Judul buku:Ruang Kaca
Penulis: Alamanda Hindersah
Editor: Fanti Gemala
Desainer kover: Dhynda Hanjani Putri
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: Februari 2015
Tebal buku: 177 halaman
ISBN: 978-602-251-819-8
BLURB
Ada rasa tersembunyi di balik jendela-jendela kaca itu. Menerawang. Memberi tanda. Meski mungkin kita tak akan pernah sadar. Sebab, kadang kita melihat terlalu jauh. Meminta apa yang tak bisa kita dapatkan.
Berharap suatu hari nanti permintaan kita akan terkabul. Kita tahu cinta tidak mau menunggu lama, tapi kita tetap dengan keras kepala berdiri diam di titik masing-masing. Sampai kapan kita harus menunggu untuk bahagia?
RESENSI
Kiara telah mengenal Ghana sejak kelas dua SMA. Atas bujukan Malika, kakaknya yang lebih tua lima tahun, Kiara ikut menjadi relawan di sebuah komunitas. Di komunitas itulah Kiara berkenalan dengan teman-teman Malika; Della dan Ghana.
Hubungan Kiara dan Ghana memang dekat, mereka sering menghabiskan waktu bersama meski hanya saling diam. Tapi sampai kapan pun Kiara merasa tak bisa menyaingi hubungan Ghana dan Malika. Karena Malika-lah yang memiliki hak eksklusif untuk menyentuh bahkan mencium pipi Ghana yang tak pernah suka sentuhan fisik.
Kiara cemburu, maka yang bisa ia lakukan adalah menghindari Ghana. Hingga Ghana kelimpungan. Hingga Ghana mengajukan pertanyaan dan mencium Kiara. Ciuman yang memicu kemarahan Malika.
Serumit itukah hubungan mereka? Ataukah cinta sesungguhnya sederhana dan Ghana-lah yang rumit dan sulit dipahami?
------------
Hal yang membuat saya tertarik membaca novel ini adalah blurbnya yang puitis. Kalimat-kalimat yang mengusik rasa penasaran saya untuk mencari tahu cerita apa yang bersembunyi di dalamnya.
Jujur saya sempat kebingungan pada plot novel ini yang melompat-lompat. Kebingungan pada alurnya yang mundur dan maju secara tiba-tiba. Namun lama-lama saya mulai menikmati keunikan gaya bercerita Alamanda yang serupa fragmen-fragmen.
Novel dengan setting di Bandung ini dikisahkan menggunakan POV orang ketiga, dan lebih fokus pada Kiara. Beberapa deskripsi terasa to much information, ada informasi-informasi yang sebenarnya nggak penting-penting amat. Seperti kebiasaan si kucing yang toh nggak memberi pengaruh apa-apa ataupun nilai rapor prakarya Kiara. Kadang terasa lebih banyak tell-nya daripada show-nya.
Karakter utama novel ini Kiara saya rasa cukup konsisten. Kiara pencinta kesunyian, ia menikmati hubungan yang terjalin dalam ketenangan. Itu sebabnya ia bisa menyimpan rasa cinta diam-diam dari sejak kelas 2 SMA hingga semester akhir.
Yang cukup menyebalkan justru sang kakak, Malika. Diceritakan sebagai orang yang terencana dan detail terperinci, saya anggap ia cukup menyebalkan karena lebih suka menyusun dan menyimpan rencana-rencana hidupnya sendiri.
Ghana menjadi karakter yang misterius banget. Entah apa yang dipikirkannya, entah apa yang diinginkannya. Membuat saya banyak menduga-duga karena begitu impulsif dan nggak bisa ditebak.
Chemistry-nya lumayan bagus di pertengahan menuju ke ending, dialognya tipe dialog campur antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, terasa cukup cair dan enak diikuti.
Yang mengagetkan saya dan akhirnya membuat saya menyukai novel ini adalah twistnya yang diluar dugaan saya. Penulis sungguh pintar menggiring saya sebagai pembaca ke sisi yang saya anggap benar dan kemudian memberi saya kejutan yang luar biasa.
Jika kalian suka pada novel yang disajikan dengan potongan-potongan adegan mirip puzzle silakan mencicipi Ruang Kaca. Saya cukup suka dengan gaya tulisannya dan endingnya. Yaah... bagaimana pun mudahnya kita memahami seseorang hanya dari gesturnya, tetap saja kejelasan komunikasi adalah hal yang utama.
3 komentar:
Sama, nih, Kak. Kadang sebel kalo too much information :3
Rasanya jadi pengin skip skip ya, Put? XD
Makasih udah mampir, dear :)
Posting Komentar