Judul buku: Ciuman Musim Dingin
Judul asli: A Kiss for Midwinter
Series: The Brother Sinister
Penulis: Courtney Milan
Alih bahasa: Martha Widjaja
Desain sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 184 halaman
ISBN: 978-602-03-3322-9
BLURB
Miss Lydia Charingford selalu tampak ceria. Namun sekuat apa pun ia berusaha tersenyum, ia tak dapat melupakan aib masa remaja yang dapat menghancurkan reputasinya. Ketakutan itu kembali muncul setelah ia bertemu lagi dengan Jonas Grantham, salah satu dokter yang mengetahui rahasianya. Ia tak ingin berurusan dengan Jonas, tetapi pertemuan mereka malah berakhir dengan taruhan konyol yang melibatkan sebuah ciuman. Seperti Lydia, Jonas pun menyimpan rahasia. Ia menanggung rasa bersalah terhadap wanita itu, dan kini setelah mengetahui Lydia berhasil melanjutkan hidup, ia malah jatuh cinta padanya. Meski Lydia terang-terangan menolak Jonas, dengan memanfaatkan taruhan mereka, ia bertekad akan memenangkan hati wanita itu.
RESENSI
Sebelum memulai kuliah kedokterannya di King's College di London, Jonas Grantham diizinkan menghabiskan waktu bersama Dokter Parwine. Ia sepakat mengambil alih praktik pria itu usai menyelesaikan pendidikan. Saat itulah pertama kalinya Jonas bertemu dengan Lydia Charingford, gadis berusia limabelas tahun, yang tengah hamil dan divonis menderita miasma. Hal yang menurut Jonas mustahil tapi ia tak mampu bersuara.
Lima tahun berselang, Jonas telah mengambil alih praktik Dokter Parwine dan menjadi seorang dokter di Leicester. Ia pun berniat mencari istri. Ia kembali bertemu Lydia yang menurutnya menempati peringkat sebelas dalam daftar wanita tercantik di Leicester. Namun Lydia yang masih mengingat jelas siapa Jonas merasa Jonas hanya ingin merendahkannya. Gadis itu membenci Jonas dan curiga Jonas hanya ingin mengoloknya.
Jonas yang telah bertekad menjadikan Lydia sebagai miliknya tak kurang akal. Ia menantang Lydia dalam sebuah pertaruhan. Jika ia menang, ia menginginkan ciuman Lydia, tapi jika ia kalah, ia akan menyanggupi permintaan Lydia untuk tak berbicara dengannya. Bersamaan dengan bunyi lonceng natal di pertengahan musim dingin, siapakah yang akan menang?
-----------------------
"Kau hanya wanita tercantik kesebelas di seluruh Leicester sampai kau membuka mulut. Begitu kau berbicara, tidak ada yang dapat menandingimu." (hlm. 82)
Sejak membaca seri Turner, saya dibuat jatuh cinta dengan karya Courtney Milan. Apalagi saat saya mengetahui riset apa saja yang sudah ia lakukan untuk karya-karyanya. Namun seorang teman pernah berkata kalau karya Courtney Milan yang berjudul Ciuman Musim Dingin, yang diterjemahkan dari A Kiss for Midwinter, lumayan membosankan dan kurang bagus. Maka, saya pun mengawali membaca novela ini tanpa ekspektasi yang tinggi. Saya tetap ingin membacanya karena bagi saya, sekali saya jatuh cinta pada karya seorang penulis, saya akan terus membaca karya-karyanya yang lain, entah karya tersebut bagus atau tidak. Maka, berikut adalah kesan saya seusai membaca novela ini.
A Kiss for Midwinter dibuka dengan adegan pembuka saat pertama kalinya Jonas Grantham bertemu dengan Lydia Charingford di Leicester pada September 1857. Pertemuan yang cukup suram dan mengguncang, tapi membekas begitu dalam di benak keduanya. Hingga lima tahun kemudian mereka bertemu kembali dan memulai perseteruan.
Untuk setting tempat memang kurang digali dan kurang dipaparkan dengan detail. Namun untuk setting waktu, terasa menarik terutama dilihat dari sisi dunia medis. Digambarkan betapa Jonas Grantham berusaha mengubah persepsi orang-orang tentang hal yang dianggap tabu oleh masyarakat. Yang sayangnya, bahkan di era modern ini, masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat di beberapa wilayah tertentu.
"Aku bukan perjaka. Kau juga bukan perawan. Bahkan jika kau masih perawan, kita berdua tidak perlu bersikap malu-malu mengenai persoalan ini. Jika wanita cukup umur untuk mengeluarkan anak seberat empat setengah kilogram dari saluram kelahiran, dia boleh mendengar kata seperti 'alat kelamin pria' dan 'rahim'. Ini istilah medis, Miss Charingford, bukan kata-kata kotor." (hlm. 74)
Bukan hanya blak-blakan dan ketus, Jonas Grantham dilukiskan sebagai dokter muda yang cerdas dan terbuka dalam menerima perubahan dalam dunia medis. Ia menentang cara-cara medis lama dan melakukan hal-hal baru seperti mencuci tangan saat memeriksa pasien. Sifatnya yang terlalu terus terang dan bicara apa adanya, memang membuatnya sering bertengkar dengan Lydia dan membuatnya bermasalah dalam menghadapi sang ayah.
Lydia sendiri adalah heroine yang tangguh. Setelah mengalami peristiwa nggak menyenangkan di usianya yang baru limabelas tahun, Lydia belajar banyak. Saya menangkap kesan betapa ia tetap bersikap optimis dan ceria, walau hati terdalamnya menangis. Satu-satunya orang yang ia pandang dengan pesimis, skeptis dan curiga hanyalah Jonas.
Sungguh menyenangkan membaca interaksi keduanya; Lydia yang benci dan ingin menyingkirkan Jonas sejauh-jauhnya dengan Jonas yang tenang dan blak-blakan, merayu dengan caranya sendiri yang sungguh terasa manis.
Bagi saya novel dengan premis hubungan love-hate memang selalu saya sukai. Apalagi kalau dibumbui beberapa hal menarik dan diramu dengan apik, sedemikian halnya dengan A Kiss for Midwinter. Latar dunia medisnya yang bergerak dari cara lama ke cara baru membuat saya tergelitik, dan Courtney Milan menuliskannya dengan gaya bertutur yang enak dibaca. Penerjemahannya sendiri rapi dan memuaskan, pilihan diksinya pun sangat baik.
Seolah hubungan intim dan hasrat sensual hanya... suatu hal. Hal biasa, fungsi tubuh, dan bukan topik memalukan. Seolah gairah, seperti kebenaran, dapat menjadi anugerah dan bukan hanya sumber rasa malu dan takut. (hlm. 159)
Selain naik turunnya hubungan Jonas dan Lydia, novela ini juga dibumbui dengan keresahan Jonas menghadapi ayahnya. Rasa cintanya pada sang ayah yang sakit dan keras kepala. Rasa frustasinya berusaha membujuk sang ayah begitu kental. Bahkan saya sempat menangis juga saat konflik mereka mencapai klimaks. Courtney Milan selalu bisa memberi nuansa kekeluargaan yang lumayan muram tapi sangat kental dalam novel-novelnya, dan kali ini tertuang melalui hubungan ayah dan anak Grantham.
Secara keseluruhan, saya puas membaca novela ini. Dengan jalan cerita yang menarik dan isu kesehatan di tahun 1800-an, kisah dalam novela ini memikat dan menyentil dalam waktu bersamaan. Saya rekomendasikan novela ringan ini buat kalian pencinta historical romance terutama kisah tentang love-hate relationship.