Selasa, 11 Oktober 2016

[Resensi] Loving The Beast - Skye Warren

Judul buku: Loving The Beast
Series: Beauty
Penulis: Skye Warren
Edisi: Kindle Edition
Tahun terbit: April 2015
Tebal buku: 116 halaman
ASIN: B00TZAB6LI



BLURB

The sexy journey began in Beauty Touched the Beast and continued in the Beauty series. Now read the breathtaking conclusion in this epilogue novella from New York Times bestselling author Skye Warren...

Since their forbidden beginning, Erin and Blake's relationship has been marked by deep sensuality and intense emotion. Each challenge only makes them stronger, and Blake is ready to take his new fiance to meet his family. And to meet hers.

Home holds secrets for them both. A dark legacy threatens everything they've worked to build. When old debt comes between them, both Blake and Erin must fight to protect each other--and their love.


RESENSI

Blake masih saja dihantui oleh mimpi buruk. Setiap malam ia mendapat mimpi buruk dan nyaris melukai Erin. Blake sadar ia membuat gadis itu ketakutan. Padahal ia tak ingin membuat Erin takut, terutama di saat Blake akan membawa Erin menemui kedua orangtuanya.
Erin dan Blake ingin menyingkap apa yang sebenarnya pernah dialami oleh ibu Erin di rumah orangtua Blake saat masih bekerja di sana sebagai pelayan. Rahasia yang tersimpan bertahun-tahun. Saat semua terungkap, masihkah mereka sanggup bertahan?

--------------------------------


Loving The Beast adalah sebuah epilog yang sangat sempurna dari serial Beauty. Dari keempat novella sebelumnya nggak ada yang sedalam, seseksi dan semanis novella ini. Jika sebelumnya saya kecewa dengan novella keempat, Beauty Becomes You, kali ini saya nggak ragu untuk memberi lima bintang untuk Loving The Beast.

Novella ini diawali dengan adegan peperangan terakhir Blake. Tepat di detik-detik menjelang ia terluka, secara fisik dan jiwa. Hal yang membuatnya terus mengalami mimpi buruk. Penderitaan Blake karena mimpi buruknya, dan apa akibatnya bagi hubungannya dengan Erin, terasa dark dan menyesakkan. Kali ini Blake bukan hanya harus menghadapi rasa insecurenya, tapi juga rahasia yang disimpan orangtuanya serta hantu mimpi buruknya.
Saya takjub dengan cara Skye Warren bertutur. Kalimatnya begitu indah dan penuh kedalaman rasa. Membuat saya benar-benar merasakan kepedihan dan perasaan para tokohnya. Padahal novella ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, tapi saya seolah sangat mengenal Blake dan Erin. Saya bahkan lupa kalau saya sedang membaca novella bergenre erotica karena plot, diksi, setting dan karakternya begitu kuat dan rapi.

Sejak awal kisah, Skye Warren telah membangun ketegangan saya dengan kegalauan Erin dan firasat Blake saat hendak menemui orangtua Blake. Saya pun telah menyiapkan diri dengan kemungkinan paling klise: penolakan dari orangtua Blake. Tapi rupanya, Skye Warren punya timing dan cara tersendiri untuk menjatuhkan bomnya. Ia tetap menjaga ritme dan memperbolehkan Blake dan Erin beradegan ranjang sepuasnya dulu sebelum meletuskan konflik utamanya. Hah!

Sejak di novella pertama, Beauty Touch The Beast, saya sudah jatuh cinta pada Blake dan Erin. Kini di novella kelima yang menjadi epilog ini, saya tergila-gila. Blake dan Erin makin menunjukkan kematangan dan rasa cinta yang besar. Mereka posesif namun juga protektif secara seimbang. Keinginan untuk saling melindungi yang terasa manis banget.
Erin juga menunjukkan kualitasnya, ia mampu memikat ayah Blake bukan dengan kecantikan atau sesuatu yang dangkal, melainkan dengan kepiawaiannya main catur. Sebuah langkah yang biasanya dilakukan calon mertua pada calon menantu laki-lakinya. Tapi di sini Erin membuktikan diri, bahwa ia punya kualitas. Dan sekali lagi Erin menunjukkan kekuatannya saat mendapat konfrontasi dari ibu Blake. Keberaniannya untuk membela diri, walau hatinya begitu terluka benar-benar luar biasa.
Blake di sisi lain mulai menunjukkan sisinya yang gelap, terdorong oleh rasa posesif dan protektifnya. Perasaan yang ia miliki terhadap Erin begitu kaya.

Who was your first?
She was his first—the first woman he’d loved, the first woman he’d let in. The first woman to truly love him back, and he hated that she’d ever fucking doubted them.

Untuk adegan panasnya, saya rasa inilah yang paling hot bila dibandingkan dengan keseluruhan serinya. Mereka bercinta di mana-mana dan semakin intens. Yang paling epic tentu saja dalam perjalanan pulang dari rumah Blake, saat Blake menuntut Erin memberitahunya apa yang telah dilakukan ibunya hingga Erin terlihat begitu tersakiti. See? Kini Blake bahkan bisa menyadari apa yang salah hanya dari gestur yang dibuat Erin.
Saya nggak bisa menghitung seberapa banyak dirty talk yang diucapkan Blake, yang pasti ada di mana-mana. And I really love it!

Well, membaca serial Beauty menjadi pengalaman yang menyenangkan, dan ini menjadi serial favorit saya. Bukan hanya karena saya terobsesi pada Beast, tapi sebagai erotica, novella ini ditulis dengan sangat baik dan menyentuh.

2 komentar:

Nunaalia mengatakan...

mba, ini versi bahasa inggris ya?
ada yg terjemahannya gak ya?
dibikin penesaran niy sama review serial Beauty ini.

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Iya versi Inggris. Kalau terjemahan kayaknya nggak bakal diterjemahin, karena hot banget 😰

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon