Judul buku: Teka-teki Terakhir
Penulis: Annisa Ihsani
Editor: Ayu Yudha
Desain sampul: EorG
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Maret 2014
Tebal buku: 256 halaman
ISBN: 9786020302980
BLURB
Gosipnya, suami-istri Maxwell penyihir. Ada juga yang bilang pasangan itu ilmuwan gila. Tidak sedikit yang mengatakan mereka keluarga ningrat yang melarikan diri ke Littlewood. Hanya itu yang Laura tahu tentang tetangganya tersebut.
Dia tidak pernah menyangka kenyataan tentang mereka lebih misterius daripada yang digosipkan. Di balik pintu rumah putih di Jalan Eddington, ada sekumpulan teka-teki logika, paradoks membingungkan tentang tukang cukur, dan obsesi terhadap pernyataan matematika yang belum terpecahkan selama lebih dari tiga abad. Terlebih lagi, Laura tidak pernah menyangka akan menjadi bagian dari semua itu.
Tahun 1992, Laura berusia dua belas tahun, dan teka-teki terakhir mengubah hidupnya selamanya...
RESENSI
Sejak kepindahan pasangan suami-istri Maxwell ke kota kecil yang didiami Laura, Littlewood, banyak gosip yang beredar tentang pasangan tersebut. Tidak heran karena suami-istri Maxwell jarang terlihat dan seolah lebih sering mengurung diri di rumah mereka yang terlihat besar dan angker.
Sejak kecil Laura sudah penasaran terhadap mereka. Dulu ia dan kakaknya Jack sering memata-matai pasangan Maxwell. Namun kini tampaknya Jack sudah tak tertarik lagi. Laura pun juga hampir mulai mengabaikan rasa penasarannya.
Hingga suatu hari Laura mendapat nilai nol di kuis matematika. Merasa kesal, Laura membentuk kertas hasil kuisnya menjadi perahu dan membuangnya ke tempat sampah di depan rumah Maxwell. Tanpa disangka, hari berikutnya, Tuan Maxwell menyapanya, mengembalikan kertas hasil kuisnya dan memberinya sebuah buku.
Sejak itu dunia Laura mulai berubah. Apalagi ketika ia berhasil masuk ke dalam rumah Maxwell dan mengetahui siapa Tuan dan Nyonya Maxwell sebenarnya dan apa yang mereka lakukan dalam hidup mereka.
-----------------
Saya sudah lama merasa penasaran terhadap novel teenlit ini. Tentunya karena judulnya yang memancing rasa penasaran, sampulnya yang seolah menyimpan misteri dan sinopsisnya yang begitu menarik. Dan ketika saya mulai membacanya, saya nggak sanggup untuk berhenti.
Sebagai seorang anak yang nggak jago matematika, saya baru menyukai matematika ketika di kelas 6 sekolah dasar. Itu pun karena cara mengajar guru saya yang menyenangkan. Tapi momen kedekatan saya dengan matematika berhenti sampai di situ. Begitu masuk SMP hingga SMA, matematika jadi pelajaran yang menyebalkan dan menakutkan. Itu yang membuat saya bertanya-tanya kok ya saya bisa menjadi guru les matematika sekarang? Karena ternyata, belajar matematika di luar sekolah itu jauuuuhh lebih menyenangkan. Nggak ada wajah guru nan killer, nggak ada ketakutan bakal dimarahi karena gagal memecahkan masalah matematika. Sungguh.
Matematika itu memang asyik. Tapi saya menemukan keasyikannya bukan di dalam kelas semasa sekolah dulu. Saya tenggelam dalam hitungan justru karena buku dan diskusi yang saya lakukan bersama teman dan murid-murid saya.
Dan novel Teka-teki Terakhir ini mengingatkan saya pada pengalaman saya tersebut. Kadang matematika yang ditulus di papan tulis memang terasa rumit, baru dibacakan judul materinya saja sudah bisa bikin migrain. Tapi, begitu kita bertemu orang yang tepat, yang bisa membahas matematika dengan antusiasme dan rasa cinta yang besar, yang bisa menunjukkan logika dan keseruan dari matematika, semua bisa saja berubah. Jadi jangan heran mengapa Laura yang semula mendapat nilai nol di kuis matematika, setelah bicara dengan Profesor Maxwell, nilainya jadi meningkat tajam. Saya yang membaca saja merasa tertulari semangat sang profesor.
Sebagai novel teenlit, materi matematika yang dibahas dalam novel ini memang cukup berat, bahkan kebanyakan bukan materi yang diajarkan di jenjang SMP. Tapi jangan kuatir, matematika hanya bumbu yang syukur-syukur bisa membuat si pembaca tertarik. Karena banyak trivia tentang para ahli matematika dan logika matematika yang menarik.
Namun inti cerita ini tetaplah masalah yang dihadapi remaja pada umumnya. Rasa keingintahuan yang tinggi, pertemuan dengan orang-orang baru dan bagaimana menyikapi dunia jika dunia menganggapmu aneh. Beberapa remaja mungkin bisa merasa cuek, tapi sebagian kecil akan merasa nggak nyaman dan tertekan jika dianggap aneh.
Laura menjadi tokoh yang sangat menarik. Rasa ingin tahunya yang besar, rasa kesepiannya karena nggak punya teman dekat dan mulai merasakan renggangnya hubungannya dengan sang kakak, mudah tenggelam dalam hal-hal yang disukainya hingga melupakan janji penting. Saya sangat menyukai Laura dan perubahan yang dialaminya. Saya suka bagaimana ia belajar bersahabat, apa yang perlu dan nggak perlu dilakukan terhadap Katie. Betapa persahabatan mereka yang masih rapuh dan bagaimana membuatnya menguat kembali. Bukan dengan lari dari masalah tapi menghadapinya.
Teka-teki Terakhir merupakan kisah yang sangat menarik dan saya menyukai cara bertutur Annisa Ihsani. Rasanya seolah saya sedang membaca novel terjemahan dengan setting tempat yang entah ada entah tidak tapi terasa nyata. Saya juga suka dengan setting waktunya, karena seolah sayalah yang sedang ada di dalam cerita ini. Nggak ada handphone, nggak ada kendaraan pribadi, sama seperti masa ketika saya masih belasan tahun.
Well, saya akan merekomendasikan novel yang seru dan menghangatkan hati ini. Meski kamu suka matematika atau nggak suka, tapu saya yakin kamu akan menikmati petualangan Laura dalam memaknai kehidupan remajanya.
2 komentar:
aku anak matematika, mba. wekeke. tapi aku belum baca novel ini. mayan sering liat covernya wara wiri di os langganan. huhu. jadi pengin beli
Baguuuus lho Mbak Ila.. 😊
Posting Komentar