Judul buku: The Maddening Lord Montwood
Penulis: Vivienne Lorret
Alih bahasa: Katherin Handayani S
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: Oktober 2017
Tebal buku: 372 halaman
ISBN: 978-602-04-4722-3
BLURB
Para bujangan perayu wanita dari Fallow Hall bertaruh tidak akan pernah menyerah pada cinta, namun akankah si perayu terakhir menemukan pasangannya?
Frances Thorne bisa mengatasi persoalan apa saja, kecuali kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan ayahnya yang dipenjara dalam satu hari. Maka, ketika ada tawaran bantuan jatuh ke pangkuannya, dia sangat bersyukur, sekalipun itu terlihat terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Hal terakhir yang dibutuhkannya adalah Lord Lucan Montwood, yang menawan, menyebalkan sekaligus menjengkelkan, menghalangi jalannya.
Akhir dari taruhan sudah dekat, dan Lucan Montwood bisa mengecap aroma kemenangan, asalkan dia bisa menjauhi wanita yang mampu melihat menembus penampilan luarnya. Namun, ketika mengetahui bahwa Frances dalam kesulitan, Lucan tidak dapat menyangkal bahwa dirinya rela melakukan apa saja demi membantu. Meyakinkan wanita itu untuk memercayainya adalah bagian yang sulit, menolaknya hampir mustahil, tapi jatuh cinta padanya? Mungkin itu terlalu sederhana.
RESENSI
Sejak kemunculan Lucan Montwood yang misterius, kelam, tapi memesona di The Devilish Mr. Danvers, saya sudah dibuat penasaran akan seperti apa perjalanan cinta pria satu ini. Atau lebih tepatnya, akan seperti apa ia melawan takdirnya untuk jatuh cinta. Karena berdasarkan kisah-kisah sebelumnya dalam serial The Rakes of Fallow Hall, Lucanlah yang telah menanamkan ide pertaruhan sebesar sepuluh ribu pound bagi yang mampu membujang hingga akhir tahun. Lucan telah mencium bau kemenangan setelah Everhart dan Danvers menikah. Tinggal sisa enam bulan lagi, tentunya itu waktu yang terlalu singkat untuk membuatnya jatuh cinta dan menikah, bukan? Atau... ia salah?
The Maddening Lord Montwood dibuka dengan latar tahun 1822 pada musim dingin di St. James. Ini adalah saat dimana Lucan sekali lagi harus mendapati kelicinan dan kelicikan ayahnya, yang menyebabkan sang Marquess lolos dari tiang gantungan dan malah menimpakan kesalahan pada Thorne, salah satu pekerjanya. Lucan harus mencari cara untuk membebaskan Thorne. Inilah asal mula Lucan memiliki utang besar dan kelak mendorongnya untuk bertaruh dengan teman-temannya.
Kurang lebih dua setengah tahun kemudian, Lucan harus menghadapi kemarahan Frances Thorne. Karena kehidupan Thorne tak juga membaik, dan Frances harus jungkir balik untuk menghidupi dirinya dan ayahnya. Tentu saja, hal termudah adalah mencari kambing hitam dan ia menyalahkan Lucan.
Frances menjadi tokoh yang kadang mengagumkan dan kadang menjengkelkan. Mengagumkan saat melihat kegigihannya mempertahankan hidup dan menghadapi ayahnya yang mulai kacau. Menjengkelkan saat ia hanya melihat hal-hal yang ada di permukaan. Sebagai seseorang yang hidup di jalanan dan mengajar seni membela diri tentunya ia harus waspada pada kebaikan terselubung, tapi Frances tetap keras kepala dan mendewakan pria yang berkali-kali menyebut dirinya murah hati.
Konflik dalam novel ini tak terlalu menegangkan. Mungkin karena sang penjahat telah diketahui sejak awal, sehingga pembaca hanya dibuat menebak-nebak apa motifnya. Mengikuti perjalanan naik-turunnya hubungan Lucan dan Frances juga ternyata tak semenarik novel pendahulunya. Sebagai bujangan yang menolak menikah ternyata Lucan mudah untuk menerima takdir cintanya dan sama sekali tak menyangkal.
Hubungan persahabatan dalam novel ini masih sangat hangat. Hal inilah yang membuat saya jatuh cinta pada serial ini. Persahabatan ketiga malaikat terbuang begitu akrab dan terasa kuat chemistry-nya. Saya menyukai dialog yang saling mereka lemparkan juga gestur mereka terhadap satu sama lain. Calliope dan Hedley juga begitu cair dalam lingkaran kecil persahabatan itu. Saya suka mendapati bahwa Hedley dan Lucan masih punya hubungan 'istimewa' seperti yang mereka tunjukkan di novel sebelumnya.
Secara keseluruhan The Maddening Lord Montwood cukup memuaskan. Melalui Lucan Montwood saya memahami bahwa kadang kita tak bisa mengambil kesimpulan terhadap seseorang hanya karena tampak luarnya saja, dan bahwa segala yang tampak begitu baik belum tentu benar-benar baik. Dan pada akhirnya yang membuat saya jatuh cinta tetaplah covernya yang memikat dan benar-benar merepresentasikan cerita di dalamnya. Setiap melihat sampulnya, saya membayangkan ketika Frances berjalan membawa lilin di lorong galeri rumah Whitelock sambil berharap suara Lucan muncul dari bayang-bayang kegelapan. Perfect!