Selasa, 02 Juni 2015

[Resensi: Kismet by Nina Addison] Persahabatan dan Cinta dalam Garis Takdir


Judul buku : Kismet
Penulis : Nina Addison
Editor : Dini Novita Sari & Harriska Adiati
Ilustrasi sampul : Alfi Zachkyelle
Ilustrasi naskah & foto : Nina Addison
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-1487-7
Tebal buku : 296 halaman





BLURB

kismet//takdir//destiny. Kata yang melibatkan semacam rahasia kosmik, yang memberi letupan kejutan di sana-sini dalam hidup seseorang, menggiringnya ke tempat ia seharusnya berada.

Konsep itu menggelikan bagi Alisya.

Tetapi ketika di tengah hiruk pikuk New York City ia bertemu dengan Cia, perempuan yang seketika menjadi sahabatnya, Alisya bertanya apakah takdir sedang bekerja?

Lalu muncul Raka, satu-satunya cowok yang bisa membuat Alisya jatuh cinta. Lelaki yang, lagi-lagi, dibawa takdir masuk ke hidupnya. Sayangnya, takdir yang satu ini berpotensi menghancurkan persahabatannya dengan Cia.
Jadi, mana yang harus ia pilih?

Orang bilang persahabatan itu kekal, untuk seumur hidup.
Namun, bukankah cinta sejati juga demikian?



RESENSI

Semua berawal dari musim gugur delapan tahun lalu di sebuah toko buku di Manhattan. Ironisnya, cerita ini juga diawali oleh sebuah layangan tinju… (hal. 12)


Musim gugur delapan tahun lalu, Alisya berkenalan dengan Cialisa setelah Cia meninju cowok yang mengganggu Alisya, dan Alisya ganti menyelamatkan Cia dari cengkeraman cowok yang sama. Cia yang tahu Alisya sedang mencari apartemen menawari Alisya kamar di apartemennya. Kebetulan roommate-nya baru saja pindah.
Mereka langsung akrab saat tahu sama-sama berasal dari Indonesia. Maklum, dari fisik mereka nggak terlihat sebagai keturunan Indonesia. Cia menganggap ini adalah kismet. Destiny yang mempertemukan mereka.
Berkat semangat Cia yang meluap-luap, Alisya teryakinkan untuk tinggal bersama Cia sesegera mungkin. Meski bukan hal yang mudah pada awalnya. Sempat terjadi kesalahpahaman di antara mereka hingga Alisya berniat hengkang dari apartemen itu saking suasana sudah makin nggak mengenakkan.
Alisya dan Cia membuat janji yang berkaitan dengan hari ulang tahun mereka yang berdekatan. Pada hari ulang tahun mereka akan berbuat kebaikan untuk orang lain.
Dan itulah yang membuat Alisya bertemu Mr. Gajah! Cowok yang punya andil besar yang nantinya akan membuat Cia melayangkan tinju pada Alisya. Cowok yang istrinya sedang hamil…
Alisya berusaha membantunya yang sedang kalut karena adik cowok itu sedang masuk penjara. Adik yang kerjanya cari masalah karena selalu menolak terjun ke bisnis keluarga. Mereka sama-sama tidak memberi tahu identitas masing-masing. Alisya mengenalnya sebagai Mr. Gajah dan cowok itu mengenalnya sebagai bartender girl.
Pertemanan mereka membuat Mr. Gajah ingin mengenalkan Alisya pada adiknya. Alisya menolak ide itu mentah-mentah. Tapi ketika Alisya akhirnya setuju bertemu di hari valentine, adik Mr. Gajah nggak muncul. Mr. Gajah pun menghilang bagai ditelan bumi.
Tahun itu juga tahun yang mengerikan bagi Cia. Cia hamil. Karena pacarnya memilih menghilang, Cia mengambil keputusan untuk melahirkan dan membesarkan bayinya di Jakarta. Cia memilih pulang ke Indonesia.
Lima tahun kemudian Alisya tiba di Jakarta demi merayakan ulang tahun Hope, putri Cia. Di situlah Alisya berkenalan dengan Raka, cowok incaran Cia yang terbaru. Yang membuat Alisya kelabakan, Raka tanpa ragu mendekatinya. Alisya berusaha menepis ketertarikan di antara mereka. Tapi bagaimana jika kismet bukan hanya bekerja terhadap Alisya dan Cia?  Bagaimana jika kismet juga bekerja terhadap Alisya dan Raka? Bagaimana dengan Mr. Gajah?




Hal pertama yang saya suka dari novel ini: judulnya. Perbendaharaan kata baru yang menurut saya terdengar romantis. Saya baru tahu 'kismet' ya dari novel ini. Tadinya saya pikir kismet ini nama tokohnya. Tapi arti kismet mengundang sisi curiosity juga sisi romantisme: takdir.

Prolognya adalah adegan masa kini, dimana Cia siap menghantamkan tinju ke wajah Alisya. Tapi bab satu bermula dari delapan tahun lalu saat pertama kalinya kedua tokoh bertemu. Sejak itu alurnya maju terus dengan cepat. Well, merangkum delapan tahun dalam satu novel setebal 294 halaman tentu nggak mungkin dengan pace lambat, maka alurnya memang berjalan cepat.

POV menggunakan orang pertama yaitu Alisya. Saya sebenarnya nggak begitu suka dengan POV 'aku', karena kadang terasa monoton. Tapi Nina Addison membuat saya mengecualikan novel ini. Kismet menjadi salah satu novel ber-POV 'aku' yang masuk deretan novel favorit saya karena gaya tulisannya yang asyik dan enak diikuti.
Meskipun ada satu bab yang memakai POV Ethan dan POV Raka. Mungkin saking shitty-nya situasi saat itu, hingga Nina ingin meyakinkan pembaca tentang perasaan Ethan dan Raka. Tapi berasa aneh jadinya, karena tiba-tiba berubah dan hanya untuk satu bab.

Karakter-karakternya bikin meleleh. Saya suka Cia yang seperti bola bekel. Antusias, bersemangat dan menikmati hidup. Sementara Alisya sedikit serius dan sedikit suram. Mungkin karena pengaruh penyebab perceraian orangtuanya dan harus ikut mengurusi Ethan.
Saya penasaran sama Ethan. Disebutkan sebagai cowok tampan dengan mata hazel, aww~ pasti heartbreaker banget. Hehe~ apalagi pintar masak dan berniat jadi chef. Saya memang suka cowok yang jago masak, karena kesannya seksi. Wkwkk~
Mr. Gajah yang misterius. Sungguh di bagian ini saya nggak bisa berhenti sampai ketemu siapa sebenarnya Mr. Gajah. Saya sampai nyolong-nyolong baca novel ini waktu ngajar. Hehe~
Karakter Raka masih ada sisa-sisa badungnya. Makanya dia punya kesan yang menarik untuk saya.
Juga ada satu karakter yang mencuri perhatian saya: Aryo. Kang Aryo ini mirip sepupu saya, ahli batik tapi tatoan. Gaya bebasnya pun mengingatkan saya sama sepupu. Ahh kalau mereka ketemu pasti cocok. Hehe~

Dialog dalam Kismet sebagian besar memakai bahasa inggris. Bukan untuk sok keminggris tapi karena latarnya di New York, karena tokohnya blasteran dan digunakan saat sedang berinteraksi dengan orang asing. Rasional kalau menurut saya.
Cuma yang bikin saya mengerenyit, adalah bahasa 'lo-gue' yang digunakan tokoh dalam novel ini. Saya kira orang yang telah lama menetap di Manhattan nggak akan memakai gaya bahasa 'lo-gue'. Terlebih Alisya kan cukup lama menghabiskan masa kecil di Yogyakarta (kalau nggak salah inget bacanya :D) dan kemudian berpindah-pindah tempat. Menurut saya, akarnya kurang kuat untuk menggunakan bahasa 'lo-gue'.
Mungkin karena baru bertemu di pertengahan cerita, chemistry Alisya dan Raka terasa kurang kuat.

Entah mengapa saya kurang sreg dengan cover Kismet. Mungkin karena babak-babak penting dalam Kismet memang terjadi di musim dingin, maka untuk cover dibuat bertema musim dingin, tapi tetap saja rasanya kurang metropop bagi saya.
Tapi saya suka ilustrasi di dalam novel ini. Cantik banget.

Novel Kismet ini mulus karena minim typo. Saya hanya ketemu kesalahan kecil semacam:

sambil sambil --> sambil (hal. 25)
Welll then, --> Well then, (hal. 32)
Dia berdeham kecil sambil nyengir canggung --> Dia berdeham kecil sambil nyengir canggung. / kurang tanda titik. (hal. 67)
"Gue mau berhenti kuliah, cetusnya. --> "Gue mau berhenti kuliah," cetusnya. (hal. 67)
ulang tahun tahun --> ulang tahun (hal. 76)
ber-"solo karier." --> ber-"solo karier". (hal. 111)
buku kudukku --> bulu kudukku (hal. 182)


Saya merekomendasikan novel ini bagi pembaca yang merindukan karya bagus di lini metropop dan nggak mempermasalahkan dialog yang berbahasa campur aduk. Meski labelnya dewasa tapi hanya terdapat sedikit implicit sex.
Saya beri 4 bintang untuk Kismet.


TEBAR-TEBAR QUOTE

"Kalau nggak buat cari pasangan hidup, lantas buat apa dong orang pacaran? That's why I think when I fall in love, I will fall hard." (hal. 48)

"Sometimes crazy is the only way." (hal. 52)

Hidup sungguh tak adil. Buat banyak orang, uang dua ratus dolar mungkin tak berarti apa pun. Seperti duit receh yang sering terselip dan terlupakan. Buatku? Itu adalah harga mimpi yang tidak terbeli. (hal. 64)

Tapi ketika kita sudah dewasa, apa sih arti bertambah umur selain tanggal expired yang semakin dekat? (hal. 75)

Banyak yang terjebak ilusi bahwa mereka bisa atau bahkan berhak untuk mengoreksi pandangan orang lain. Padahal apa yang harus dikoreksi jika definisi benar dan salah sendiri berbeda bagi setiap orang? (hal. 113)

"Hanya karena lo maju ke medan perang dengan modal kejujuran, lo belum tentu bisa menang. Not instantly, anyway. Kejujuran bukan perisai yang akan melindungi lo dari luka lagi, Al." (hal. 230)

Tapi dalam hidup, sejak kapan kita bisa memilih nasib? Dan dalam situasi yang membuat kamu harus memilih persahabatan atau cinta, apa ada jalan keluar yang happy ending? (hal. 236)

"Forgiveness may take a lifetime to come, Al. But it will come especially when there's enough love at its stake." (hal. 261-262)

"You will never know unless you try." (hal. 262)

"Lo pikir di dunia ini yang namanya cinta sejati tuh kayak apa? Yang penghuninya nggak pernah berantem? Yang mulus dan lancar, macam 'a walk in the park'? Salah, Al! Cinta sejati itu penuh bompel-bompel, growakan, tambal sana-sini, retak sana-sini. But guess what? Ketika dia masih bernyawa, dia akan tambah kuat selepas tiap cobaan yang datang." (hal. 278)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon