Selasa, 24 Mei 2016

[Resensi] Pay It Forward - Emma Grace


Judul buku: Pay It Forward
Penulis: Emma Grace
Editor: Tri Saputra Sakti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: April 2015
Tebal buku: 256 halaman
ISBN: 978-602-03-1501-0
Goodreads: Pay It Forward



BLURB


Tedjas

Astaga, gadis itu sudah gila. Pasti! Gue nggak pernah berminat untuk komentar di status orang di Facebook, apalagi ikut-ikutan dalam permainan apa pun. Tapi, gadis itu bilang apa tadi? Pay It Forward? Cih, permainan apa itu?

Gitta

Aku nggak pernah mengira bisa membenci seorang pria, seperti aku membenci Tedjas. Sejak pertama bertemu, dia selalu bersikap menyebalkan. Seakan belum cukup, dia juga menghinaku habis-habisan di depan banyak orang. Semakin jauh jarak terbentang di antara kami, itu semakin baik! Itu yang Tedjas dan Gitta pikirkan. Tapi ketika rasa cinta menggedor semakin kuat, sanggupkah mereka berdua tetap berpura-pura bahwa kedekatan itu tak pernah nyata?

RESENSI

Tanpa sengaja saat sedang iseng membuka facebooknya, Anggita Nathanael menemukan status yang menarik. Seseorang bernama Yunike Setiabudi mengajak siapa saja untuk memainkan Pay It Forward. Bagi tiga orang yang menulis I'm in di kolom komentar status tersebut, akan mendapat gift dari Yunike, namun mereka juga wajib meneruskan permainan ini dengan memasang status yang sama. Tanpa pikir panjang, Gitta pun langsung menuliskan komentar. Dan ia pun menjadi tiga orang pertama yang beruntung dan wajib meneruskan permainan ini.
Hal tak terduga terjadi saat Gitta membuat status yang sama dengan Yunike, salah satu dari tiga orang pertama yang merespon statusnya adalah Tedjas Hadisukmana. Nama pemuda itu membuat ingatan menyebalkan di masa orientasi kampus muncul di benak Gita. Gara-gara Tedjas, kelompoknya hampir tidak lulus masa orientasi. Itu sebabnya Gita merasa curiga Tedjas akan mengacaukan permainan pay it forward ini.
Benar saja setelah beberapa lama, Tedjas sama sekali tak mengikuti instruksi. Didorong oleh rasa kesal, Gita menemui Tedjas dan menuduh yang bukan-bukan. Namun karena merasa bersalah, akhirnya Gita mendatangi rumah Tedjas. Di sanalah Gita mendapati siapa Tedjas yang sebenarnya. Alasan mengapa Tedjas terlihat begitu penyendiri.
Saat Gita menghadapi masa-masa sulit dengan ayahnya, justru Tedjas yang mendukungnya, menemani Gita mencari akarnya. Lalu akankah cinta benar-benar bersemi di tengah permainan ini?

---------------

Saya merasa lini Young Adult terbitan Gramedia selalu menawarkan cerita yang menarik. Ide-ide ceritanya selalu fresh dan konfliknya lebih greget bahkan bila dibandingkan dengan Amore yang memang lebih sering mengecewakan. Ini membuat saya berpikir bahwa masa young adult memang masa krusial yang berpotensi menghadirkan banyak konflik dan memberi pelajaran hidup.

Duuuh... kenapa saya malah ceramah soal young adult? Hahha...
Tapi memang, membaca Pay It Forward memberi saya kenikmatan yang membuat saya nggak bisa berhenti demi mengikuti liku perjalanan Gita. Dengan apik dan rapi, Emma Grace membangun kisah yang memikat.

Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Paling banyak tentunya dari sudut pandang Gitta, lalu sisanya beralih-alih dari sudut pandang sang ayah, nenek dan Tedjas. Dan tentu saja bagian favorit saya adalah setiap kali sudut pandang diungkap melalui sisi Tedjas. Saya memang suka jika novel menampilkan sudut pandang tokoh pria karena... siapa sih yang bilang hati wanita susah dimengerti? Justru para prialah yang terlalu rumit dan sulit dipahami. *diiih malah curhat* XD

Saya sebenarnya sebal-sebal gemas terhadap karakter Gitta. Dia selalu melihat segala sesuatunya hanya dari satu sisi. Gitta menganggap Tedjas brengsek dan merugikan, tapi lihatlah... begitu dia datang ke rumah Tedjas, dia pun akhirnya menemukan sisi lain dari kepingan diri Tedjas. Tapi main tuduhnya Gitta itu... hufff... saya aja sakit hati bacanya. Eaak...
Sekarang saya boleh nggak meluk Tedjas? :p
Tedjas ternyata asyik banget karakternya. Cowok yang sayang sama ibunya dan selalu memikirkan perjuangan sang ibu itu romantis, ya nggak sih? Pantas lah kalau kemudian perlakuannya pada Gitta... bikin meleleh. Keren lah ya cowok sebegitu khawatirnya sama si cewek sampai hapal perilakunya. Saya mau deh kalau diminta tukeran tempat dengan Gitta. Hahaha...
Karakter Papa atau Ayah ya.. saya lupa. Wkkwk~ Papanya Gita langsung mencuri perhatian saya. Pada awalnya saya kira beliau orang yang overprotektif... tapi ternyata pengekangannya masih punya batas kelonggaran. Papa yang romantis yang seharusnya dimiliki oleh semua anak gadis di dunia ini. Sweet... meski keras kepala juga. Tapi saya paham lah perasaan si Papa, karena kami senasib sama-sama pelaku kawin lari.

Semula saya kira konfliknya hanyalah urusan menyelesaikan permainan Pay It Forward dan usaha Gitta untuk membujuk Tedjas melaksanakan bagiannya. Ternyata ada masalah yang lebih besar dan lebih bikin berlinang air mata. Tentang usaha Gitta mencari tahu di manakah sang nenek dari pihak mamanya. Apa yang terjadi di masa lalu yang membuat papa menyembunyikan fakta tentang keluarga sang mama. Ada kemarahan, kesedihan, dan keharuan yang silih berganti antara Gitta dan papa dan mengambil porsi yang menghancurkan hati. Saya nangis deh baca novel ini. Tapi yaaa... saya emang cengeng sih. *susut ingus*

Tapi penyelesaiannya heartwarming bangeeets. Saya suka endingnya. Juga bagaimana konflik Gita dan Tedjas meruncing lalu diselesaikan. Maniiis.
Saya sih merasa novel ini recommended dan haruuuus dibaca. Bukan hanya kisah percintaannya tapi juga kisah father and daughter yang meresap sampai beberapa hari di hati saya. I love this book and will read another books by Emma Grace :)

2 komentar:

abinafaiz mengatakan...

wah konfliknya banyak....

seperti sajak warna warni....

yang berkasnya memanjang membentuk lajur tanpa segi....

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Kak Laode suka banget ya sama puisi saya yg itu? Wkwkwk~
Nanti deh diposting di blog cendengrengenali.blogspot.com :p
Kasih foto yg bagus dulu tapinya.. gyahaha...

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon