Rabu, 17 Februari 2016

[Resensi: Lamaran di Bawah Mistletoe - Lucy Gordon] Menyingkirkan Mimpi Buruk Masa Lalu


Judul buku: Lamaran di Bawah Mistletoe
Judul asli: A Mistletoe Proposal
Penulis: Lucy Gordon
Alih bahasa: Debbie Natalia
Desain sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Desember 2015
Tebal buku: 243 halaman
ISBN: 978-602-03-2407-4




BLURB

Pippa Jenson menawan dan cerdas, dengan karier yang sukses di firma hukum Farley & Son. Namun di balik itu semua, ia menyimpan luka. Setelah dikhianati tunangannya, ia tak berminat mencari cinta sejati seperti yang dulu ia yakini ada. Dengan pesonanya, kini ia kembali membuka diri, meski tak membiarkan siapa pun kembali mengisi hatinya.

Namun ada satu orang yang kebal terhadap pesona Pippa. Roscoe Havering tertarik padanya hanya karena satu hal: kemampuannya di ruang sidang. Demi melepaskan adiknya dari jerat hukum, Roscoe meminta bantuan Pippa menjadi pengacara sekaligus sosok mentor untuk sang adik. Dan demi memastikan semua berjalan lancar, ia selalu mengawasi perkembangan kerja wanita itu.

Akan tetapi seiring waktu berjalan, Roscoe pun menyadari ia tak sepenuhnya kebal terhadap pesona Pippa...


RESENSI

Philippa Jenson bertemu pertama kali dengan Roscoe di makam kakek dan neneknya. Tanpa sengaja pria itu memergoki Pippa tengah mengobrol dengan nisan sang nenek seolah nenek Pippa masih ada di sana. Ketika mobil Pippa rusak, Roscoe menawarkan diri untuk menderek mobil Pippa ke bengkel dan mengantarkan Pippa pulang.
Roscoe menyadari kecantikan Pippa dan profesi Pippa sebagai pengacara bisa membantu kasus adiknya. Maka ia pun mendekati dan membujuk Pippa agar mau membela adiknya di pengadilan.
Pippa yang tak pernah kesulitan menarik perhatian pria, kali ini diminta menarik perhatian Charlie, adik Roscoe, dan membimbingnya agar keluar dari jerat kejahatan seorang wanita. 
Namun benarkah Roscoe kebal terhadap pesona Pippa? Bisakah Pippa menghadapi natal kali ini dan mempercayai dirinya bisa mencintai lagi?

-------------

Secara garis besar novel ini bercerita tentang Pippa yang cantik selangit dan berprofesi sebagai pengacara. Bukan sembarang pengacara, tapi pengacara yang sangat andal. Pippa takut jatuh cinta lagi karena pernah ditinggal kabur tunangannya sesaat menjelang natal.

Novel ini menggunakan POV orang ketiga dari sudut pandang Pippa. Sementara pikiran dan sudut pandang Roscoe minim banget. Plotnya rapi dan gaya berceritanya mengalir lumayan apik.
Hanya saja penggambaran Pippa sebagai pengacara yang menakutkan di ruang sidang hanya berupa deskripsi. Saya sebenarnya ingin melihat sendiri bagaimana Pippa bertarung di persidangan, argumen apa yang ia lemparkan, bagaimana ia mengintimidasi. Sayangnya semua itu nggak diceritakan. Malah penyelesaian kasus Charlie pun remeh banget tanpa adu argumen.

Karakternya cukup menarik. Roscoe dan Charlie sangat kontras. Dan perbedaan itu memiliki latar belakang yang kuat. Demikian juga dengan pribadi Pippa. 
Roscoe berasa arogan, tukang kendali dan nggak kenal kompromi. Nyebelin banget ngelihat dia berusaha mengendalikan semuanya.

Konfliknya saya rasa masih kurang nendang. Gampang banget diselesaikan. Salah paham, marahan, lalu baikan. Penjelasan soal salah paham pun belum mendetail tapi tokohnya sudah baikan.

Well, sebagai bacaan yang ringan, novel ini bisa dicoba. Lucy Gordon biasa menyajikan cerita-cerita yang manis yang layak dibaca. Lucy juga termasuk penulis yang minim banget adegan panas. Bahkan nyaris nggak ada. So, silakan dicoba. :)


TEBAR-TEBAR QUOTE

"Kesalahan terburuk kadang dilakukan oleh orang yang mati-matian mencoba menghindari kesalahan." (hlm. 50)

"Tak ada orang yang mendapatkan semua yang mereka inginkan." (hlm. 113)

"Memilih yang aman tidak selalu menuntun pada keamanan." (hlm. 204)

"Terkadang, pria yang bersenjata paling kuat adalah orang yang paling membutuhkan senjata itu... apa pun alasannya." (hlm. 213)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon