Judul buku: Bermain Bersama Tini #4
Penulis: Gilbert Delahaye
Ilustrator: Marcel Marlier
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Agustus 2016
Tebal buku: 88 halaman
ISBN: 9786020333243
BLURB
Ayo kita bermain bersama Tini dan teman-teman!
Nikmati gambar-gambarnya yang indah saat kita ikut dalam berbagai petualangan seru.
Tini di Sekolah
Tini Belajar Main Musik
Tini Kehilangan Anjing
Tini dan Tetangga yang Aneh
RESENSI
Ada murid baru di kelas Tini, namanya Gita, asalnya dari India. Ada yang tahu di mana letak India? Wah Tini dan teman-temannya ternyata tahu. Hari itu banyak yang dipelajari Tini di sekolah, ia membaca buku, mendongeng, melukis, menulis surat, bahkan menangkap kecebong. Wah seru sekali.
Ada juga kisah Tini Belajar Main Musik saat liburan. Berawal dari menonton pawai drum band, Tini berkenalan dengan Isabella, seorang pemain celo. Wah kira-kira bisa tidak ya Tini memainkan alat musik ini?
Di kisah ketiga, Tini Kehilangan Anjing. Karena saking serunya bermain Indian dengan Yan, Tini lupa mengawasi Pupi. Maka ketika Pupi lari mengejar dua ekor kucing, Pupi pun hilang. Tini mencari Pupi ke seluruh penjuru kota. Bisakah Tini menemukan Pupi?
Yang terakhir, ada Tini dan Tetangga yang Aneh. Saat kucing Tini hilang, ada dugaan bahwa itu ulah tetangga Tini yang aneh dan kelakuannya mirip penyihir. Tini pun mengendap-endap menyelidiki sang tetangga. Benarkah Sitronela adalah seorang penyihir?
-----------------
Tini adalah kenangan manis. Bagi generasi yang lahir di tahun 1980-an dan telah mengenal buku dan membaca di masa kecilnya, pasti akrab dengan Tini. Seingat saya dulu judulnya cuma Tini, tapi saya ingat banget kalau saya jatuh cinta dengan gambarnya. Sementara ceritanya sih, saya lupa hahaha...
Jadi nggak salah dong kalau saya berniat memiliki Bermain Bersama Tini untuk anak-anak saya. Karena saya ingin mereka merasakan antusiasme yang sama dengan yang saya rasakan dulu. Pada awalnya, saya sempat was-was karena buku ini kan menuturkan kisah tentang seorang anak perempuan, padahal anak-anak saya jenis kelaminnya laki-laki. Saya takut dong kalau mereka bakal menganggap buku ini bukan bagian dari mereka.
Tapi sejak pertama membuka segel, membacakannya sampai tuntas, hingga menutup buku, saya nggak mendapati satu pun kalimat protes dari mereka. Yang ada, putra sulung saya malah langsung minta bukunya buat disampul, dan ditaruh di rak bukunya. Ahay... Kenapa bisa begitu ya?
Saya rasa daya tarik utama Belajar Bersama Tini adalah dari artworknya. Ilustrasinya kece dan seolah hidup. Mimik ekspresi mukanya digambar dengan tepat, detailnya juara, dan perpaduan warnanya kalem tapi juga kaya warna. Dari satu halaman saja, saya dan anak-anak perlu beberapa menit untuk mengeksplorasi gambar apa saja yang ada di situ. Bahkan di cerita pertama, sikap Tini dan teman-temannya di dalam kelas begitu beragam dan ajaib. Dan memang seperti itulah suasana kelas anak saya. Jadi mungkin itu sebabnya si sulung merasa suka dan terhubung dengan ceritanya.
Detail latarnya juga lengkap dan kaya. Klasik dan cantik. Banyak sekali ekspresi muka dan gestur tubuh yang unik dan lucu. Namun semua itu merupakan perwujudan potret sesungguhnya dari apa yang ada di sekitar kita. Sungguh menjadi sesi yang seru saat anak-anak menanyakan banyak hal terkait dengan gambarnya yang detail.
Karakter Tini adalah karakter yang anak-anak banget. Tini suka mempelajari hal baru, suka mengajukan pertanyaan untuk memuaskan rasa ingin tahunya, friendly dan mau berteman dengan siapa saja, pergi ke mana-mana naik sepeda, juga sayang pada hewan peliharaan. Mungkin ini yang membuat anak saya nggak mengerenyit seperti jika ia membaca dongeng princess. Tini bisa seru-seruan menangkap katak dan kecebong, Tini bersepeda ke mana-mana dan Tini penuh petualangan. Siapa yang nggak bakal suka coba?
Untuk ceritanya sendiri sebenarnya kurang tuntas dan terkesan melompat-lompat. Misalnya saja sebelum pelajaran ada teman Tini yang membawa tikus putih, lalu menyimpan keranjangnya di atas lemari. Saya kira ini akan menjadi benang merah untuk cerita pertama, tapi nyatanya tidak. Karena... memang tidak ada benang merahnya. Kisahnya benar-benar seperti ketika saya menanyai si sulung tentang kegiatannya di sekolah, semua hanya berupa fragmen-fragmen yang ia anggap penting untuk diceritakan, tanpa perlu berpikir kaitannya antara awal dan akhir ceritanya. Nah, seperti itulah kisah dalam buku Bermain Bersama Tini. To the point, informatif dan sekaligus memberi pesan moral.
Buku ini berisi empat kisah tentang Tini. Dari kesemuanya saya paling suka dengan kisah yang terakhir. Tini dan Tetangga yang Aneh. Sifat anak-anak yang selalu ingin tahu, penasaran dan kadang juga nekat, benar-benar terwujud dalam kisah ini. Seru sekali petualangan Tini menyelidiki siapa sebenarnya Sitronela. Kisah ini menjadi penutup yang sempurna bagi ketiga cerita sebelumnya yang juga nggak kalah seru dan keren.
Saya sih sangat merekomendasikan buku ini. Sebuah buku yang tetap hidup dari generasi ke generasi. Buku yang bagai mesin waktu, karena saat saya membacakannya untuk anak-anak, saya pun seolah terlempar ke puluhan tahun lalu, saat kakek membacakan Tini untuk saya.
5 komentar:
Wah, udah 4 seri ya, mba. Aku baru punya seri ke-2 aja. :D Ilustrasinya emang bagus, banyak pula.
Iyaaa... Suka pokoknya. Jadi pengen punya semua :))
Aku penasaran sama Tini ini, kok kayaknya heboh banget dan aku pernah tahu kalau dulu buku ini pernah heboh banget.
Iya dooong. Besok aku bawain deh tp lihat aja gak boleh pinjem #ikutanpelit 😜
iya saya generasi 80an...love banget sama si tini..walau ceritanya udah lupa mirip banget dengan keseharian kita..
Posting Komentar