Judul buku: Pink Project
Penulis: Retni SB
Ilustrasi sampul: Louisanne Shutterstock
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Agustus 2009 (cetakan kedua)
Tebal buku: 264 halaman
ISBN: 978-979-22-4771-8
BLURB
Puti Ranin berang sekali ketika Sangga Lazuardi menyerangnya di ruang publik, di koran. Sangga mengejeknya sebagai katak dalam tempurung yang mencoba berceloteh tentang dunia! karena berani memberi penilaian terhadap lukisan tanpa pengetahuan yang memadai.
Bah! Dia memang awam dalam soal seni, seni lukis khususnya, tapi apakah itu berarti dia tidak boleh mengapresiasi sebuah karya? Dan baginya, lukisan Pring menyentuh kalbunya. Sangga Lazuardi sangat pongah. Kesombongan lelaki itu membuat Puti mati-matian membela dan mengagumi Pring, pelukis yang dicela Sangga.
Namun yang tidak dimengertinya... Sangga Lazuardi selalu muncul dalam setiap langkah hidupnya... Bagai siluman, Sangga selalu muncul di mana pun dirinya berada. Apa yang diinginkan lelaki yang telah menghinanya habis-habisan itu?
RESENSI
Puti kesal luar biasa terhadap Sangga Lazuardi karena artikel yang dibuat pria itu di koran yang melecehkan artikel dan otak Puti! Sebelumnya Puti telah membuat artikel yang mengulas tentang lukisan Pring setelah Puti mengunjungi pameran tunggalnya. Meski awam tentang lukisan, Puti ingin mengapresiasi lukisan Kucari Dirimu milik Pring yang membuatnya tergugah. Namun Sangga Lazuardi malah meremehkan kapasitas Puti dan mencela hasil karya Pring. Tentu saja Puti merasa dendam setengah mati pada sang kritikus itu. Bahkan saat Puti akhirnya berhasil bertemu dengan sosok Sangga di sebuah talk show, kebenciannya makin menjadi.
Hingga Puti akhirnya benar-benar bertemu dengan Sangga dan Sangga mengenalinya sebagai penulis artikel yang ia bantai. Tapi reaksi Sangga justru tampak santai terhadapnya.
Sayang lagi-lagi Sangga membuat Puti tambah kesal karena membuat Ina, sahabat Puti hilang akal dan mengejar-ngejar Sangga. Ina bahkan memutuskan tunangannya demi mendekati Sangga.
Ketika Puti berhasil berkomunikasi dengan Pring, akhirnya ia menemukan rahasia mengapa Sangga bersikap kritis padanya dan pada Pring.
Akankah Puti akhirnya menemukan Pring? Mengapa Pring begitu misterius dan sulit ditemui? Dan mengapa Sangga tak pernah berhenti ada di sisi Puti?
--------------
Akhirnya saya membaca ulang Pink Project. Baca ulang karena lupa sama sekali jalan ceritanya. Haha... saya cuma ingat nama-nama tokohnya.
Baca ulang ini dalam rangka kangen berat sama karya-karya Retni SB. Dan seingat saya dulu saya paling suka dengan novel yang satu ini.
Tema ceritanya klasik namun idenya diolah dan dikemas secara menarik. Biasalah saya memang suka dengan kisah yang salah satu tokohnya benci banget sama tokoh yang lain. Seperti Puti dan Sangga ini.
Walaupun bisa dibilang Puti ini negative thingking melulu terhadap Sangga. Namun karakternya cukup konstan.
Yang terasa labil justru Ina, sahabat Puti. Entahlah saya kok merasa nggak sreg dengan sikapnya yang bitchy banget. Padahal tadinya Ina diceritakan punya karakter logis dan kalem, masa hanya karena seorang Sangga dia bisa gila nempel-nempel, mesra-mesraan di depan umum dan marah-marah nggak jelas. Perubahannya drastis banget. Juga ketika dia kembali ke sifat awal pun rasanya mendadak. Labil.
Dari awal saya sudah terkesan dengan Sangga. Pintar, tenang dan logis. Dia juga dengan santai menerima kemarahan Puti. Namun ketika hampir mendekati akhir dan kemudian diungkapkan kesuksesan-kesuksesan dia, hmmm~ kenapa jadi terkesan too good too be true, ya?
Sedangkan Pring sepertinya cukup lucu dan apa adanya. Saya suka pembawaannya juga email-emailnya kepada Puti.
Hubungan antar tokohnya asyik dan kocak. Saya juga menyukai nama-nama tokohnya yang unik dan khas.
Menggunakan POV orang ketiga, novel ini beralur maju dan terasa mengalir. Cara bertutur Retni SB selalu menggelitik. Cukup banyak dialog dalam novel ini namun deskripsinya pun akurat dan jelas, sehingga menjadi penyeimbang yang pas.
Secara keseluruhan saya suka sekali membaca Pink Project. Merasa senang karena novel ini berhasil mengembalikan mood baca saya yang sempat mampet. Ada cinta yang nggak masuk akal namun manis di dalam novel ini. Membuat saya tersenyum puas saat menutup lembaran terakhirnya.
0 komentar:
Posting Komentar