Senin, 08 Agustus 2016

[Resensi] Déessert - Elsa Puspita

Judul buku: Deesert
Penulis: Elsa Puspita
Penyunting: Dila Maretihaqsari
Perancang sampul: Nocturvis
Pemeriksa aksara: Septi Ws & Kiki Riskita
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun terbit: Maret 2016
Tebal buku: 318 halaman
ISBN: 9786022911210



BLURB

Bagi sebagian orang, cinta SMA hanyalah salah satu kenangan masa remaja yang mudah saja untuk dilupakan. Tapi, bagaimana jika ia kembali hadir di masa kini? Dengan sosok yang jauh berbeda daru masa lalu. Lebih tampan, lebih berkharisma, dan lebih berpotensi kembali mencuri hati?

Naya begitu kaget melihat Dewa kembali ke Tanah Air, setelah selama delapan tahun sekolah dan bekerja di Australia. Karena campur tangan Lulu, sahabat sekaligus partner bisnis Naya, pria itu kini membantu mengurusi calon resto baru Naya dan Lulu, sebagai chef pastry. Namun, semuanya jadi tidak mudah. Di tengah kesibukan jelang pembukaan Dapoer Ketje, keduanya justru melancarkan aksi perang dingin dengan ego masing-masing.

Suasana makin diperparah dengan kehadiran Ava, mantan kekasih Dewa yang datang dari Australia. Juga Dipati, mantan Naya yang seorang artis. Perang dingin di antara mereka tampaknya akan meledak, memuntahkan segala ganjalan yang telah tersimpan selama bertahun-tahun. Sesuatu yang menyadarkan mereka bahwa masa lalu itu belum sepenuhnya selesai.


RESENSI

Ketika rating acara kuliner yang dibawakannya mulai menurun, Naya sadar inilah saat baginya untuk berhenti. Maka ketika kontraknya sudah habis, ia pun memutuskan untuk kembali ke Palembang. Kembali ke hidupnya yang tenang tanpa sorotan media. Kepulangannya tentu disambut bahagia oleh sang sahabat, Lulu. Apalagi Lulu sedang hendak membuka kafe bersama tunangannya, Arfan, yang merupakan seorang chef. Lulu pun mengajak Naya untuk bergabung bersama-sama merintis usaha dalam bidang kuliner.
Tak dinyana di belahan dunia lain, di Sydney, Dewa pun memutuskan berhenti sebagai pastry chef dan memutuskan hubungan dengan kekasihnya, Ava. Tanpa banyak kata, Dewa mengemasi barangnya dan kembali ke Palembang. Pengkhianatan Ava telah memukulnya telak, dan dia sadar bahwa dia belum bisa melupakan cintabpertamanya.
Dua insan, yang pernah membangun cinta yang lugu di masa SMA dan harus putus karena terpisah jarak, akhirnya bertemu. Kemarahan, kepedihan dan keputusasaan silih berganti hadir di benak mereka saat akhirnya saling berhadapan. Tapi pucuk-pucuk mimpi yang sempat remuk itu perlahan terbangkitkan kembali. Ada harapan namun mereka harus bisa menyelesaikan dan menuntaskan masa lalu.
Kini, bisakah mereka memperbaiki hubungan mereka? Ataukah mereka akan kembali kepada kekasih mereka masing-masing?

----------------------

Sudah lama saya ngidam pengin baca karya Elsa Puspita, dan ketika membaca blurb Deesert ini saya yakin seyakin-yakinnya kalau saya bakal cocok dengan ceritanya. Satu, tentu saja karena saya suka banget sama cowok yang pinter masak. Dan alasan yang kedua adalah, karena ini kisah tentang cinta SMA yang balik lagi. Dan itu... bikin baper nggak sih? Kalau temen grup SMA saya bilang sih kayak gini ini KSBB. Kelingan Sing Biyen-biyen. Inget yang dulu-dulu. Deym... pastilah saya niat banget baca novel yang ngajak baper begini. Hahaha... 

Jadi ini pengalaman pertama saya membaca karya Elsa Puspita. Saya langsung jatuh cinta seketika. Deesert benar-benar memenuhi selera saya banget. Saya suka jalan ceritanya. Saya suka interaksi antar tokohnya. Saya suka semua karakternya. Saya suka setting lokasinya. Namun yang paling saya suka adalah bagaimana novel ini mengalir dengan pas dan enak dibaca. Nggak berlebihan, nggak too much information, nggak membosankan. Saya bahkan dengan mudahnya saya memposisikan diri sebagai tokoh utama meskipun novel ini ditulis dengan POV orang ketiga.

Saya suka dengan Dewa, sejak pertam kemunculannya di bab awal. Cupu dan malu-malu, tapi udah berasa manis. Dewa di masa SMA udah berani mikir tentang masa depan. Punya mimpi dan melibatkan kekasih di dalamnya itu aja udah manis banget. Saya suka bagaimana Elsa Puspita menggambarkan perasaan Dewa dan dilema yang harus dia hadapi. Perang batinnya bikin saya makin jatuh cinta. Saya memang suka karakter cowok dalam novel yang kalem dan tenang. Tapi suka salting dan mati gaya di dekat cewek yang disukai. Bikin gemes deh. Dan pesona Dewa yang nggak bisa saya tolak adalah kejeniusannya dalam memasak. Cowok suka masak aja udah saya anggap seksi apalagi yang jenius macam Dewa. Dan macam variasi makanan yang dibuat Dewa itu lho, keren banget. Saya rasa ide dan riset Elsa Puspita patut diacungi jempol. Ah bukan... dua jempol.

Sementara untuk karakter Naya, saya sungguh jatuh sayang sama dia. Susah move on bahkan meski sudah berpacaran beberapa kali. Saya sempat begitu sih. Hahaha... jadi nggak salah dong kalau saya merasa terhubung dengan Naya. Dan sulit untuk sebal sama Naya. Dia karakter yang baik dan loveable.
Karakter lain yang mencuri perhatian saya jelas Damar, sang kakak idaman. Aaah.. iri banget sama Naya yang punya kakak kayak Damar gitu. Penuh tanggung jawab, posesif sama adek dan sayang banget sama Naya. Chemistrynya dengan Naya asyik banget.
Ada juga Lulu yang adorable. Saya suka usahanya bikin Naya dan Dewa buat ngobrol dan menyelesaikan masa lalu. Soft banget Lulu ngebujuknya. Nggak pakai ceramah yang berbusa-busa atau apalah, cukup dengan satu dua kalimat iseng tapi mengena. Interaksinya dengan Dewa memang lebih sedikit karena Dewa nggak banyak omong, tapi mereka kakak-adek yang manis juga. Suka pokoknya.

Banyak adegan yang bikin meleleh. Ada juga ketegangan yang bikin saya harap-harap cemas saat konflik memuncak. Dan saya suka dengan penyelesaian serta penutupnya. Simpel dan nggak berlebihan. Khas Dewa.
Aaaah beneran saya dibikin baper dan ngefans berat dengan semua karakternya. Kecuali Ava sih. Kkk~

Overall saya suka banget dengan Deessert. Saya anggap ini novel terkece yang sudah saya baca sepanjang tahun ini. Karena Deessert bukan saja menyuguhkan cerita yang menarik tapi juga mewujudkan kisah yang nggak mungkin bisa saya alami. Balikan sama mantan. Ngoahahaha... 

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Baca Dessert memang bikin perasaan morat-marit. ya pokoknya semua yg kakak tulis di review mewakili perasaanku juga lah pas baca buku ini..wkwk

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon