Senin, 31 Agustus 2015

[Resensi: So I Married The Anti-fan - Kim Eun Jeong] Sang Anti-fan yang Hidup Bersama Artis Idola


Judul buku: So I Married The Anti-fan
Penulis: Kim Eun Jong
Penerjemah: Putu Pramania Adnyana
Penyunting: Nyi Blo
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun terbit: Maret 2012 (cetakan pertama)
Tebal buku: 540 halaman
ISBN: 978-602-98325-4-9




BLURB

Sekarang bukan lagi Chick Lit, tetapi Loser Lit!
Mimpi menjadi kenyataan. Tinggal bersama dengan selebriti terkenal di Korea. Akan tetapi... Aku ini anti-fannya!

Selebriti H Tampil Bersama Anti-fannya, L, Dalam Acara Real Variety!

Top star Korea yang terkenal dengan karisma lembutnya akan tampil bersama dengan anti-fanny, L, dalam acara real variety, yang menampilkan kisah mereka beraktivitas bersama selama 24 jam.
H: Anti-fan itu juga harus dijaga dengan baik. Aku ini cukup gentle kan? Hahaha!
L: Sebagai anti-fannya, aku akan menunjukkan sifat aslinya. Aku janji!

Fan-fan H menolak rencana ini karena dianggap sama saja mengumpankan bayi angsa yang lugu kepada induk itik yang buruk rupa. Dan apabila L sedikit saja melukai H, mereka siap melakukan teror apa pun.
-Harian Paparazi-


RESENSI

Geun Yong sang wartawati yang selalu mendapat pekerjaan yang tidak menyenangkan kali ini disuruh meliput acara pembukaan sebuah Klub milik rapper JJ. Di sanalah Geun Yong melihat Hu Joon untuk pertama kalinya. Geun Yong yang hendak ke toilet melihat Hu Joon membentak seorang gadis dan mendorong gadis itu sampai jatuh. Dan sialnya, Geun Yong yang mabuk, menumpahkan isi perutnya dua kali. Yang pertama di atas sepatu putih bersih Hu Joon dan yang kedua di dekat mobil Hu Joon! Hu Joon marah besar dan Geun Yong membalasnya dengan menyebut Hu Joon pria yang suka bertindak kasar pada wanita, dan bahwa ia melihat apa yang dilakukan Hu Joon terhadap gadis di luar toilet tadi.
Keesokan paginya, Geun Yong dipecat dari majalah tempatnya bekerja karena Geun Yong dianggap membuat masalah dengan Hu Joon, padahal majalah itu akan meliput dokumenter tentang Hu Joon. Dan perang pun dimulai. Geun Yong yang tidak terima dipecat dan menganggap Hu Joonlah yang mempengaruhi atasan Geun Yong agar memecat Geun Yong karena takut aibnya terbongkar, melakukan segala cara agar masyarakat tahu ia telah dirugikan oleh Hu Joon dan berniat mengungkap seperti apa Hu Joon sebenarnya. Tapi yang didapat Geun Yong justru malah keroyokan dan cacian dari para fan Hu Joon. Ia pun dianggap sebagai anti-fan terbesar Hu Joon.
Hidup tanpa pekerjaan, tanpa rumah dan memiliki tagihan utang membuat Geun Yong kelimpungan. Saat itulah datang tawaran dari Program Director Han Myung Soo untuk membuat acara variety show di mana Geun Yong akan tinggal bersama Hu Joon dan berperan sebagai manajer Hu Joon. Geun Yong dan Hu Joon menerima tawaran itu dengan tujuan masing-masing: Geun Yong ingin merobek topeng kepalsuan yang dikenakan Hu Joon dan mengungkap bagaimana pria itu sebenarnya sementara Hu Joon yang terlanjur mengatakan dalam wawancara bahwa ia ingin menjaga anti-fannya pun tak bisa mengelak.
Apakah Geun Yong berhasil mengungkap sifat asli Hu Joon? Apakah Geun Yong akan menyebarkan gosip saat ia berhasil mengetahui In Hyong, gadis yang ia lihat dibentak Hu Joon di toilet dulu ternyata adalah cinta pertama Hu Joon? Apa yang akan Geun Yong perbuat saat menyadari ada masalah besar antara In Hyong, Hu Joon dan JJ?

-----------

Novel So I Married The Anti-fan ini sangat menarik. Temanya adalah tema favorit saya. Saya memang penyuka novel roman yang tokoh-tokohnya saling benci lebih dulu. Lebih seru karena konfrontasi dan pertengkaran mereka. ^^
Menggunakan POV orang ketiga, ceritanya mengalir maju dengan plot yang serupa drama Korea. Saya serasa terhanyut dalam kesialan-kesialan yang dihadapi Geun Yong, tapi juga merasakan kekuatan Geun Yong untuk bangkit lagi. Gaya tutur novel ini khas komedi romantis ala-ala drama Korea. Ada bagian lucu yang bikin ngakak ada bagian haru-biru yang bikin mewek, dan ada bagian romantis yang bikin meleleh.

Karakter tokoh novel ini sangat kuat dan konsisten. Geun Yong adalah wanita yang banyak omong dan banyak protes. Kadang masalah timbul karena ia terlalu besar mulut, kesal juga melihatnya. Tapi Geun Yong cukup tangguh. Ketegaran dan keberaniannya dibungkus kekonyolan yang lucu. Pantas kalau Hu Joon nyaman bersamanya, sehingga karakter asli Hu Joon lebih keluar saat bersama Geun Yong.
Saya suka chemistry mereka yang muncul sedikit demi sedikit dan menguat di akhir cerita. Pertengkaran-pertengkaran berbalut sinisme yang anehnya membuat mereka lepas menjadi diri mereka sendiri.
Saya juga suka karakter Ji Hyang, si manajer super. Rasanya hangat dan tenang kalau Ji Hyang muncul, padahal beban pekerjaannya kan ribet banget.

Penerjemahannya bagus dengan catatan kaki untuk memberi penjelasan akan kata-kata yang mungkin asing bagi pembaca yang jarang mengikuti K-drama ataupun K-lit.

Novel ini sedikit banyak mengisahkan kerasnya hidup sebagai idola di Korea. Ibarat bersin saja bisa jadi berita. Namun ada juga kegigihan dalam novel ini, bahwa sedalam apa pun kita ditenggelamkan orang lain kita pasti bisa bangkit ke permukaan bukan hanya dengan kekuatan tapi juga ketabahan.


TEBAR-TEBAR QUOTE

"Rasanya aku ingin segera menghapus berita-berita di layar itu dengan penghapus." (hal. 54)

"Tapi kalau anti-fan itu adalah orang yang mengetahui sifat asli seseorang, mengkritiknya, dan berusaha melepaskan 'topeng' yang selama ini menutupi sifat aslinya itu, maka bisa dikatakan juga bahwa saya ini adalah anti-fannya." (hal. 62)

Jadilah dewa bila ingin terlihat di mata orang lain. Karena di tengah sengitnya persaingan dunia selebriti ini, toleransi dan keramahan bisa menjadi racun bagi diri sendiri. (hal. 86)

"Awalnya mungkin sangat susah untuk berbaik hati pada orang yang kelihatannya brengsek, tapi lama-kelamaan kau akan simpati padanya." (hal. 127)

"Satu hal yang ingin kukatakan, bola yang semakin kencang jatuh di tanah adalah yang paling tinggi memantulnya." (hal. 231)

"Kau tahu apa yang harus kita lakukan jika kita tenggelam tapi tidak mati? Pertama, buang napasmu, lalu letakkan tanganmu di dada. Setelah itu, kau akan turun ke dasar tanah. Ketika itu, tendang kuat-kuat dasar tanahnya. Kau akan naik ke atas dan tidak akan mati. Itu pilihanmu, apakah kau mau berusaha sampai napasmu habis dan mati, atau kau mau menunggu sebentar ke dasar tanah dan akhirnya naik ke atas. Aku pilih yang selamat pada akhirnya." (hal. 245)

"Kalau kau begitu mencintainya, kau harusnya pergi mencarinya. Kenapa hanya memandangnya dengan penuh kesakitan?" (hal. 256)

"Di duniamu ini, meskipun kau hidup di jalan yang benar, tapi kalau publik berkata 'tidak' ya berarti 'tidak'." (hal. 384)



Selasa, 25 Agustus 2015

[Resensi: Nightfall - Robin Wijaya] Cinta dalam Senja di Seattle


Judul buku : Nightfall
Penulis : Robin Wijaya
Editor : Andriyani
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2014
Tebal buku : 289 halaman
ISBN : 978-602-02-5205-6




BLURB

Indonesia

Sebaris kalimat, sebuah undangan,
dan luka pengkhianatan yang belum sembuh. Ada hal-hal yang membuat Natalie memutuskan untuk menerima uluran tangan Kris. Sikap pria itu membuatnya yakin
kalau ia sanggup keluar dari bayang-bayang masa lalu.

Seattle

Bagi Kris, obrolan dengan Natalie telah menjelma satu bentuk perasaan baru. Pria itu menagih kesepakatan: sebuah pertemuan kembali. Ketika temu dan harap menyatukan rasa, seorang pria dari masa lalu meluruhkan janji yang telah dibuat Natalie.

Richland

Ada satu celah kosong bernama kehilangan.
Benjamin membutuhkan seorang teman,
dan Natalie pernah mendiami tempat itu dulu. Ia ingin Natalie hadir untuk sekadar menengok kenangan, namun siapa bisa mengendalikan perasaan? Natalie dan Kris sadar cinta mereka yang masih dini, bisa rapuh karena kenangan itu.


REVIEW

Roma, yang seharusnya menjadi tempat liburan Natalie Hanggia bersama kekasihnya, Gio, justru menjadi tempat berakhirnya hubungan mereka berdua. Setelah mengetahui perselingkuhan Gio, Natalie meminta putus. Ia mengakhiri liburannya di Roma lebih cepat sehari dan mengganti jadwal penerbangannya ke Austria. Di bandara, sambil menunggu penerbangannya, Natalie berkenalan dengan seorang pria asal Seattle. Mereka bicara banyak hal selama menanti kedatangan pesawat mereka. Kris menjadi teman bicara yang menyenangkan bagi Natalie, demikian juga sebaliknya. Meski asing dan baru saja saling mengenal, mereka bicara bagai sahabat lama.
Kris meminjami Natalie sebuah buku sastra karangan Tolstoy miliknya, disertai dengan undangan agar Natalie mengembalikan buku itu ke Seattle. Mulanya Natalie ragu, tapi dengan bujukan Kris, akhirnya Natalie setuju.
Setelah pulang ke Indonesia, Natalie memberanikan diri menjalin kontak via email dengan Kris. Hubungan mereka semakin dekat setelah sering melakukan chatting. Hingga tibalah waktunya Natalie siap mengunjungi Kris di Seattle.
Namun saat Kris menanti kedatangan Natalie di bandara, gadis itu tak kunjung muncul. Apakah Natalie mengingkari janji? Mengapa Natalie lebih memilih mendatang Richland lebih dulu dan lebih memilih menemani Benjamin, kawan lama Natalie yang sedang patah hati? Siapa yang akan Natalie pilih? Kris si pria asing atau Benjamin, sahabat lama yang tengah terluka hatinya?

-------

Dari awal pandangan mata, kaver Nightfall sungguh menarik. Sangat kontemporer. Pria berjas rapi dan perempuan bergaun manis mengapit Space Needle, ikon kota Seattle. Seolah menjanjikan kisah romantis di Seattle.

Membaca Nightfall membuat saya penasaran, banyak hal kabur di awal yang nantinya terungkap perlahan. Namun saking perlahannya hampir saja saya merasa bosan. Saya sudah nggak sabar menanti Natalie bertemu dengan Kris di Seattle dan mengikuti romansa mereka.
Setelah Natalie tiba di Seattle bagi saya setting Seattle terasa lebih kuat daripada setting Richland. Robin Wijaya bukan hanya memberi detail landmark tapi juga detail suasana dan hawa udara Seattle. Hal ini membuat kota itu tampak nyata dan memberi latar romantis. Yah... cewek mana sih yang nggak suka romansa dalam hujan? Hihi..

Dari narasi yang dijabarkan, diceritakan Natalie dan Kris adalah teman ngobrol yang menyenangkan. Sayangnya itu hanya dalam narasi, ketika mereka berdua berdialog, saya sama sekali nggak menangkap kesan asyik obrolan mereka. Lebih terasa basa-basi. Saya rasa saya lebih suka jika dialog mereka diperbanyak dan diperdalam. Dialog yang tajam dengan selipan humor mungkin bisa memperlihatkan kedekatan chemistry mereka. Karena jika hanya melalui narasi, rasanya hanya mengambang dan kedalaman ikatan mereka kurang terselami.
Bahkan dialog Kris dan Susan, yang notabene sudah bersahabat lama pun masih sedikit kaku dan seakan berjarak.

Sementara untuk Ben, karakternya cukup konsisten sebagai pria yang berduka dan 'menghilang' dari lingkungan sekitarnya. Kedatangan Natalie membuatnya bangkit, dan lagi-lagi, karena mengobrol dengan Natalie. Jadi karakter Natalie ini 'diceritakan' pandai membuat obrolan yang menyenangkan. Meski saya berharap untuk lebih banyak membaca percakapan itu.

Plotnya rapi meski ada lubang besar dalam cerita ini. Pertemuan pertama Natalie dan Kris diceritakan terjadi pada Juli 2012, namun bagaimana mungkin mereka membicarakan serial The Following? Saya pikir itu adalah serial lain dengan judul yang sama, tapi Kris menyebutkan Kevin Bacon, berarti mereka sedang membicarakan serial yang tayang perdana di Fox pada Januari 2013! Itu tidak masuk akal menurut saya.

Ada beberapa typo dalam novel ini:

* puplen --> pulpen (hal. 41)
* nemukan --> menemukan (hal. 45)
* ...jawab Kris, sedikit ragu, --> ...jawab Kris, sedikit ragu. (hal. 112)
* sempenuhnya --> sepenuhnya (hal. 154)
* Kalaupun ada alasan yang mau membuatnya berbagi cerita. Tak lain karena... --> Kalaupun ada alasan yang mau membuatnya berbagi cerita, tak lain karena... (hal. 167)
* pangukannya --> pangkuannya (hal. 187)
* ...ia pergi keluar kamarnya. --> ...ia pergi ke luar kamarnya. (hal. 214)

Cukup menyenangkan membaca novel ini jika kamu tak keberatan dengan tokohnya yang bisa melakukan adegan dewasa di luar ikatan pernikahan. Tapi tenang, nggak ada adegan yang aneh-aneh kok :) Jika kamu penyuka hujan dan Seattle, silakan membaca roman tentang penyembuhan patah hati ini.
Dan saya sangat menantikan novel lanjutan dari seri ini, Daylight, yang bercerita tentang Gabriel Hanggia :))


TEBAR-TEBAR QUOTE

Ide soal senja hanyalah sesuatu yang begitu mudah untuk dimengerti. Kris berpandangan tentang waktu yang sering kali membawa orang pulang ke rumah. Setelah pagi yang tergesa-gesa, siang yang terasa panjang dan melelahkan, orang akan memilih waktu untuk kembali. (hal. 110)

"Kau bilang tak yakin. Maka waktu perlu meyakinkanmu." (hal. 114)

Kenyataannya, segala sesuatu bisa terjadi pada hati manusia. Dalam hitungan waktu yang singkat ataupun lambat. (hal. 116)

Jendela kamar ketika hujan, memiliki komposisi yang berbeda. Satu persen untuk kaca, dan sembilan puluh sembilan persen berisi kenangan. (hal. 144-145)

"Selain Tuhan, siapa lagi yang bisa menjamin kepercayaan? Tak seorang pun." (hal. 169)

"Kalau kau mau melangkah, melangkahlah yang jauh sekalian. Karena kalau hanya pergi satu dua langkah jauhnya, besar kemungkinan kau akan kembali ke tempat sebelumnya." (hal. 210-211)

Selasa, 18 Agustus 2015

[Resensi: To All The Boys I've Loved Before - Jenny Han] Surat Cinta yang Tanpa Sengaja Terkirimkan


Judul buku : To All The Boys I've Loved Before
Penulis : Jenny Han
Penerjemah : Airien Kusumawardani
Penyunting : Selsa Chintya
Penerbit : Penerbit Spring
Tahun terbit : April 2015 (cetakan pertama)
Tebal buku : 308 halaman
ISBN : 978-602-71505-1-5
Available at: bukupedia.com




BLURB

LARA JEAN

MENYIMPAN SURAT-SURAT CINTANYA DI SEBUAH KOTAK TOPI PEMBERIAN IBUNYA.

Surat-surat itu bukan surat cinta yang ditujukan untuknya, tapi surat yang ia tulis. Ada satu surat untuk setiap cowok yang pernah ia cintai--totalnya ada lima pucuk surat. Setiap kali menulis, ia mencurahkan semua perasaannya. Ia menulis seolah-olah mereka tidak akan pernah membacanya karena surat itu memang hanya untuk dirinya sendiri.

Sampai suatu hari, semua surat-surat rahasianya itu tanpa sengaja terkirimkan--entah oleh siapa.

Saat itu juga, kehidupan cinta Lara Jean yang awalnya biasa-biasa saja menjadi tak terkendali. Kekacauan itu melibatkan semua cowok yang pernah ia tulis di surat cintanya--termasuk cinta pertamanya, pacar kakaknya, dan cowok terkeren di sekolah.


RESENSI

Kehidupan Lara Jean selama ini hanya berpusat pada keluarganya. Ayahnya, dr. Covey, yang merupakan dokter kandungan; Margot, kakak tertuanya; dan Katherine, adik perempuannya yg lebih sering dipanggil Kitty. Dan tentu saja masih ada Josh, tetangga sekaligus pacar Margot. Josh telah menjadi idola bagi gadis-gadis Song, demikian mereka menamai diri mereka berdasarkan nama gadis ibu mereka yang telah meninggal.
Sebagai anak kedua, yang telah kehilangan ibunya saat berusia 10 tahun, tentu saja Lara Jean sangat mengidolakan Margot. Margot selalu teratur, selalu cekatan dan selalu bisa diandalkan. Maka saat Margot berpacaran dengan Josh, meski Lara Jean juga mencintai cowok itu, Lara Jean hanya bisa menerimanya dan mengubur rasa cintanya. Itu sebabnya ia menulis surat cinta untuk Josh. Surat sebagai tanda ia telah selesai mencintai cowok itu. Surat yang hanya ingin ia simpan bersama keempat surat cinta lainnya, tanpa ia niatkan untuk mengirimkannya.
Bahkan ketika Margot pergi kuliah ke Skotlandia dan putus dengan Josh, Lara Jean tetap menganggap Josh adalah milik Margot.
Dan tibalah hari itu, ketika Peter Kavinsky, cowok terkeren di sekolahnya, mendatangi Lara Jean dan menanyakan apa maksud surat dari Lara Jean yang ia terima. Kepanikan melanda Lara Jean, karena meskipun Peter adalah cowok pertama yang menciumnya, ia merasa sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi pada Peter.
Dan dimulailah perubahan dalam hidup Lara Jean. Demi menghindari Josh, Lara Jean berpura-pura berpacaran dengan Peter. Karena Peter sendiri juga ingin membuat mantan pacarnya cemburu. Tapi semua jadi di luar kendali. Bagai kotak pandora yang dibuka, surat-surat Lara Jean membuat hidup Lara Jean jungkir balik. Ia harus menghadapi cowok-cowok yang pernah ia sukai, menemukan kenyataan yang mencengangkan, mendapat ciuman dari Josh dan Peter, juga harus menghadapi Genevieve, mantan pacar Peter yang masih menganggap Peter sebagai miliknya dan siap mengincar Lara Jean seperti singa lapar.
Bagaimana Lara Jean menghadapi kekacauan hidupnya? Dan bagaimana hal itu bisa ikut merubah kehidupan gadis-gadis Song? Siapa yang sesungguhnya Lara Jean cintai? Josh atau Peter?

-------

To All The Boys I've Loved Before sudah menarik hati saya sejak awal diterbitkan. Judulnya menggetarkan... well, jujur saya pun pernah melakukan hal yang sama seperti Lara Jean, melampiaskan unek-unek untuk merampungkan perasaan. Hanya saja saya menulisnya di buku harian, bukan di kertas surat dan menyegelnya dengan amplop bertuliskan alamat lengkap seperti Lara Jean. :P
Membaca blurbnya juga membuat saya makin penasaran. Sungguh, saya sudah berniat ingin memburu novel ini.
Namun begitu tahu akhirnya menggantung, dan bakal ada novel keduanya, saya urung. Saya jadi ragu untuk membacanya. Saya takut jadi penasaran.
Karena digantung dan penasaran itu menyebalkan. #eyaaa #tsurhat

Begitu saya berani mencoba membaca, saya sangat menikmatinya. Diceritakan dari sudut pandang Lara Jean sebagai "aku" novel ini membuat saya cengar-cengir. Terutama di bagian dialog Lara Jean dengan Kitty dan dialog Lara Jean dengan Peter.

Karakternya sungguh menyenangkan. Saya suka gambaran seorang ayah dengan tiga anak gadisnya. Langsung kebayang Steven Gerrard dan anak-anak ceweknya. Haha...
Margot cukup menyenangkan di awal cerita, meskipun saya setuju dengan Chris-sahabat Lara Jean-bahwa Margot membosankan. Saya cukup kesal pada Margot saat ia pulang dari Skotlandia dan tampak 'menyepelekan' pilihan Lara Jean. Sebagai kakak perempuan, tingkah kekanakannya terasa menyebalkan.
Dari awal membaca saya sudah yakin kalau saya adalah #TimPeter ^^ Karakternya yang over pede, haus pujian dan tengil itu sungguh menggemaskan. Saya suka chemistry antara Peter dan Lara Jean, adegan-adegan romantis spontan mereka membuat saya memfavoritkan pasangan ini. Juga dialog mereka yang fun, nakal dan jahil. Adegan favorit saya yang melibatkan mereka adalah saat mereka mengunjungi estate sale. Saya bisa memahami mengapa Peter menganggap Lara Jean gadis unik ;)

Hal yang paling saya suka dari novel ini adalah persahabatan Lara Jean dengan Chris. Itu bukan hanya persahabatan embel-embel untuk melengkapi cerita. Tapi ada kesan kuat dalam persahabatan mereka. Lara Jean yang gadis baik-baik bersahabat dengan Chris yang liar, suka ganti cowok dan mabuk. Lara Jean begitu setia dengan menerima kehadiran Chris kapan pun gadis itu membutuhkannya. Dan anggapan buruk Margot tentang Chris salah saat Chris, yang benci karyawisata, tetap ikut demi Lara Jean, dan akhirnya Chris-lah yang membuat Lara Jean tetap kuat. Keren.

Penerjemahannya bagus, gampang dicerna. Banyak catatan kaki tentang istilah dan hal asing yang sangat membantu. Dan yang paling penting, mulus dari typo.

Overall, saya sukaaaaaa kisah ini dan nggak sabar membaca buku keduanya.

TEBAR-TEBAR QUOTE

Kalau cinta diibaratkan seperti kerasukan arwah, mungkin bagiku surat-suratku itu semacam upacara pengusiran arwah. Surat-suratku membebaskanku. (hal. 5)

Bagaimana rasanya jika ada seorang cowok menangis untukmu? Bukan sembarang cowok, tapi Josh. Josh kami. (hal. 31)

"Menurutku sebuah hubungan tidak hanya berkaitan dengan sentuhan fisik. Selalu ada cara untuk menunjukkan bahwa kau menyayangi seseorang, tidak hanya dengan menggunakan bibirmu. Atau bagian tubuh lainnya." (hal. 128)

"Bertengkar bukan pertanda yang baik, Lara Jean. Itu artinya mereka masih saling sayang." (hal. 204)

"Apa menurutmu ada bedanya? Antara milik seseorang dengan dimiliki seseorang?" (hal. 206)

Kurasa sekarang aku tahu perbedaannya, antara mencintai seseorang dari kejauhan dengan mencintai seseorang dari dekat. Ketika kau melihat mereka dari dekat, kau melihat diri mereka yang sesungguhnya, dan mereka juga melihat dirimu yang sesungguhnya. (hal. 375-376)

Cinta itu menakutkan. Cinta berubah. Cinta tidak bisa menghilang. Itulah bagian dari risikonya. (hal. 376)

Jumat, 14 Agustus 2015

[Resensi: Telaga Rindu - Netty Virgiantini] Kerinduan yang Mebuncah di Telaga Sarangan


Judul Buku : Telaga Rindu
Penulis : Netty Virgiantini
Desainer : Sapta P Soemowidjoko & Lisa Fajar Riana
Penata isi : Yusuf Pramono
Penerbit : Grasindo
Tahun terbit : April 2014
Tebal buku : 161 halaman
ISBN : 978-602-251-488-6




BLURB

Setelah tiga bulan lamanya pergi tanpa kabar dan alasan yang jelas, Dipa tiba-tiba menghubungi Nala. Ia berjanji untuk datang menemui Nala di suatu tempat yang telah mengukir kenangan indah mereka berdua ketika menautkan hati.
Dalam suasana syahdu Telaga Sarangan, sepanjang hari Nala terbelenggu rasa resah dan gelisah. Menanti-nantikan saat ia dapat melihat kembali sosok yang selalu membayangi hari-harinya, dalam belitan rasa rindu yang selama ini coba diredamnya dalam diam.
Entah mengapa, tiba-tiba ada ragu yang terasa mengganggu. Menyelinap begitu saja bercampur keresahan dan kegundahan. Dalam luapan rasa suka yang sempat mencerahkan hati Nala, ada satu pertanyaan serupa firasat yang mengusik batinnya, sampai waktu menjelang tengah malam tiba.
Apakah Dipa akan menepati janjinya…?


RESENSI

Nala merasa ragu bercampur kesal saat ibu melarangnya memakai sweter warna hijau untuk dipakai saat outbound ke Telaga Sarangan. Betapa tidak, sweter hijau itu pemberian dari Dipa, kekasih hatinya, saat ulang tahunnya yang ketujuh belas. Tapi ibu dengan tegas melarang Nala memakainya dengan alasan tak jelas.
Padahal itu pemberian yang terakhir dari Dipa sebelum Dipa menghilang dari hidup Nala. Karena kasus korupsi yang menjerat bapaknya, Dipa merasa malu dan hijrah meninggalkan Magetan ke Surabaya. Meninggalkan Nala tanpa penjelasan apa-apa.
Pagi harinya saat Nala dan teman-temannya siap berangkat outbound, Imron, sahabat dekat Dipa, memberitahu Nala bahwa Dipa akan menyusul Nala ke Telaga Sarangan. Dipa diperkirakan akan sampai saat tengah malam selepas acara api unggun. Maka dimulailah kegalauan dan kegundahan Nala sepanjang hari itu. Rasa rindu setelah tiga bulan tak bertemu bercampur firasat yang mengganggu.
Akankah mereka bertemu? Apakah Nala tetap akan nekat memakai sweter hijaunya ke Telaga Sarangan?

----

Sungguh seru mengikuti kegalauan Nala selama sehari dalam novel ini. Plotnya rapi dan padat, jadi meski cerita berlangsung kurang lebih hanya dalam 24 jam rasanya sama sekali nggak membosankan. Justru beberapa kali saya senyum-senyum dan bahkan ngakak sendiri. XD
Dengan diksi yang memesona, saya terbawa arus dalam konflik batin Nala.

Suka banget dengan settingnya. Saya sendiri belum pernah ke Telaga Sarangan, tapi seperti sudah membentuk lokasinya di kepala berkat deskripsi dari penulis yang mendetail dan lengkap banget, sampai ke kelokan-kelokannya pun rasanya pernah saya lewati. Untuk deskripsi, saya benar-benar mengacungi jempol karena detailnya begitu jelas, terpampang nyata kalau kata Syahrini. XD
Dan Netty Virgiantini dengan cerdas menyelipkan beberapa mitos, legenda dan kearifan lokal dalam novel ini.

Telaga Rindu merupakan novel dengan banyak tokoh. Ada Bestari, Palupi dan Kinanti, sahabat-sahabat Nala yang hebohnya minta ampun. Ada pula Imron dan Charles, pujaan hati sahabat-sahabat Nala yang konyol. Belum lagi keluarga Nala dan keluarga Bestari yang ikut muncul. Jadi meriah banget suasananya.
Untuk karakter bapaknya Nala, entah kenapa kok yang terbayang adalah bapaknya Dudung di film kartun Si Dudung ya? Haha...
Mungkin karena medoknya dan lagaknya yang suka merayu ^^
Saya suka karakter Dipa yang tenang dan pendiam. Berasa cukup wise sebagai remaja belasan tahun. Lalu jadi geregetan karena pergi begitu saja tanpa memberi penjelasan apa-apa pada Nala. Ketidaksempurnaan Dipa itulah yang membuat novel ini membumi.

Desain sampulnya simpel tapi makna yang dikadungnya dalam banget. Setelah selesai membaca saya benar-benar bisa memahami gambar di sampul novel ini.

Saya tertawa dan terharu bersama novel ini. Sebagai perempuan yang pernah remaja saya bisa memahami kerisauan Nala dan keinginan kuat untuk tak mempercayai takhayul. Dan sebagai ibu, saya bisa memahami rasa protektif orangtua Nala, bahwa kadang firasat adalah alarm yang memang harus diwaspadai. Inilah yang saya dapatkan dalam novel Telaga Rindu.
Yang sedikit membuat saya mengerenyit hanyalah saat Nala berjalan sendirian menyusuri jalan gelap di tengah malam untuk mencapai tempat janjiannya dengan Dipa yang cukup jauh dari penginapan. Well, untungnya itu Nala, kalau saya jelas saya nggak akan mau. Bahaya kan gadis remaja jalan sendirian, malam-malam? Hehe…

Novel ini juga mulus karena minim typo, hanya ada dua kesalahan ketik yang saya temukan. Makanya membaca novel ini lancar jaya selancar jalan tol :))
Saya beri 4 bintang untuk Telaga Rindu, novel memikat yang telah mengaduk-aduk perasaan saya.


TEBAR-TEBAR QUOTE

Setiap orangtua punya cara mendidik dan aturan masing-masing dalam keluarga, tidak bisa diperbandingkan satu dan lainnya. (hal. 36)

"Mungkin itu yang namanya 'cinta itu buta', La! Sebuah perasaan yang kadang-kadang tak peduli apa pun selain ingin memiliki seseorang yang menggetarkan hatinya. Tak peduli untuk itu ia harus melewati tebing curam penuh onak dan duri yang membahayakan jiwanya." (hal. 80)

Ketika dua hati telah merasakan hal yang sama, memang tak perlu lagi dibutuhkan deretan kata-kata. Juga tak peduli lagi berapa banyak pulsa terbuang untuk sebuah komunikasi tanpa suara. (hal. 83)


Jumat, 07 Agustus 2015

[Resensi: Across The Ocean - Ria Destriana] Pulau Karimunjawa Tempat Penyembuh Luka Hati


Judul buku : Across The Ocean
Penulis : Ria Destriana
Editor : Irna Permanasari
Desain sampul : Orkha Creative
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : Mei 2015
Tebal buku : 168 halaman
ISBN : 978-602-03-1512-6



BLURB

"Kamu tahu bagaimana caranya mengobati hati yang luka?"
"Bagaimana?"
"Dengan tidak melaluinya sendirian."

Di seberang laut di Pulau Karimunjawa, dua hati yang terluka bertemu. Saat melihat Anindita, Bayu seperti melihat dirinya sendiri. Perlahan mereka menjadi dekat dan kedekatan itu membuat luka di hati masing-masing mengering dan digantikan sebuah perasaan yang tak asing.
"Karena setiap orang berhak bahagia, termasuk kamu."
Anindita belum siap. Bayu bersedia menunggu.
Tetapi, bagaimana kalau saat Anindita kembali ternyata Bayu tidak ada di sana?


RESENSI

Dunia Bayu seakan runtuh saat Siska, kekasihnya, meminta untuk mengakhiri hubungan. Siska tak ingin lagi melanjutkan hubungan yang tidak direstui keluarga mereka masing-masing karena perbedaan agama. Bayu patah hati. Bertekad ingin melupakan Siska, ia memencil ke Karimunjawa, mengurus rumah peninggalan orang tuanya dan menjadikannya sebagai homestay bagi turis-turis yang datang.
Bayu sangat menikmati berada di tengah tamu-tamu yang menginap di rumahnya, membuatnya bisa melupakan Siska.
Hingga malam itu, ketika tak ada satu pun turis yang datang karena adanya badai di Laut Jawa, Bayu melihat seorang gadis yang berusaha bunuh diri berjalan ke tengah laut. Bayu segera menyelamatkan gadis itu, tapi ia malah ditampar!
Keesokan harinya gadis itu datang lagi sebagai tamu yang berniat menginap di rumah Bayu. Nama gadis itu Anindita, namun Bayu memanggilnya Anin.
Dalam diri Anin, Bayu melihat kedukaan yang sama seperti yang dulu ada dalam dirinya. Bayu pun berusaha membuat Anin kembali bahagia. Ia menemani gadis itu menghabiskan waktu di Karimunjawa.
Saat Anin harus kembali ke Jakarta, Bayu telah jatuh hati pada Anin. Tapi Bayu tahu mereka belum siap, mereka masih terluka, maka ketika Anin meminta Bayu untuk menunggunya, Bayu bersedia.
Akankah Anin kembali lagi ke Karimunjawa? Dan apakah Bayu akan tetap di sana menunggunya bahkan setelah tiga tahun berlalu?

-------------

Across The Ocean adalah kisah tentang penyembuhan patah hati. Sedikit klise memang, saat kita patah hati, kita pasti pergi ke suatu tempat untuk menyembuhkan diri. Tapi pilihan setting dalam novel ini benar-benar keren!
Ria menjabarkan Karimunjawa dengan deskripsi yang rapi. Suasana sepi dan suasana ramainya terasa perbedaannya.

Novel ini diceritakan dengan dua sudut pandang. Dari prolog hingga separuh novel, diceritakan dari sudut pandang Bayu, sedangkan dari pertengahan hingga ke belakang, diceritakan dari sudut pandang Anindita. Porsinya cukup berimbang, sayangnya tidak ada perbedaan mencolok antara "aku" dari sisi Bayu dan "aku" dari sisi Anindita. Mereka masih terdengar sama dalam bertutur dan berpikir.
Dari sisi Bayu, alur cerita mengalir maju, sedangkan dari sisi Anindita, alur sekali-sekali mundur untuk menceritakan penyebab Anin patah hati.

Bayu dan Anin merupakan dua karakter yang menderita patah hati meski dengan jalan berbeda. Bayu bekerja sebagai penulis lepas suatu majalah gaya hidup sedangkan Anindita membuka butik pakaian di Jakarta, sayang tak banyak yang diceritakan tentang profesi mereka. Itu membuat saya merasa karakter mereka masih kurang kuat, dan dialognya masih kurang tajam.
Walau ada sih yang membekas dalam ingatan saya tentang Bayu: cowok yang takut hantu! :))

Desain sampulnya cantik, seperti poster film. Warnanya memang agak monoton dan bukan jenis cover yang akan sanggup memikat mata saya, tapi foto pantainya memberi daya tarik tersendiri.

Beberapa typo dalam novel ini:

* tapi suaraku tenggelam bunyi ombak dan angin yang menggila. --> tapi suaraku ditenggelamkan bunyi ombak dan angin yang menggila. (hal. 29)
* kecuali soal ia ternyata bahwa Anin berzodiak… --> kecuali soal bahwa Anin ternyata berzodiak… (hal. 51)
* sampai hari aku… --> sampai hari ini aku… (hal. 53)
* kamarnya --> kamarku (hal. 95)
* waku --> waktu (hal. 105)

Overall, novel Across The Ocean adalah novel ringan yang akan cocok dibaca sepulang kerja atau sepulang sekolah. Sangat menarik untuk meringankan kepenatan dan tekanan di kantor atau sekolah :)
Saya beri 3 bintang untuk Across The Ocean.

TEBAR-TEBAR QUOTE

Beruntung sekali orang yang tidak pernah putus cinta. Aku iri. (hal. 26)

"Luka ternyata tidak bisa hilang dengan menghabiskan waktu sendirian." (hal. 53)

Menunggu? Apa aku akan menunggu orang yang tidak menungguku? (hal. 138)

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon