Judul buku: Broken Vow
Penulis: Yuris Afrizal
Editor: Weka Swasti
Desain cover: Theresia Rosary
Penerbit: Stiletto Book
Tahun terbit: Agustus 2015
Tebal buku: 270 halaman
ISBN: 978-602-7572-41-6
BLURB
Tiga sahabat. Tiga pernikahan. Tiga luka.
Amara, dia punya segalanya. Kecantikan yang sempurna dan kehidupan pernikahan yang diimpikan setiap perempuan. Namun, hanya kisah Cinderella yang berakhir happily ever after, karena ternyata mencintai saja tidak cukup, dan menjadi sempurna pun tidak cukup.
Nadya, memiliki karier yang cemerlang. Menikah di usia 30 hanya untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang selalu mengganggunya. Baginya, keinginan dan harapan kadang berbenturan dengan realita yang ada.
Irena, si superwoman. Berkarier dan menjadi ibu rumah tangga sekaligus. Potret keluarga bahagia yang sesungguhnya. Namun, siapa yang mengira jalan hidup Irena akan menikung tajam?
Siapakah di antara tiga sahabat ini yang paling berbahagia dalam pernikahannya–atau justru paling menderita? Prasangka dan iri pun diam-diam ada di hati mereka. Apakah persahabatan yang telah terjalin itu dapat tetap bertahan? Dan, dapatkah mereka menemukan kebahagiaan masing-masing?
RESENSI
Dari luar, pernikahan Amara dengan Nathan benar-benar bak cerita dongeng. Bertemu di sebuah pesta perayaan tahun baru, Amara dengan jelas dan tegas menolak untuk tidur bersama Nathan, sang don juan, dan malah membuat Nathan bertekuk lutut hingga membawa Amara ke pelaminan. Banyak yang bilang Amara membuat Nathan insyaf dari sikapnya yang suka gonta-ganti pacar. Pernikahan yang membuat iri karena Nathan yang kaya raya itu membuat hidup Amara sangat berkecukupan. Tapi di dalam, pernikahan ini tidaklah seindah yang dilihat orang. Akhir-akhir ini Nathan menjauh dan Amara mencium bau busuk seiring dengan semakin seringnya ia menemukan bau parfum wanita dan noda lipstik di baju Nathan.
Nadya memang terlihat yang paling santai di antara para sahabatnya. Baru menikah di usia tiga puluh tahun dengan sahabatnya sendiri, Dion, dan kemudian mengumumkan bahwa ia hamil. Tak ada yang tahu bahwa ia masih menyimpan rasa cintanya pada Leo, kekasih yang telah meninggalkannya demi mengejar karier di Paris. Hanya Dion yang tahu tapi tetap mencintainya. Kehamilan bukanlah kabar bahagia baginya. Nadya merasa tertekan karena pernikahan dan kehamilan yang tak ia inginkan. Tapi saat Leo kembali dan meminta Nadya untuk kembali pada pria itu, mengapa ia jadi ragu?
Irena yang lebih dulu menikah dibanding kedua sahabatnya, tampak terlihat seperti memiliki keluarga paling bahagia. Dengan suami yang meski manja tapi sangat family man, dan dua anak yang manis, Irena pun menjalani tugasnya sebagai istri, ibu dan juga wanita karier. Tapi lama-kelamaan ia mulai kewalahan. Putranya, Aron, mulai sering bertingkah dan manajemen waktunya kacau balau.
Ketika ia mulai memantapkan diri untuk resign dari kantor dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, Mas Juna malah melarang. Padahal dulu Mas Juna paling getol menyuruhnya berhenti. Ketika Mas Juna mengaku telah menghabiskan uang tabungan mereka sebesar seratus juta, saat itulah Irena sadar, pernikahannya mendapat ujian hebat.
Bisakah mereka mengatasi problema rumah tangga masing-masing dan tetap menyembunyikannya dari sahabat yang lain hanya karena gengsi?
-------------
"Apa menikah membuat kita bahagia?" - Nadya (hlm. 4)
Dari kavernya Broken Vow terlihat elegan tapi juga seperti menyimpan kesenduan. Mungkin warnanya, mungkin juga angle fotonya, yang jelas ekspresi ketiga wanita ini yang nggak terlihat oleh pembaca, menunjukkan bahwa banyak rahasia yang mereka simpan.
Tema Broken Vow benar-benar menarik, tentang persahabatan dan kehidupan pernikahan yang dari luar tampak gilang-gemilang tapi di dalam menggerogoti kebahagiaan mereka. Ibaratnya kalau orang jawa bilang "urip iku wang-sinawang". Kita cuma bisa melihat kehidupan rumah tangga orang lain dari luar dan merasa iri, padahal belum tentu yang terjadi di dalamnya seindah kelihatannya.
Broken Vow menyajikan keruwetan problem rumah tangga bukan hanya dari satu sisi pernikahan tapi tiga pernikahan sekaligus. Ini benar-benar kisah yang biasa terjadi di lingkungan sekitar kita sehingga saya merasa relate dengan ceritanya.
Menggunakan POV orang pertama secara bergantian antara Amara, Nadya, dan Irena, novel ini semakin menyeret saya dalam naik turunnya kehidupan pernikahan mereka. Plotnya lumayan rapi dengan alur maju mundur. Saya nggak bisa berhenti membacanya dan menebak-nebak apa yang akan terjadi.
Dan saya cukup dikagetkan dengan penyelesaian konflik pernikahan Amara. Melihat gelagatnya saya pikir ending mereka nggak akan seperti itu. Tapi setelah dipikir lagi, ini ending yang logis dan realistis. Bukan jenis ending novel-novel harlequin yang tipikal novel banget :)
Penokohannya kuat dan cukup berasa perbedaannya. Terutama Irena yang menurut saya kacau banget. Saya sudah merasa nggak simpati dengan dia yang manajemen waktunya kacau balau. Kelihatan kalau rumah tangganya kurang komunikasi dan ia menganggap dirinya superwoman.
Saya selalu menganggap bahwa pernikahan bukan hanya tentang cinta ,tapi juga komunikasi dan kompromi. Entah bagaimana dengan pasangan-pasangan dalam novel ini, tapi sebelum menikah, saya selalu menanyakan skenario 'what if' dengan pasangan saya. Saya ingin tahu bakal kompak nggak kami nanti. Karena itulah yang terpenting. Saya nggak mau kejadian kayak Irena gini, kelimpungan tiap pagi, nyiapin suami kerja, anak-anak sekolah dan diri sendiri siap-siap ke kantor. Minimal saya ingin pasangan saya paham dan sigap saat saya butuh bantuan. *laah.. kenapa saya malah ceramah?* :)))
Haissh... balik ke topik. Tentang Irena saya juga merasa ia cukup nggak sehat memandang persahabat mereka bertiga. Rasa iri dan gengsinya kelihatan jelas. Saya dibuat geleng-geleng kepala karena ia dengan mudahnya menghakimi Nadya dan Amara. Padahal mereka sudah berteman bertahun-tahun.
Saya paling suka dengan perkembangan Nadya. Digantung bertahun-tahun memang nggak enak, tapi balas menggantung orang lain juga bukan tindakan yang bijak. Untungnya sih, Dion pasrah-pasrah aja.
Tapi saya juga suka sikap tegas Dion saat melihat Nadya dan Leo bersama. Dan kejadian heboh di rumah sakit itu lucu juga. Masa berantem di ruang bersalin. Itu kalau terjadi di rumah sakit tempat saya bersalin, pasti mereka udah ditendang sama bidan kepala. Haha~
Overall, saya suka banget novel ini. Tentang ujian pernikahan yang kemudian menguji persahabatan mereka. Tentang rumput tetangga yang nggak selalu lebih hijau. Saya rekomendasikan novel ini bagi kalian yang ingin menikmati indahnya ikatan persahabatan yang telah teruji badai besar.
Review ini diikutkan dalam Broken Vow Book Review Contest
Review ini diikutkan dalam Broken Vow Book Review Contest
2 komentar:
Krenyes-krenyes gimana gitu novelnya.... Buat aku yg baru nikah, tema ini menarik buat dipelajari.
ini mbak yuris yang saudaranya kembar bukan ya?
Posting Komentar