Senin, 08 Februari 2016

[Resensi: Let Me Be With You - Ria N Badaria] Mengizinkan Cinta untuk Mendampingimu


Judul buku: Let Me Be With You
Penulis: Ria N Badaria
Editor: Nuriyah Amalia
Desain cover: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Januari 2015
Tebal buku: 352 halaman
ISBN: 978-602-03-1326-9



BLURB

Tidak tahan karena terus didesak menikah oleh keluarganya, Kinanti akhirnya menerima ide gila Rivan Arya, sahabat kakaknya yang telah ia kenal sejak SMA. Mereka akan menerima perjodohan yang diatur tersebut, menikah, dan tinggal bersama demi menyenangkan keluarga sambil menjalani aktivitas masing-masing. Tetapi, bila suatu saat salah satu pihak terganggu dan merasa tidak cocok bersama, mereka akan bercerai baik-baik. Tak disangka, perjodohan bisa juga menyenangkan. Kebersamaan yang mulanya kaku dan canggung, perlahan mulai menumbuhkan perasaan nyaman, sayang, dan saling membutuhkan kehadiran masing-masing. Namun sayangnya, bayang kelam masa lalu terus mengendapendap mengikuti. Satu demi satu rahasia yang disembunyikan Rivan terancam menghancurkan keeping-keping perasaan cinta yang pelan-pelan Kinanti serahkan untuk pria itu. Akankan mereka terus bersama, atau berakhir seperti kisah-kisah yang ditulis Rivan Arya, sang penulis novel best seller itu? Terpaksa mengakui bahwa cinta adalah rasa yang selalu mengguratkan luka dan menyisakan air mata.


RESENSI

Kinanti merasa lelah mendapat pertanyaan yang sama dari waktu ke waktu, apalagi kalau bukan pertanyaan kapan menikah. Terutama ketika kakaknya mulai bertunangan, keluarga besarnya pun mulai gencar menanyakan pertanyaan yang sama. Dan siapa sangka kalau kakak laki-lakinya, Harlan, berniat menjodohkan Kinanti dengan teman SMA-nya, Rivan.
Rivan yang telah kembali dari Kanada dan menjadi penulis bestseller nasional merasa senang dengan sambutan keluarga besar Kinanti. Ia yang berasal dari panti asuhan dan diangkat anak oleh keluarga yang akhirnya bercerai, tentunya sangat merindukan suasana kekeluargaan yang melingkupi keluarga Kinanti. Hal itu ditambah fakta bahwa dulu ia pernah suka pada Kinanti, membuat Rivan setuju untuk menikah dengan Kinanti.
Kinanti sendiri belum bisa melupakan perasaannya pada Dimas. Tunangannya yang meninggal karena kecelakaan. Tapi kelembutan dan kesabaran Rivan membuat Kinanti luluh dan akhirnya ikut setuju.
Mampukah mereka menjalani bahtera rumah tangga dengan pondasi yang rapuh? Akankah mereka saling mencinta? Ataukah diam-diam ada badai besar yang mengancam rumah tangga mereka?

----------------

Bisakah kamu menjalani pernikahan tanpa memiliki perasaan yang kuat dengan pasanganmu? Seperti Kinanti dan Rivan dalam novel ini?
Kalau saya sih enggak. Haha~
Itu sebabnya saya penasaran dengan hubungan Kinanti dan Rivan.

Sayangnya di awal saya sudah dibuat nggak relate dengan si tokoh wanita. Sebagai pembaca buku dan menemukan tokoh wanita di dalam buku yang nggak suka membaca itu... bikin kesel. Saya jadi nggak terkoneksi dengan si tokoh wanita.
Bila Kinanti memang diharuskan nggak pernah membaca novel karya Rivan sebelumnya,  kan bisa dibuat Kinanti ini suka membaca tapi bukan genre roman, misal pembaca fiksi atau apalah. Karena tokoh yang nggak suka membaca itu langsung bikin saya nggak bisa 'masuk' ke karakternya. Nggak memahaminya. Dan nggak bisa memposisikan diri sebagai si tokoh.

Gaya bercerita Ria cukup bagus di awal. Saya menikmatinya, namun tiba di bagian konflik, yang nggak cuma satu, tapi empat konflik sekaligus—orang ketiga di pihak Rivan, orang ketiga di pihak Kinanti, penyakit, saudara yg tiba-tiba muncul—bikin saya pusing. Fokus masalah jadi terpencar dan nggak total.

Saya suka dengan interaksi antara Kinanti dan sahabatnya, juga interaksi Harlan dan Rivan. Lepas dan asyik. Hanya saja begitu Kinanti bertemu dengan Rivan, interaksinya jadi kaku. Bahkan setelah menikah, saya mulai mempertanyakan usia Kinanti, kok kayaknya Kinanti ini masih berusia belasan ya dari gaya bicara dan pola pikirnya?

Saya juga mencatat adanya inkonsistensi penggunaan kata "saya" dan "aku" di bab-bab awal ketika Kinanti dan Rivan belum menikah.

"Aku nggak tersinggung sama sekali kok, Kak, kemarin Kak Rivan juga pasti bingung karena dugaan keluarga saya." (hlm. 74)

Inkonsistensi ini sering banget terjadi dan terasa sangat mengganggu.

Menggunakan POV orang ketiga, novel ini beralur cukup cepat. Adegan-adegannya cukup singkat untuk kemudian beralih ke adegan lainnya lagi. Cara bercerita Ria cukup enak diikuti seandainya saja tokohnya lebih logis dan masuk akal.
Karena memang bisa dibilang tokohnyalah yang bikin geregetan.
Terutama Rivan. Terlebih Rivan.
Entah memang sifat Rivan atau bagaimana, tapi dia terlalu tebar pesona. Hey, nggak masalah kalau hero punya sahabat wanita yang sangat dekat. Usap-usapan kepala, atau memeluk itu biasa. Tapi itu dilakukan dengan rasa sayang yang beda.
Sayangnya Ria menuliskan deskripsi gestur Rivan saat melakukannya pada Sherly sama dengan saat melakukannya dengan Kinanti. Sehingga terkesan Rivan melakukannya karena cinta.
Ini membuat saya mengerutkan kening, apa-apaan nih si Rivan?
Dan cukup lelah juga dengan kengototan Rivan untuk tetap bungkam tentang penyakitnya. Sebagai penulis roman bestseller ternyata pria tetap nggak peka perasaan wanita ya.

Di penghujung cerita, penyelesaiannya lagi-lagi membuat saya tercengang. Drama lagi?

Well, meski tokoh ceritanya cukup bikin naik darah dan lelah lahir batin, tapi saya nggak kapok dan pengen nyicip buku karya penulis ini lagi. Semoga saja di karya berikutnya saya bisa lebih menikmatinya.
Bagi kalian yang ingin membaca kisah cinta berliku dan penuh konflik, kalian bisa coba membaca novel ini. Asal kalian nggak keberatan dengan karakter tokohnya :)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon