Judul buku : Hanakotoba
Penulis : Primadonna Angela
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ilustrator : Yulianto Qin
Tahun terbit : 2014
Tebal buku : 288 halaman
Dimensi : 20 cm
ISBN : 978-602-03-1027-5
Available at : bukupedia.com
BLURB
"Tiap bunga punya makna tersendiri. Tiap bunga beresonansi dengan emosi dan harapan yang ada di dalam hati. Ketika Ran membuka Hanakotoba - bahasa bunga - untuk mengobati patah hati, seiring berlalunya hari, tak diduganya orang lain merangkai kisah warna-warni dengan puspa yang dipajang di tokonya.
Beberapa jiwa yang bersentuhan dengan bunga, mendapati mereka telah diubah sepenuhnya. Demikianlah yang terjadi dalam berbagai cerita pendek dalam Hanakotoba."
RESENSI
Hanakotoba merupakan kumpulan cerita pendek yang memiliki satu benang merah. Ada 26 cerita pendek - termasuk prolog - yang melibatkan Hanakotoba, sebuah toko bunga milik Ran yang terletak di satu sudut di dalam mall.
Hanakotoba, toko sederhana yang diciptakan untuk mengobati patah hati dan mimpi. (Hal. 17)
Ran memang mendirikan toko bunga Hanakotoba, yang berarti "bahasa bunga" dalam bahasa jepang, karena ia patah hati setelah ditinggal kekasihnya. Ran yang selalu mempercayai keberadaan bangsa peri, memiliki kemampuan lebih dalam melihat masalah orang lain. Dengan media bunga yang tepat, Ran menolong orang-orang yang dirundung masalah yang datang ke tokonya. Agar orang-orang tersebut bisa menemukan keberanian, keberuntungan, kebanggaan, dan juga kejujuran.
Yang saya suka dari buku ini adalah ide ceritanya yang menarik dan konsepnya yang rapi. Kita diajak mengenali arti bahasa bunga dan kekuatan apa yang ada di balik bunga-bunga tersebut.
Tokoh-tokoh dalam Hanakotoba kebanyakan adalah remaja. Tapi jangan mengharapkan remaja labil yang cuma bisa galau dan mewek. Remaja-remaja dalam Hanakotoba adalah remaja yang kuat dan bijak menghadapi masalah hidupnya. Ini tentunya merupakan pesan moral yang diselipkan Donna di dalam bukunya. Konflik-konflik yang dihadapi beberapa remaja ini klise, umum terjadi di kehidupan nyata, dikhianati sahabat, kecemburuan pada pacar, penantian tanpa kepastian, jatuh cinta diam-diam, juga keinginan membanggakan orangtua.
Meskipun teenlit, tapi Hanakotoba memiliki karakter-karakter yang dewasa secara pemikiran. Sehingga kesannya lebih wise.
Bagian menarik dari buku ini adalah di setiap awal bab dimulainya cerpen, terdapat ilustrasi cantik dan quote menggigit tentang bunga yang menjadi pralambang tiap cerita. Saya suka semua ilustrasinya juga covernya. Warna rangkaian bunga dan latar di cover sangat kontras sehingga terlihat cantik. Hmm… kalau dibuat postcard pasti cantik banget. Hehe…
Ada typo di dalam buku ini, semacam:
- mau --> kau (hal. 40)
- Aku bertanya pada Jenni --> Aku bertanya pada Jenna (hal 148)
- puth --> putih (hal. 180)
- "oh, katanya" --> "oh," katanya. (hal. 226)
- sayang --> yang (hal. 256)
Juga terdapat beberapa kejanggalan dalam cerita. Seperti dalam cerpen "Jakoendo" ketika Keiko mendapat paket bunga dan 80 komik. Di tiap komik terdapat amplop berisi surat, yang jika dicuplik huruf pertamanya akan membentuk pesan:
Aku sayang kamu selalu
Meski tubuhku menyerah
Jiwaku takkan pernah meninggalkanmu
Love,
Adit
(Hal. 203)
Kalau dihitung, pesan tersebut hanya terdiri dari 79 huruf bukan 80 huruf. Dan saat Keiko membaca surat di dalam komik nomor 28, huruf pertama dalam surat adalah H, tidak cocok dengan pesan yang huruf ke 28-nya adalah U. Demikian juga dengan surat yang ke 73, huruf pertama suratnya L, padahal pada pesan jatuh pada huruf O.
Kemudian dalam cerita "Oniyuri", tokoh Harris diceritakan sebagai orang kedua (kamu) tapi ada dua paragraf di halaman 192 yang "tiba-tiba" Harris menjadi orang ketiga (ia).
Hal itu jadi sedikit mengganggu.
Tapi saya puaaaaas banget baca Hanakotoba. Ini bintang yang saya berikan untuk tiap cerita:
Hanakotoba ****
Shiragiku *****
Wasurenagusa ****
Kuchinashi ****
Sumire ***
Shirayuri *****
Sayuri ****
Tsutsuji ***
Tsubaki *****
Sakuraso *****
Botan ***
Kiiro bara *****
(Yotsu ha no) kuroba *****
Ajisai ****
Ayame ***
Oniyuri *****
Jakoendo ***
Sakura *****
Sagiso ****
Suisen ***
Mokuren *****
Tenjikubotan ****
Hinagiku *****
Hinageshi. *****
Suzuran ***
Ran *****
Saya suka sekali twist dalam setiap cerpen. Ada beberapa yang mengejutkan dan ada yang membuat tertawa. Romantismenya khas remaja; manis dan unyu. Secara keseluruhan Hanakotoba adalah kumpulan cerita yang "digodog" secara matang.
Jadi saya merekomendasikan buat siapa saja, tidak terbatas pada remaja, yang suka membaca kisah-kisah penumbuh semangat yang terbalut manis.
Saya beri 5 bintang untuk Hanakotoba, untuk semangat dalam bahasa bunganya yang menginspirasi.
TEBAR-TEBAR QUOTE
Bagaimana kalau emosi dan nurani bertentangan? Seperti berusaha menolong seseorang yang pernah menyakitimu di masa silam? (hal. 24)
Mengeluh lama-lama hanya akan menimbun kecewa. (hal. 24)
Berapa banyak yang berkata bahwa kebenaran akan membuat mereka lebih kuat namun nyatanya malah membuat mereka nyaris sekarat? (hal. 24)
Aku menggunakan medium bunga. Bunga memancarkan resonansi tertentu, dan kalau diperlakukan dengan benar mereka bisa membantu manusia. Karena itulah aku selalu percaya, siapa pun yang memutuskan untuk menanam sendiri banyak bunga di tamannya pasti lebih bahagia. (hal. 25)
"Cinta saja memang tidak cukup. Tapi cinta bisa menjadi landasan yang kuat untuk tetap berjuang menjalani hidup." (hal. 36)
Ketika dia tahu apa yang kamu butuhkan, ketika dia begitu memahami isi hatimu dan berusaha menghormati keinginanmu…
…itulah yang namanya cinta. (hal. 49)
"Ah. Ketidaktahuan kadang menyebalkan, bukan? Membuatmu bertanya-tanya apa yang salah. Tapi, kadang ketidaktahuan malah membebaskan. Apa pun alasannya semua sudah terjadi. Sudah bebas." (hal. 55)
"Tapi berhati-hatilah, jangan sampai benci membutakanmu akan satu hal… bahwa segalanya tidak akan berarti apa-apa kalau kamu tidak membiarkannya memengaruhimu." (hal. 75)
Pengalaman, seburuk atau sebaik apa pun, akan melekatkan bekas pada seseorang dan mengubahnya. Sedikit banyak begitu. (hal. 142)
"Bunga-bunga beresonansi dengan emosi yang melihatnya. Mereka saling memengaruhi. Emosi hadir bukan untuk disangkal, namun untuk diakui dan diterima. Emosi itu bagian dari kehidupan manusia…" (hal. 154)
It's always hard to say goodbye, especially to the ones that you consider close friends. (hal. 157)
Melihat kupu-kupu saja, dia memekik ngeri karena… yah, kupu-kupu itu serangga, kan? Berarti masih satu golongan dengan caplak, kecoak, dan… cowok-cowok brengsek! (hal. 227)
0 komentar:
Posting Komentar