Judul buku: Fenomenologi Wanita Ber-high heels
Penulis: Ika Noorharini
Editor: Sori Siregar
Creative Director: Yuri Heikal Siregar
Ilustrator: Tigana Dimas Prabowo & Firas Sabila
Fotografer sampul: Erich Silalahi
Penerbit: PT Artha Kencana Mandiri
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 112 halaman
ISBN: 9786027306905
BLURB
Bagaikan sebuah kekuatan terpendam, high heels bukanlah sekadar makna dan benda konkret karena wanita mendapatkan kepercayaan diri yang dapat membius siapa pun di sekitarnya. Keragaman makna high heels bagi wanita membentuk konsep diri masing-masing yang berbeda secara diametral.
RESENSI
Buku Fenomenologi Wanita Ber-high heels saya terima sejak sebulan lalu, tapi baru sekarang saya bisa santai membacanya. Setelah selesai saya nyesel banget... kenapa nggak sedari kemarin saya membaca buku yang asyik ini. Maka jadilah buku setebal 120 halaman ini saya lahap dalam sekali duduk.
Buku ini awalnya merupakan penelitian dari sang penulis sebagai bahan tesisnya. Lalu kemudian muncul ide untuk membukukannya dan menerbitkannya.
Fenomenologi sendiri mengandung arti sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini.
Maka sudah jelas bahwa paparan yang disampaikan Ika Noorharini adalah paparan yang berdasarkan pengamatannya yang jeli dan faktual. Tapi gaya bertuturnya benar-benar enak sehingga saya tenggelam mengikuti isi buku ini hingha tuntas.
Saya sendiri bukan high heels lover... saya lebih nyaman mengenakan flat shoes ataupun sneakers. Bahkan sandal jepit. Tentu saja karena saya bukan pekerja yang harus tampak menonjol. Mobilitas saya pun hanya terbatas ke rumah murid, sekolah anak, pasar, swalayan, bahkan rapat pun hanya seputaran di puskesmas, kelurahan dan kecamatan. Apalagi saya adalah pejalan kaki, yang setiap harinya naik-turun trotoar dan aspal jalanan... kalau saya nekat pakai high heels, bisa remuk kaki saya :)))
Meski begitu, saya pernah merasakan menikmati memakai high heels di masa kuliah. Dan saya mengamini paparan penulis dalam buku ini bahwa high heels memang punya kemampuan untuk mendongkrak kepercayaan diri. Membuat mood saya menjadi lebih baik di tiap suara keletukan yang saya buat di lantai. Saya paham kebutuhan wanita untuk mengaktualisasi diri. Saya mengenal banyak teman pekerja yang selalu heboh meributkan high heels bahkan di saat mereka tengah hamil. Tadinya saya sama sekali nggak paham mengapa mereka sebegitu butuhnya dengan high heels. Lha wong ketika saya kerja di sebuah hotel bintang empat pun saya tetap memilih memakai flat shoes. Tapi buku ini akhirnya membuat saya mengerti.
Di halaman awal, Fenomenologi Wanita Ber-high heels menjelaskan tentang sejarah kemunculan sepatu tumit tinggi sejak zaman Yunani Kuno. Ternyata trend high heels justru dimulai oleh para pria! Seru banget mengikuti kisah sejarah high heels dari masa ke masa yang ditulis terperinci dengan ilustrasi yang apik di dalam buku ini.
Selain paparan dari pengamatannya sendiri, Ika Noorharini juga mengundang setidaknya 15 wanita dari beragam profesi yang turut membagi alasan dan kisah unik mereka dalam ber-high heels. Apa yang membuat mereka menahan rasa nyeri dan bertahan dengan high heels yang menyakitkan. Apa yang mereka rasakan saat mengenakan high heels. Seperti apa mereka ingin dipandang membuat mereka menggunakan high heels. Cantik, percaya diri dan sederajat adalah beberapa alasannya.
Pada akhirnya saya menganggap buku ini benar-benar menarik untuk dibaca. Sangat berguna bagi para wanita maupun pria. Ooh... terutama para pria. Agar pria-pria ini nggak lagi mengerenyitkan dahi atau menggerutu saat mendapati pasangannya membeli high heels... lagi. :)))
0 komentar:
Posting Komentar