Judul buku: Mungkin Ini Puisi Atau Bait Tak Penting yang Telanjur Kau Baca
Penulis: Dono Indarto
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: Agustus 2016
Tebal buku: 192 halaman
ISBN: 9786023756391
BLURB
Merindumu dengan sembunyi
Ssstttt. . . menyelinap sunyi
Tolong kembalikan hati yang kau curi
dari jubah kesetiaan
yang selama ini mengintip penasaran
Cerita-cerita dalam buku ini adalah cerita soal kerinduan yang muncul setelah kehilangan.
Kerinduan seorang wanita gila bersama wanita gila pada pelukan.
Kerinduan seorang penulis atas masa kecil bersama ayahnya yang sekarat.
Kerinduan seorang pelukis pada wanita di dalam lukisannya.
Kerinduan seorang anak yang mencari ibunya di tengah lautan.
Dan sederet kerinduan lain yang terungkap dalam cerita pendek.
Juga ada kerinduan yang mempertemukan kamu dengan aku dalam sebuah puisi
RESENSI
Semula saya mengira buku Mungkin Ini Puisi Atau Bait Tak Penting yang Telanjur Kau Baca adalah buku kumpulan puisi. Judulnya jelas menggoda walau saya anggap covernya sebenarnya nggak comotable. Namun melihat judulnya saja, membuat rasa penasaran saya tergugah dan ingin mencari tahu benarkah ini puisi, atau hanya bait-bait nggak penting yang saya baca?
Well, rupanya saya salah. Buku ini bukanlah buku kumpulan puisi biasa, tapi merupakan perpaduan antara kumpulan puisi dan kumpulan cerita pendek. Menariknya, antara kedua bentuk karya tersebut memiliki saling keterkaitan satu sama lain. Saat membacanya, saya merasa puisi-puisi dalam buku ini menjadi pembuka bagi cerita pendek yang muncul setelahnya.
Jangan abaikan juga tanda 18+ yang ada di sampul buku. Karena isi beberapa cerita pendek dalam buku ini nggak jauh dari isu seputar selangkangan. Nggak eksplisit dan nggak vulgar sih, saya justru lebih menggaris bawahi ironi dan sindiran yang diramu dengan apik dalam buku ini yang memang sebaiknya dibaca oleh orang-orang yang telah dewasa. Meski sebenarnya, lagi-lagi menurut saya, usia bukanlah patokan seseorang telah dewasa atau belum.
Saya akui, saya adalah pencinta puisi yang terlalu pemilih. Saya bukanlah penikmat puisi rumit yang mesti ditelaah beberapa kali untuk memahaminya. Saya lebih menyukai puisi yang sederhana namun mengena, juga kuat dalam pemilihan diksi dan rimanya.
Puisi-puisi dalam buku ini sendiri memang terkesan simple tapi kaya makna. Yang paling mengena di benak saya adalah puisi yang berjudul Tanda Baca:
tanda seru memaki
tanda tanya mengapa
titik bilang usai
koma belum sampai
lalu yang lain berderet
minta dipakai
agar bisa dipahami
dalam lembar yang semula gersang
dan kerontang
bahkan kita butuh dia
bidang kosong itu
spasi
bayangkanjikadiatakada
apakahkaumengerti
deret huruf itu
yang selalu terburu-buru
sesungguhnya kita berarti
jika tidak sendiri
sesungguhnya kita dimengerti
jika ada 'antara'
(hlm. 132)
Sementara untuk cerita pendek dalam buku ini, ajaibnya saya suka semuanya. Kisah-kisahnya yang nyaris kelam dan berisi kehilangan yang melahirkan rasa rindu, terasa menyentil dengan telak. Itu sebabnya saya tak sanggup berhenti membaca satu persatu kisah pendek yang disajikan. Ada kisah yang serupa fantasi, ada yang melibatkan tragedi, dan ada juga yang terasa ironis. Namun kesemuanya ditulis dengan alur yang menarik, memancing rasa penasaran dan terkadang berujung pada plot twist yang mengejutkan.
"Kamu tahu, apa hadiah paling sempurna bagi seorang wanita?"
Wanita itu menggeleng.
"Dikenang. Mereka ingin dikenang. Menjadi abadi. Mereka berharap bisa tersesat dan menjadi puisi." (hlm. 166)
Dengan gaya bahasa yang lugas, cerita-cerita pendek dalam Mungkin Ini Puisi Atau Bait Tak Penting yang Telanjur Kau Baca begitu mudah dinikmati tanpa perlu mengerenyitkan kening. Terasa menghibur di satu sisi tapi juga menyindir di saat yang sama. Potret-potret kehidupan yang dibungkus dalam sebuah ironi, kehilangan yang mungkin pantas untuk direnungkan atau malah ditertawakan.
Ah, bagaimanapun saya puas dan menutup buku ini dengan rasa syukur sambil mengenang dia, seseorang yang pernah singgah, pernah menetap, pernah pergi dan akhirnya saya rindui.
2 komentar:
Jadi penasaran deh mbak sama bukunya :D
Baca deh, Ji. Baguuus :))
Posting Komentar