Judul buku: Imaji Terindah
Seri: Keluarga Hanafiah #2
Penulis: Sitta Karina
Editor: Siti Nur Andini
Penata letak: Rizal Rabas
Desainer sampul: Sitta Karina
Foto sampul muka: Andra Alodita
Penerbit: Literati (imprint Lentera Hati)
Tahun terbit: Desember 2016
Tebal buku: 290 halaman
ISBN: 978-602-8740-60-9
BLURB
"Jangan jatuh cinta kalau nggak berani sakit hati."
Tertantang ucapan putra rekan bisnis keluarganya pada sebuah jamuan makan malam, Chris Hanafiah memulai permainan untuk memastikan dirinya tidak seperti yang pemuda itu katakan.
Dan Kianti Srihadi—Aki—adalah sosok ceria yang tepat untuk proyek kecilnya ini.
Saat Chris yakin semua akan berjalan sesuai rencana, kejutan demi kejutan, termasuk rahasia Aki, menyapanya. Membuat hari-hari Chris tak lagi sama hingga menghadapkannya pada sesuatu yang paling tidak ia antisipasi selama ini, yakni perasaannya sendiri.
RESENSI
Dalam sebuah pertemuan yang diadakan keluarga Hanafiah dan Kaminari, Chris Hanafiah bertemu dengan Kei Kaminari. Sejak awal Chris menganggap Kei aneh dan merasa terusik, apalagi Kei seolah memprovokasinya. Terlebih tiba-tiba saja Kei ada di dalam mimpi Chris dan membuat hati Chris panas!
Di sekolah Chris sendiri kedatangan seorang siswi baru yang langsung mencuri perhatian seisi sekolah karena keceriaannya. Chris yang merasa tertantang oleh pernyataan Kei, akhirnya mendekati sang siswi baru, Kianti Srihadi—Aki. Ajakan pacaran dari Chris ditanggapi santai oleh Aki. Gadis itu justru menawarkan hubungan persahabatan.
Chris mau tak mau mengikuti permintaan Aki dan mulai berteman dengan gadis itu. Tapi semakin lama dekat dengan Aki, Chris semakin tahu rahasia-rahasia Aki yang kemungkinan besar bisa melukainya. Ditambah lagi hubungan Chris dengan kedua sahabatnya: Alde dan Rimbi pun menjadi renggang.
Akankah Aki akhirnya menerima perasaan Chris? Dan akankah perasaan Chris berubah? Bagaimana pula hubungan persahabatan mereka nantinya?
--------------------
Bagi saya, ini adalah pengalaman pertama saya membaca seri keluarga Hanafiah yang fenomenal itu. Saya anggap fenomenal karena beberapa teman dan sepupu pernah merekomendasikan seri ini, bahkan mbak-mbak penjaga rental buku yang dulu sering saya kunjungi pun pernah merekomendasikannya. Hanya saja saking mudahnya saya terdistraksi (saya biasa berniat baca buku A tapi akhirnya berakhir baca buku B 🙈), rekomendasi itu pun hanya tercatat dan belum sempat juga direalisasikan.
Maka momen perkenalan pertama saya dengan anggota keluarga Hanafiah akhirnya datang juga. Melalui Imaji Terindah, saya berkenalan dengan salah satu anggota klan Hanafiah, yaitu Chris Hanafiah. Semula saya kira novel ini merupakan novel new adult atau dewasa, tapi ternyata Imaji Terindah adalah novel teenlit karena tokohnya masih remaja. Mungkin bagi pembaca yang telah ngeh tentang seri Hanafiah sudah nggak mempermasalahkan hal ini, tapi bagi saya yang memang awam dan hanya berpegang pada blurb di cover belakang, tentu saja terkejut. Saya sampai membolak-balik cover dari depan ke belakang karena siapa tahu saya melewatkan label remaja novel ini.
Menggunakan sudut pandang orang ketiga, Imaji Terindah membawa saya masuk ke dalam kisah remaja-remaja metropolitan yang harus menghadapi konflik cinta dan persahabatan. Ya, bukan hanya kisah cinta-cintaan saja yang ada di dalam novel ini, tapi juga persahabatan yang jadi goyah karenanya. Saya, yang memang menyukai cerita persahabatan, dibuat terharu dengan naik turunnya hubungan antara Chris, Rimbi dan Alde. Plotnya cukup rapi meski ada beberapa lubang yang terasa "hmm moment" bagi saya. Contohnya saat Chris berada di rumah Aki, kemudian Aki menghidangkan semangkuk ramen untuk Chris, tapi akhirnya nasib si ramen nggak ketahuan dimakan atau enggak karena Chris kemudian pergi setelah bertemu ayah Aki. (Oke, maaf, fokus saya nggak penting ya? 😅)
Saya juga penasaran ketika Chris datang ke rumah sakit menjenguk Aki seusai berantem dengan Reno. Aki bertanya tentang keadaan Chris yang berantakan, dan Chris menyebut tentang matanya yang memar. Saya membalik lagi halaman sebelumnya dan hanya mendapati kalau Reno menghantam uluhati Chris. Dan seandainya Reno memukul bagian wajah atau sekitar mata, bukannya kacamata Chris akan jatuh atau minimal terlepas? Saya yang pernah ditampar saja, kacamata langsung terpelanting ke lantai :(
Bicara tokoh dalam novel Imaji Terindah ini, saya suka banget dengan karakter Kianti Srihadi atau yang akrab disapa dengan nama Aki. Banyak hal positif yang ada dalam diri gadis ini. Meski fisiknya rentan tapi semangatnya luar biasa. Aki tetap ceria dan berpikir positif terhadap orang-orang di sekitarnya, bahkan terhadap teman yang jelas-jelas berniat jahat padanya. Aki juga punya pengaruh untuk mengubah Chris. Perubahan yang kemudian memicu pertengkaran demi pertengkaran antara Chris dengan orang terdekatnya.
Chris sendiri sebagai pangeran yang populer di sekolah cukup bikin pengin nonjok di awal cerita. Nembak seorang cewek seketika tanpa berusaha mengenal dan mendekati, rasanya arogan banget. :')
Dialog antar tokohnya begitu cair, dan terasa chemistrynya. Beberapa dialog antara Chris dan Aki juga sweet karena mereka saling menyebut nama dalam percakapan, bukan berloe-gue atau bersaya-kamu. Aiiihhh maniiiss. ^^
Best moment bagi saya adalah saat Chris akhirnya datang untuk Rimbi. Persahabatan mereka sudah mencuri perhatian saya, dan saya ingin mereka tetap bisa bersama. Maka ketika akhirnya Chris dan Alde bersatu membantu Rimbi itu rasanya nyess di hati saya. Sayang, persahabatan Aki dengan sahabat-sahabatnya di Jepang nggak muncul sesering Chris dan sahabat-sahabatnya.
Yap, demikianlah perkenalan saya dengan klan Hanafiah. Overall... saya menikmatinya. Pengalaman yang menyenangkan karena sedikit banyak saya tertular oleh semangat dan keceriaan Aki. Bagaimanapun jalan hidup kita, kita bisa memilih menganggapnya sebagai penderitaan atau tantangan, tapi kita tetap harus menghadapinya dengan rasa positif. Seperti Aki :')
Aaah... saya jadi terenyuh tapi juga bahagia. untuk Aki. Karena Aki telah menemukan kebahagiaannya. Karena Aki yang masuk ke kehidupan Chris telah membuat Chris menjadi lebih kuat lagi. Bukankah cinta seperti itu?
0 komentar:
Posting Komentar