat untuk masalah jodoh. Dia akan datang kapan pun dia mau. Karena Allah telah menuliskannya dalam garis takdirmu." (hlm. 2)

"Kamu selalu punya pilihan, Naina." (hlm. 22)

Aku memang selalu punya pilihan, tapi aku juga memilih untuk membahagiakan Abah, apa pun yang terjadi. (hlm. 22)

"Naina, tidak ada harta bersama dalam pernikahan. Yang ada hanya harta suami dan harta istri. Suami punya kewajiban memenuhi semua kebutuhan rumah tangga juga kebutuhan istrinya, sedang harta istri bebas dibelanjakan semau istri. Itulah kenapa Abang berikan semuanya. Karena Abang mau, Naina yang atur. Karena Abang mau, Nai tahu berapa penghasilanku dan berapa pengeluaran kita. Jadi, nanti kalau kamu minta dibeliin mobil mewah atau liburan ke luar negeri sebulan sekali, Nai bisa tahu kalau Abang belum mampu." (hlm. 56)

"Enak, ya, punya istri, ada yang cemberutin." (hlm. 59)

Aku ingin membencimu. Begitu ingin. Aku ingin mengutuk semua keragu-raguanmu namun yang kulakukan hanya memberi maaf padamu. (hlm. 213)

Ya rabb,
Maaf jika aku mencinta makhlukmu terlalu sungguh. Maaf jika aku merindu makhluk-Mu dengan segenap rindu yang kupunya. Tapi aku tak sanggup menahan ini, ya Allah. Aku terlalu mencinta, aku amat sangat merindu. 
Allahku, tolong jaga dia dalam lindungan-Mu. Jaga dia dalam kasih sayangmu. Jaga hatinya agar selalu dalam lingkup rahmatmu. (hlm. 214)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar