Sabtu, 31 Oktober 2015

[Resensi: Rahasia Pelangi - Riawani Elyta & Shabrina Ws] Cinta yang Belajar dari Ketabahan Gajah


Judul buku: Rahasia Pelangi
Penulis: Riawani Elyta & Shabrina Ws
Editor: Bernard Batubara & Yulliya
Desainer sampul: Mulya Printis
Penerbit: Gagas Media
Tahun terbit: 2015
Tebal buku: x + 326 halaman
ISBN: 979-780-820-3
Available at: www.bukupedia.com



BLURB

Katamu, ada pelangi setelah hujan.
Kau hadir, mengulurkan tanganmu.
Ajak aku melangkah, bersamamu.

Bisakah cinta menghilangkan rasa takut?
Juga memupuk rindu
yang mulai bertunas di hati?

Sepertimu, Anjani dan Rachel juga mencari cinta.
Namun, mereka tak pernah menduga
ternyata cinta segelap hutan di tengah malam.

Sementara bagi laki-laki itu,
ia baru menyadari
bahwa hidup ternyata seperti hutan.
Jika tak hati-hati, banyak ranting
yang akan membuatmu luka.

Dalam gelap hutan,
akankah pelangi terlihat sama indahnya?


RESENSI

Kisah diawali dengan tragedi di arena sirkus yang disaksikan Anjani. Ketika masih kecil, Anjani yang menonton sirkus bersama Ayah menyaksikan kejadian mengerikan saat gajah sirkus yang sedang melakukan atraksi tanpa sengaja menginjak anaknya sendiri dan kemudian membanting anak gajah yang malang itu.
Anjani yang merasa trauma, kemudian memutuskan ia harus menghadapi rasa takutnya secara langsung dengan menjadi mahout. Dengan semakin seringnya ia berada di dekat gajah, mengurus dan melatih gajah, ia pun sedikit demi sedikit berhasil mengenyahkan rasa trauma itu. Bersama Chay, seorang mahout senior dan mahout-mahout lain, Anjani bertugas di Taman Nasional Tesso Nilo, dan menjadi tim Flying Squad yaitu tim patroli gajah latih yang mengusir gajah-gajah liar yang tanpa sengaja masuk area perkebunan dan pemukiman warga.
Di sisi lain ada Rachel, seorang gadis penuh semangat yang merupakan aktivis di Change World Organization. Meskipun Rachel adalah anggota termuda di CWO cabang Pekanbaru namun ia mendapat kepercayaan untuk melakukan survei lapangan ke Taman Nasional Tesso Nilo bersama Febri.
Maka di TNTN itulah mereka berempat bertemu. Anjani, Rachel, Chay dan Febri. Empat insan yang sama-sama punya kepedulian besar terhadap lingkungan. Empat jiwa yang mencari cinta di antara aktivitas mereka yang penuh dedikasi.
Ketika Anjani melihat kedekatan Rachel dengan Chay, sontak hatinya terbakar. Anjani pun menjauhi dan mendiamkan mereka.
Hingga tiba hari penyerangan. Ketika gajah-gajah liar menyerbu perkebunan, ketika tim Flying Squad berusaha mengusir gajah-gajah itu, terjadilah tragedi kedua yang hampir sama di depan mata Anjani. Gajah liar itu mengejar dan menginjak Rachel.
Bagaimana nasib Rachel? Apakah Anjani pantas disalahkan? Masihkah ada pelangi yang akan menyambut mereka di balik semua tragedi?

------------

Akhirnya kesampaian juga baca buku ini. Bagi saya, mahout adalah pekerjaan paling keren di dunia. Mereka gagah, mereka telaten dan mereka luar biasa berani. Sudah sejak lama saya mengidamkan ada penulis yang mengangkat profesi mahout. Dari dulu di benak saya, saya mengangankan cerita yang tokoh cowoknya adalah mahout sementara tokoh ceweknya adalah pihak dari korporat yang memiliki perkebunan. Huhuu antara cinta dan kontra kepentingan begitu, deh. :)))

Tapi, di novel ini semua tokohnya merupakan pendekar-pendekar lingkungan. Orang-orang yang berusaha melindungi alam dan menghentikan konflik gajah.
Rahasia Pelangi diceritakan dari sudut pandang orang pertama secara bergantian antara Anjani dan Rachel. Meski sama-sama berkisah sebagai "aku", "suara" mereka sangat berbeda. Anjani lebih religius dan pendiam, sifatnya yang lembut namun berani memang pas sebagai mahout. Sementara Rachel begitu spontan dan tanpa tedeng aling-aling. Memang sepertinya begitulah aktivis lingkungan ya? ^^

Setting yang disajikan dideskripsikan dengan jelas. Bukan hanya gambaran keindahan alam tapi juga kerusakan alam dan kabut asap. Selain setting, hal yang dituliskan secara mendetail dan alami adalah perilaku gajah.
Bagi saya yang telah memperhatikan gajah dan mahout sejak lama, saya memang sudah memahami informasi yang dipaparkan dalam Rahasia Pelangi, tapi bisa saya katakan, novel ini benar-benar akan membuka wawasan pembaca tentang gajah, mahout, dan kerusakan alam. Adanya kesalahpahaman terhadap gajah juga diluruskan oleh novel ini.
Jempol banget untuk isu yang diangkat. Kita tahu bahwa selama bertahun-tahun konflik gajah selalu memakan korban. Sebagai mamalia terbesar di daratan, daya jelajah gajah sangat besar, namun mereka kini terkepung keserakahan manusia. Inilah yang mengakibatkan konflik antara gajah dan manusia.

Porsi romannya sedikit, memang ada debaran-debaran, situasi canggung, tapi nggak terlalu romantis. Sayang ya, padahal aktivis lingkungan juga manusia, yang juga berhak mendapatkan saat-saat romantis. Hehe...
Tapi Chay dan Febri memang sosok-sosok keren yang berkarisma. Saya sih memang suka sama cowok yang mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian alam dan kepedulian terhadap sesama jadi yaaa.... mereka berdua itu auranya keren banget!
Hanya saya memang kurang suka pada karakter Rachel yang nggak berpikir panjang dan sembrono. Kata-katanya juga ceplas-ceplos tanpa dipikir dulu.
Dan tokoh-tokoh ini benar-benar bikin iri, mereka punya kontribusi besar dalam isu penyelamatan lingkungan. Bisa terjun langsung dan berhadapan sendiri dengan gajah-gajah itu. Hiks... pengiiiin.

Beberapa kesalahan kata dan kalimat dalam novel ini:
* Tapi, malam berikutnya yang kami sepakati itu tak pernah terjadi lagi karena selalu makan malam aku menutup kamarku dan mengganti lampunya dengan lampu kecil. ——> ...karena selalu selesai makan malam... (hlm. 171)
* sambal ——> sambil (hlm. 195)
* persistiwa ——> peristiwa (hlm. 218)
* Tetapi, aku yakin, jika satu orang saja telah mengetahuinya, tak perlu menunggu lama untuk membuat semua rumah yang ada di cluster ini. ——> ....membuat heboh semua rumah... (hlm. 235)

Saya rekomendasikan novel Rahasia Pelangi ini bagi teman-teman yang ingin memahami seluk beluk gajah dan konflik mendesak antara manusia dengan alam. Karena novel ini mengajarkan kita agar lebih peduli pada alam sekitar. Juga agar kita belajar untuk tidak sembrono dan bagaimana bangkit dari keterpurukan.

TEBAR-TEBAR QUOTE

Kita memang tak bisa lari dari masa lalu. Namun, kita punya pilihan, berdamai dengan waktu. (hlm. 1)

Alam memberi banyak hal daripada yang ia dapatkan. Sementara, kita mencari banyak alasan untuk memberi pada alam. (hlm. 7)

Alam adalah guru yang tak menua oleh waktu. (hlm. 61)

Pada gajah, kita belajar ketulusan, bagaimana mendengarkan dan bersikap tenang. (hlm. 79)

Saat kerikil datang, cinta bisa bermetamorfosis menjadi rasa yang berbeda, dan jaraknya hanya tinggal selapis kertas dengan rasa benci. (hlm. 109)

Prasangka bisa mengubah setitik bara menjelma kobaran yang tak terduga. (hlm. 129)

Bicara tentang hutan semestinya bukan hanya tentang pohon, tetapi juga tentang keselamatan bersama. Jika hutan aman, penghuninya akan merasa nyaman, dan manusia pun akan merasa tenteram. Masalahnya, siapa yang telah mengubah lebatnya hutan menjadi hamparan tumbuhan komersil seperti ini kalau bukan manusia? (hlm. 141-142)

Kadang, kaki terpeleset tak hanya di tempat basah, tetapi juga tergelincir di jalan berpasir. Namun, pasti tak ada satu langkah pun yang ingin terjatuh, apalagi tak bisa bangkit lagi. (hlm. 151)

Gajah menyimpan semua hal dari perjalanan hidupnya. Namun, mereka selalu bersikap dengan kejernihan berpikirnya. (hlm. 193)

Ada perhatian tak kasatmata. Ia bernama, doa dalam diam. (hlm. 291)

Cinta bukan seberapa banyak kau mengatakan, melainkan sejauh mana kau membuktikan. (hlm. 317)

Kamis, 29 Oktober 2015

[Resensi: Dangerous Love - Christina Tirta] Kebencian dan Kebohongan yang Berbahaya


Judul buku: Dangerous Love
Penulis: Christina Tirta
Editor: Donna Widjajanto
Desain sampul: Marcel A. W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015
Tebal buku: 296 halaman
ISBN: 978-602-03-1679-6



BLURB

Dunia Catherine luluh lantak saat ibunya menikah lagi dengan ayah Chantal. Chantal adalah gadis manis yang menyenangkan dan dicintai seluruh dunia. Hanya Catherine yang bertekad membencinya sepenuh hati. Bagaimana tidak? Chantal merebut Mami, satu-satunya orang yang ia sayangi. Chantal bagaikan tsunami yang menghancurkan kehidupan Catherine.

Namun, membenci Chantal bukanlah masalah terbesar Cath.

Hidupnya makin berantakan seperti keping-keping puzzle yang berserakan sejak Christ, pria misterius yang dikenalnya di kafe tenda Joe berhasil mencuri hatinya. Ia terpaksa menjalani kebohongan yang bagai jerat tak berujung pangkal.

Tertatih-tatih Cath berusaha melepaskan diri. Melewati berbagai rintangan yang membuatnya mengalami dan menyadari arti cinta dan benci.

Mencintai dan dicintai.

Membenci dan dibenci.

Sanggupkah Catherine terbebas dari perangkap itu dan menyusun keping-keping puzzle-nya hingga utuh?

RESENSI

Catherine membenci Chantal. Di mata Catherine, Chantal adalah gadis manja, menye-menye, sehalus porselen yang annoying. Selain karena dengan tanpa rasa rikuh Chantal bermanja-manja pada Mami, Chantal juga selalu merecoki Catherine dengan gaya bak malaikatnya.
Selama ini, Catherine menganggap hidupnya baik-baik saja walau hanya hidup berdua dengan Mami. Meski tak pernah tahu siapa ayah kandungnya, Catherine tak pernah mengeluh dan berusaha tegar. Namun kedamaian itu rusak saat Om Frans dan putrinya, Chantal, menerobos masuk dalam kehidupan mereka. Terlebih, Om Frans seolah membenci Catherine dan enggan dekat dengannya. Dirinya yang selama ini menjadi pusat dunia Mami, tersingkirkan. Ia harus berbagi Mami dengan Om Frans dan Chantal.
Di tengah rasa kebenciannya, Catherine berkenalan dengan Christ, pria tampan misterius yang membuat Cath jatuh cinta. Sayangnya, Christ adalah pria pilihan Om Frans untuk Chantal. Chantal yang telah berpacaran dengan Marco, membujuk Cath agar menyamar menjadi dirinya. Cath menerimanya dan berperan sebagai Chantal hingga ia tak sadar telah terjerumus jauh.
Namun kebohongan sampai kapan akan bisa bertahan? Dan kebencian sampai kapan akan bersemayam? Mampukah Cath lepas dari kebohongan dan kebenciannya? Siapa yang sebenarnya berselimut kebohongan, kebencian, obsesi dan ketulusan? Cath, Chantal, Christ atau Marco?

-----------

Sebagai orang yang nggak bisa membenci siapa pun, anehnya saya bisa merasakan simpati pada Catherine saat membaca Dangerous Love. Padahal pada mulanya saya sedikit enggan membaca novel ini, karena menurut blurb, tokoh utamanya punya rasa benci.  Bukannya biasanya bagian benci-membenci itu jatahnya peran antagonis, ya? ^^

Tapi saya akui, begitu membaca halaman pertama, saya merasa berempati pada Catherine. Mungkin karena novel ini diceritakan dari sudut pandang orang pertama, yaitu sudut pandang Cath, saya jadi memahami kegusarannya.
Dan, memang bisa dibilang kalau Chantal itu sooooo annoying. Sumpah, saya pun sebal dengan kecerewetannya dan kekurangpekaannya. Dalam dialognya pun Chantal bisa mengkritik dengan berbalut kepolosan. Jadi menurut saya, Christina Tirta benar-benar sukses membuat karakter yang nyebelin tapi polos.
Menurut saya sih, yang paling menyebalkan itu justru tokoh Mami dan Om Frans. Well, sebagai seorang ibu, saya sih pasti lebih mengutamakan perasaan anak-anak. Masa iya, saya berbahagia sama orang yang saya cintai padahal saya tahu orang itu nggak mencintai anak saya. Bikin geregetan deh si Mami. :p

Diceritakan dengan alur maju-mundur, novel bertema dark romance ini memiliki plot yang rapi. Saya suka dengan diksi dalam narasinya yang terasa menyesakkan, dan dialognya yang luwes. Nggak ada dialog basi, semuanya mengalir dan terasa nyambungnya.
Beberapa adegan dan dialognya bikin melting. Gaya romantis Christ yang dingin itu yang nggak nguatin.

Yang menjadi pertanyaan buat saya, itu Pak Reza gimana? Saya kira dia bakal ngapain gitu kalau menilik gelagat dia terhadap Catherine di kafe tenda Joe. Sampai saya pikir, asyik banget ya, si Cath, diperebutkan tiga cowok keren sekaligus; Marco, Christ dan Pak Reza. ^^
Sayangnya, penyelesaian konfliknya terlalu cepat dan mudah. Atau mungkin karena novel ini menggunakan POV orang pertama, jadi saya nggak bisa mendapatkan momen galau dan patah hatinya si tokoh pria. Hiks.
Berasa kurang puas kalau nggak melihat sendiri bagaimana si pria menderita dan galau mengharapkan maaf.

Tapi, novel Dangerous Love ini beneran keren. Jangan underestimate hanya karena adegan nyamar-menyamar bak FTV. Nggaaak. Ini jauuuh lebih rapi, baik dari sisi logika maupun jalan cerita. Kalian yang suka dark romance dengan tokoh cewek yang kuat dan nggak sempurna, musti baca Dangerous Love deh.

TEBAR-TEBAR QUOTE

"Waktu? Masa muda nggak bisa diulang. Aku nggak mau dia menyesali semuanya. Membiarkan hidupnya tersia-sia." (hlm. 46)

"Cuma orang yang punya dosa yang biasanya kabur dari sesuatu." (hlm. 108)

"Obsesi bisa membunuhmu. Kamu setuju nggak sama ungkapan itu?" (hlm. 146)

"Obsesi itu kata yang ekstrem, bukan? Tapi manusia itu makhluk yang mudah dimakan obsesi." (hlm. 148)

Kehidupan begitu rapuh dan membingungkan. Mencintai, dicintai, membenci, dibenci. Semua bagaikan roda yang tidak tahu kapan akan berhenti berputar. (hlm. 274)

Rabu, 28 Oktober 2015

[Resensi: Remember Dhaka - Dy Lunaly] Menemukan Jati Diri di Kota Dhaka


Judul buku: Remember Dhaka
Penulis: Dy Lunaly
Penyunting: Ikhdah Henny
Penerbit: Bentang Belia (PT. Bentang Pustaka)
Tahun terbit: Januari 2013 (cetakan pertama)
Tebal buku: vii + 204 halaman
ISBN: 978-602-9397-64-2



BLURB

Di antara dunia baruku yang absurd,
aku menemukanmu.

Di antara semrawutnya kota ini, kamu datang seperti peri.

Kurasa, kamu jadi alasan terbesarku
bisa dan mau bertahan di sini.

Dhaka, tak pernah sekali pun terpikir olehku sebelumnya.

Bersama kamu, aku bisa menemukan diriku.

Karena kamu, kota ini jauh lebih hidup di mataku.

Jadi, tetaplah di sini.
Tetaplah indah seperti peri.

RESENSI

Bagi Arjuna Indra Alamsjah tak ada hal yang bisa mengalahkan kekayaan dan kekuasaan keluarganya, The Alamsjah. Maka ketika ia lulus dengan nilai yang sangat pas-pasan, ia tenang saja. Uang ayahnya pasti bisa membeli kampus manapun untuknya. Tapi, kakaknya, Agni, menolak pemikiran itu.
Merasa Arjuna terlalu menyepelekan hidup, Agni berniat mengirimkan adik semata wayangnya itu untuk mengikuti volunteer trip ke Dhaka. Tadinya Juna menolak mentah-mentah tawaran kakaknya dan memilih kabur dari rumah.
Tapi Juna lupa, tanpa uang ayahnya, ia bukan siapa-siapa. Teman-temannya menjauh karena kartu-kartu dan rekeningnya dibekukan. Dan Juna pun setuju untuk pergi ke Dhaka dan menjadi volunteer selama sebulan.
Siapa sangka, setibanya di Dhaka, ia bertemu seorang peri, atau lebih tepatnya seorang cewek yang mirip peri. Emma, meskipun lebih muda darinya, ternyata telah mengikuti Dhaka Education Project dan menjadi volunteer sejak usia 13 tahun.
Apakah Juna yang sejak kedatangannya ke Dhaka selalu mengeluh itu sanggup bertahan? Akankah ia menuntaskan tugas sukarelawannya atau memilih pulang sebagai pecundang? Apakah ia akan berubah atau tetap menjadi Juna yang mendewakan harta keluarganya?

--------------------

Ketika saya pertama melihat novel ini mejeng di rak toko buku, saya langsung jatuh cinta dengan judul dan kavernya. Padahal saya nggak ada gambaran sama sekali tentang jalan cerita novel ini akan seperti apa, karena blurb-nya yang mengambang.
Tapi toh saya beli juga dan kaget membaca awal kisahnya.

Sumpah, di bab awal, saya rasanya pengin nyeburin Juna ke Kali Code pas banjir lahar dingin, karena sombongnya selangit. Haha...
Karakternya yang semau gue dan nggak peduli terhadap orang-orang di dekatnya itu nyebelin banget. Saya rasa dari segi ini, Dy Lunaly sukses membuat tokoh yang nggak beres dan harus dirombak kepribadiannya.
Tapi, Juna ini baru berasa cowok ketika menggunakan bahasa lo-gue. Begitu Juna ber-aku-kamu, Juna jadi kehilangan 'suara' dan jiwa cowoknya. Dan lagi, ketika Juna beberapa kali menyebut orang yang lebih tua dengan kata 'beliau' saya jadi merasa Juna nggak brengsek-brengsek amat. Lah itu, masih sopan sama orang yang lebih tua. ^^

Tema yang menarik dan setting yang unik, membuat saya jatuh cinta pada Remember Dhaka. Diceritakan dengan sudut pandang orang pertama, yaitu sudut pandang Juna, saya diajak mengamati metamorfosisnya. Meskipun saya rasa kesadaran diri Juna agak terlalu cepat datangnya.

Sesuai dengan judulnya, Remember Dhaka, novel ini menyuguhkan setting Dhaka yang kuat. Pastinya Dy Lunaly telah melakukan riset yang benar-benar mendalam karena kota ini dideskripsikan dengan begitu detail. Saya nggak cuma mendapati lokasi-lokasi yang samar tapi lokasi yang tergambar dengan jelas.

Hampir sebagian besar dialog tokohnya menggunakan bahasa inggris. Bagi saya sendiri itu nggak masalah, tapi untuk beberapa murid remaja saya yang meminjam buku ini, saya sempat diprotes karena mereka nggak paham saking banyaknya kalimat inggris yang panjang. Untungnya saya guru yang baik hati *preet*, jadi saya bisa sekalian menjelaskan makna kalimat dan beberapa grammar yang salah. Haha...

Buat kalian yang ingin membaca novel ringan dengan setting yang berbeda dan unik, baca deh Remember Dhaka. Ada selipan petuah yang membuat kita berpikir ulang apakah benar hidup itu nggak adil sama kita :')

TEBAR-TEBAR QUOTE

"Juna, kamu jangan berekspetasi macam-macam, tapi juga jangan langsung underestimate sama tempat tujuan kamu. Percaya sama Kakak, setisp tempat pasti menyimpan keindahannya sendiri. Begitu juga India dan Bangladesh." (hlm. 30)

"Hidup udah begitu baik kepadaku, apa yang bisa aku berikan?" (hlm. 70)

"Kita yang menciptakan tempat untuk diri kita sendiri, Jun. Selama kita berpikir ini bukan tempat kita, selamanya akan berakhir seperti itu. Tapi, kalau kamu mau berusaha sedikit lebih keras, kamu bakal tahu bahwa ini tempatmu." (hlm. 77)

"Hidup ini selalu tentang mengeja ikhlas. Bagaimana kita belajar untuk ikhlas menerima kondisi apa pun yang ada dalam hidup kita." (hlm. 99)

"Caring for the other is like a drop of water. It will make ripples troughout the entire pond. Kebaikan menyebar dan akan terus menyebar. Dan, yang paling penting itu bertahan dan akan menjadi bagian dari orang itu." (hlm. 151)

Minggu, 25 Oktober 2015

[Blogtour & Giveaway] Sudut Mati - Tsugaeda


Happy Sunday, all! Kali ini Nurina Mengeja Kata ditugaskan Titan Prayogo untuk mengadakan Blog Tour Sudut Mati dan mengundang teman-teman semua untuk ikut andil dalam membenahi Grup Prayogo… Siapa nih yang bersedia? :)
Hoho~ pasti banyak yang mau, kan? Tapi sebelumnya, yuk simak dulu review Sudut Mati berikut ini ^^



Judul buku: Sudut Mati
Penulis: Tsugaeda
Editor: Pratiwi Utami, Ika Yuliana Kurniasih, Adham T. Fusama
Perancang sampul: Bara Umar Birru
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun terbit: September 2015
Tebal buku: viii + 344 halaman
ISBN: 978-602-291-037-4


BLURB

Titan kembali dari Amerika Serikat setelah delapan tahun, tepat ketika Grup Prayogo milik ayahnya sedang krisis dan membutuhkan bantuannya. Selain kesulitan dalam urusan bisnis, ada ancaman dari kompetitor jahat, Ares Inco, yang memiliki keinginan menghancurkan keluarga Prayogo untuk selamanya.

Namun, Titan tak hanya menghadapi itu. Kakaknya, Titok, tak suka tersaingi olehnya di dalam Grup. Adiknya, Tiara, justru menikah dengan putra mahkota musuh. Dan, mungkin ia juga telah membawa kekasih yang dicintainya ke dalam bahaya.

Titan harus menghadapi itu semua. Sementara tanpa ia ketahui, seorang pembunuh dengan kode "Si Dokter" mengintai dan menunggu saat tepat untuk ikut campur ke dalam urusan mereka.

RESENSI

Titan Prayogo, putra ketiga dari Sigit Prayogo akhirnya mau pulang ke Indonesia. Delapan tahun sudah Titan merantau ke Amerika Serikat setelah kematian ibunya. Kematian yang memiliki sangkut paut dengan kakak keduanya, Teno.
Titan kembali karena ia merasa Grup Prayogo sedang berada dalam ancaman besar. Sigit Prayogo—sang ayah—terlalu asyik mencalonkan diri sebagai calon presiden dan menghambur-hamburkan uang perusahaan untuk mendanai kampanyenya. Titok, kakak sulung Titan yang menjadi pewaris bisnis utama, tak becus mengurus perusahaan. Tiara, adik perempuannya yang tampaknya hidup bahagia, namun ternyata menyimpan rahasia. Dan yang menggelisahkan, kompetitor mereka, Ares Inco, telah bangkit dan bersiap untuk menggulingkan dan menghabisi Grup Prayogo.
Titan harus memutar akal untuk menyelamatkan Grup perusahaannya, menjauhkan Kath, kekasihnya, dari bahaya, dan melindungi seluruh anggota keluarganya dari ancaman-ancaman musuh. Termasuk dari ancaman Teno, kakak keduanya yang telah membunuh ibu mereka dan ancaman "Si Dokter", pembunuh bayaran berdarah dingin yang paling ditakuti.
Mampukah Titan menuntaskan misinya? Siapakah "Si Dokter" sebenarnya? Apakah Grup Prayogo akan tetap berdiri atau justru mampu ditekan dan dihancurkan di sudut mati?

---------------------

Sebelumnya saya excited banget ketika novel Sudut Mati ini terbit. Tentu saja karena novel thriller lokal jarang sekali mengambil tema berbau korporasi. Maka ketika akhirnya saya bisa membaca novel ini, rasanya sungguh luar biasa. Bahkan sejak membuka lembar awalnya saja, saya sudah disodori fakta yang menurut saya begitu memancing rasa penasaran.

Dengan gaya tutur yang lugas, Tsugaeda membangun ketegangan secara cepat dan efisien. Setiap bab selalu diakhiri dengan kemisteriusan. Aura kecurigaan ditebar penulis bukan hanya pada satu-dua tokoh, tapi merata ke seluruh tokoh. Ini yang membuat ketegangan semakin meningkat dan rasa penasaran semakin menjadi-jadi.
Jalinan plotnya rapi dan saya sangat mengagumi kesabaran Tsugaeda menahan informasi-informasi penting untuk disajikan pada saat yang tepat.
Alur yang digunakan dalam Sudut Mati alu maju mundur, namun deskripsi waktunya jelas. Penulis bahkan menambahkan kaitan sejarah untuk memperkuat latar waktunya.

Dia lahir pada 1987, sehari setelah Margareth Tatcher terpilih lagi menjadi Perdana Menteri Inggris. (hlm. 4)

Saya rasa detail ini memberi saya gambaran lebih jelas akan latar waktu kejadian.

Bisa dibilang, tokoh dalam Sudut Mati ini banyaaak banget! Bayangkan, anggota keluarga Prayogo saja ada lima orang—Sigit, Titok, Teno, Titan dan Tiara. Belum lagi Kath, pacar Titan. Kemudian masih ada Nando dan Kevin yang mewakili Ares Inco. Dan masih ada lagi orang-orang perusahaan, orang-orang kepolisian, serta preman-preman bawahan Titok dan Kevin. Tapi saya sama sekali nggak dibuat bingung.
Itu karena pengkarakteran setiap tokoh dalam novel ini sangat kuat. Tsugaeda bukan hanya memberikan detail fisik dan gestur pada setiap tokoh tapi juga latar belakang mereka yang dideskripsikan dengan baik.

Namun saya juga mencatat adanya inkonsistensi penggunaan kata "saya" dan "aku" dalam dialog. Yaitu ketika Titok mendatangi Vilaili Tobing untuk berkonsultasi.

Secara keseluruhan, Sudut Mati adalah novel thriller yang cerdas dan rapi. Saya merekomendasikan novel ini untuk kalian yang sudah haus novel thriller lokal dan menantikan kisah penuh intrik yang akan membawa kalian tegang luar biasa.

TEBAR-TEBAR QUOTE

"Maafkan aku, Ibu! Tapi, Ayah harus dihabisi." (hlm. 2)

"Oh, ya? Beri tahu aku di toko mana bulan itu dijual? Besok pagi-pagi akan kubeli, sekalian cari sarapan." (hlm. 47)

"Kalau kau tak siap kehilangan satu hal, kau akan kehilangan segalanya." (hlm. 151)

"Jika telah sampai di atas, tengoklah ke bawah. Amatilah baik-baik. Kau berada di tempat yang terbaik untuk bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitarmu. Inilah keuntungannya pergi ke tempat tinggi." (hlm. 173)

************GIVEAWAY TIME************

Nah, sekarang waktunya saya untuk membagikan satu buah novel Sudut Mati untuk satu orang yang beruntung. Caranya mudah saja:

1. Peserta adalah warga negara yang berdomisili di Indonesia atau punya alamat pengiriman di Indonesia.
2. Follow twitter @KendengPanali @tsugaeda dan @bentangpustaka
3. Share blogtour dan giveaway ini dengan tagar #GASudutMati dan jangan lupa mention ketiga akun di atas.
4. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar disertai nama lengkap dan akun twitter:

Mengapa kalian ingin membaca Sudut Mati? Dan apa judul novel thriller favorit kalian?

5. Giveaway akan dibuka selama 7 hari, dan ditutup pada tanggal 31 Oktober 2015 tepat pukul 23.59 WIB
6. Yang terakhir, selamat menjawab dan good luck! :)))

Sabtu, 24 Oktober 2015

[Resensi: Falling - Rina Suryakusuma] Ketika Jatuh pada Orang yang Salah


Judul buku: Falling
Penulis: Rina Suryakusuma
Editor: Hetih Rusli
Desain sampul: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Maret 2015
Tebal buku: 320 halaman
ISBN: 978-602-03-146-17



BLURB

Carly merasa hidupnya berjalan normal. Ia punya orangtua yang menyayanginya, calon tunangan yang tampan dan perhatian, serta sahabat-sahabat yang peduli padanya. Namun, Carly selalu merasa hidupnya belum utuh, ada kehampaan dalam hatinya. Sampai satu titik ia bertemu Maggie, dan ia tahu hidupnya takkan pernah sama lagi.

Maggie memiliki karier sukses dan tahu bahwa dia tidak seperti perempuan kebanyakan. Dan, Maggie tidak pernah ragu dengan apa yang dia inginkan dalam hidup. Sampai ia bertemu dengan Carly dan menjalin hubungan kerja. Hubungan yang berlanjut pada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang dalam, dan mengubah pandangan serta perasaan mereka selamanya.

Hingga akhirnya Carly pun menyadari bahwa dia perlu jatuh cinta pada orang yang salah untuk menemukan dirinya yang sesungguhnya....

RESENSI

Carly merasakan nasib buruk saat namanya disebutkan sebagai karyawan ODP (Organizational Development Program) yang akan berada di bawah bimbingan Maggie. Dari lirikan sekilas saja sudah ketahuan kalau Maggie akan menjadi atasan yang tak kenal ampun.
Bahkan teman-teman sesama karyawan ODP membuat taruhan bahwa Carly bakalan resign dalam waktu tiga bulan karena tak akan tahan menghadapi Maggie.
Dengan tekad sekuat baja, Carly pun berusaha menyesuaikan diri dan bekerja sama giatnya dengan Maggie.
Hingga Carly menemukan saat di mana ia melihat Maggie sebagai wanita biasa yang rapuh. Sejak itulah Carly merasakan perutnya melilit setiap melihat Maggie. Sekuat tenaga Carly berusaha menghapus perasaannya terhadap Maggie. Ia anggap itu adalah perasaan yang salah, terlebih ia telah memiliki tunangan yang tampan dan sabar. Sementara Maggie sendiri masih dekat dengan mantan pacarnya. Carly pun berusaha menjauhi Maggie.
Tapi bagaimana jika seiring waktu Carly merasa rindu pada Maggie? Saat Carly berpisah dengan Seth dan jauh dari Maggie, siapa yang paling ia rindukan? Benarkah ini hanya sebuah fase?

----------------

Membaca blurb Falling membuat rasa penasaran saya tergugah. Mengangkat tema cinta sesama jenis tentunya akan cukup rawan jika penulis nggak pintar menarik simpati pembaca. Dan saya anggap Rina Suryakusuma berhasil menuturkannya dengan porsi yang imbang.

Diceritakan dengan POV orang ketiga, Falling lebih banyak bertutur dari sisi Carly. Alurnya yang maju membawa saya menyelami perasaan-perasaan Carly, kegelisahannya, kegalauannya juga kegusarannya terhadap orang-orang di sekitar wanita itu.
Hingga saya mulai merasa kegamangan Carly terlalu membosankan. Rasanya sepanjang cerita hanya berkutat pada kegalauan Carly untuk menyadari dan mengakui bahwa ia mencintai Maggie atau nggak. Itu sempat membuat saya geregetan. Haha....

Kekuatan novel ini ada pada latar pekerjaan para tokohnya. Dengan kisah Carly yang merupakan karyawan ODP divisi leasing sebuah mal, penulis sangat detail menuliskan beban kerja dan ketegangan suasana di dalam divisi itu. Gambaran situasinya dideskripsikan dengan baik.

Sayangnya saya merasa dasar perubahan  orientasi Carly kurang kuat. Mengapa ia yang semula merupakan perempuan heteroseksual, hanya dengan bertemu Maggie, ia bisa jadi goyah? Apa mungkin karena masa lalunya yang membuatnya trauma? Apakah kepergian ibunya membuat jiwa perempuan dalam dirinya marah? Saya pikir jika itu digali, bisa lebih memperkuat alasan-alasan perubahan diri Carly.

Saya mencatat adegan yang ganjil pada pagi hari ketika malam sebelumnya Carly pulang kerja diantar Maggie karena sakit. Mobil Carly ditinggal di kantor. Pagi harinya, Carly berangkat naik taksi.

Carly tak peduli. Seperti kesetanan ia membuka pintu taksi dan duduk di kursi penumpang. (hlm. 153)

Kemudian di dalam taksi ingatan Carly beralih ke beberapa tahun silam mengenai kepergian mamanya. Dan ketika ia menghentikan lamunan itu, Carly nggak lagi ada di dalam taksi, tapi menyetir sendiri!

Carly menatap lurus ke depan. Ia menyetir dengan air mata mengambang. Ia membiarkan tetes itu meluncur turun. Titik demi titik tanpa berusaha menghapusnya. (hlm. 157)

Tapi sampai air matanya habis, sampai ia tiba di kantor dan memarkir mobil di pelataran parkir depan mal, rasa lega itu tak juga kunjung melingkupi dirinya. (hlm. 158)

Lha kok bisaa?? Kan tadi naik taksi, mobilnya diparkir di kantor karena pulangnya diantar Maggie, tapi kok jadi nyetir mobil sendiri? ^^

Dan untuk karakter Jo Anne, saya merasa terlalu berlebihan. Well, saya tahu tugas sahabat adalah memberi tahu jika kita salah, tapi bukan berarti berhak menghakimi. Dan itulah kesalahan Jo Anne di mata saya. Saya rasa dia nggak bisa disebut sahabat kalau lebih sering menuduh, menghakimi dan menekan Carly. Meski memang tujuannya demi kebaikan Carly dan mengingatkan bahwa perasaan Carly itu salah, tapi Jo Anne benar-benar melangkah terlalu jauh. Saya sih kalau punya sahabat yang melenceng—dan, ya, saya punya—saya nggak bakalan menghakiminya seperti cara Jo Anne menghakimi Carly.

Endingnya cukup heartwarming bagi saya. Terutama perdamaian yang dicapai Papa dan Carly. Kasihan tuh Papa kalau dicuekin terus-terusan :))

Overall, saya menikmati kisah ini. Dan saya merasakan kemajuan Rina Suryakusuma dalam menulis sejak Postcard from Neverland.

TEBAR-TEBAR QUOTE

Because heart can see what the eyes cannot see and a mind cannot understand. (hlm. 101)

Waktu tidak membuat lupa. Terkadang ia hanya berbaik hati dan membiarkanmu melewati hari yang lebih tenang. Tepat ketika kau berpikir bahwa semua baik-baik saja, ia akan kembali menyergap dan membuatmu menangis. (hlm. 254)

"Kadang hidup menuntunmu ke arah yang tak disangka. Dan tidak semua pemandangan yang tersaji itu menyenangkan. Tapi sudah lama juga Papa belajar untuk percaya, yang terbaik adalah menerima apa pun yang ditawarkan oleh hidup pada kita, dan menjaganya agar yang paling kita sayangi bahagia. Biarpun itu berarti merelakan mereka pergi. Atau membiarkan mereka nemilih jalan yang mungkin tak akan kau pilih sendiri." (hlm. 262-263)

Kamis, 22 Oktober 2015

[Resensi: 3 (Tiga) - Alicia Lidwina] Impian, Janji dan Pengkhianatan dalam Persahabatan


Judul buku: 3 (Tiga)
Penulis: Alicia Lidwina
Editor: Tri Saputra Sakti
Ilustrator: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Juli 2015
Tebal buku: 320 halaman
ISBN: 978-602-03-1677-2




BLURB

"Selama seseorang masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, dia tidak akan bunuh diri. Kecuali jika memang bunuh diri adalah satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia perjuangkan."

Kalimat Hashimoto Chihiro membekas di kepala Nakamura Chidori, bahkan setelah Hashimoto bunuh diri. Apa sebenarnya yang mengubah pandangan hidup Hashimoto sampai dia mengakhiri hidupnya? Mungkinkah karena Nakamura menyimpan perasaan kepada Sakamoto, yang seharusnya merupakan sahabat mereka?

Setelah tujuh tahun tidak bertemu, Nakamura harus berhadapan kembali dengan masa lalunya. Di antara memori akan persahabatan, janji yang diingkari, impian, dan cinta yang tak berbalas, tersembunyi alasan kepergian Hashimoto yang sebenarnya.

RESENSI

Nakamura Chidori tak menangis saat melihat jasad Hashimoto yang ditemukan jatuh dari atap gedung sekolah. Tidak juga ketika hadir di pemakaman Hashimoto, di tengah orang-orang yang menurutnya tidak mengenal Hashimoto. Baru ketika Sakamoto—pria yang dulu menjadi sahabatnya dan sahabat Hashimoto— tiba, Nakamura bisa menangis sepuasnya.
Kematian Hashimoto dan kehadiran Sakamoto perlahan membuka tabir kenangan yang berusaha Nakamura kubur dalam-dalam. Satu persatu kenangan akan jalinan persahabatan mereka semasa sekolah hingga akhir masa kuliah muncul kembali. Ingatan- ingatan akan impian dan janji yang berusaha mereka gapai bersama juga pengkhianatan yang Nakamura lakukan menuntun Nakamura menyadari arti tiga buah angka 3 yang digambar Hashimoto sebagai dying message di atap sekolah.
Mengapa Hashimoto bunuh diri dan menggoreskan pesan aneh? Siapa yang mengkhianati siapa? Dan apakah Nakamura akan terus berlari dan bersembunyi dari perasaannya? 

----------

Huff... awalnya nggak mengira kalau novel ini bakal begitu kelam. Saya sampai butuh waktu satu hari untuk menanggalkan emosi yang tertinggal setelah membaca novel 3 ini.
Benar, kisahnya ditulis Alicia dengan begitu kuat sehingga menjerat saya dalam pusaran emosi tokohnya.

Tiga diceritakan menggunakan sudut pandang Nakamura sebagai orang pertama. Dengan alur maju mundur, saya dibawa menyelami perasaan-perasaan Nakamura.
Kemisteriusan yang meliputi kisah ini telah menantang saya untuk tetap setia bersama Nakamura menyibak tabir memorinya.
Hingga saya sampai di titik rasa marah setengah mati pada Nakamura.
Marah pada rasa pesimisnya, marah pada kepengecutannya, dan marah pada caranya mengingkari janji. Tapi, pada akhirnya Nakamura adalah tokoh yang manusiawi dengan kelemahan jiwanya. Tokoh yang amat dekat dengan keseharian kita, yang kadang lebih memilih 'lari' untuk menyelamatkan diri.

Karakter tokoh dalam novel ini terasa begitu kuat. Masing-masing punya ciri yang jelas dan konsistensinya terealisasi dalam dialog dan gestur tubuh mereka.
Saya suka interaksi ketiga orang yang berlawanan sifat ini, yang anehnya bisa memahami satu sama lain sebaik mereka memahami diri mereka sendiri. Sakamoto si pemuda tiang listrik yang kemudian jadi pria populer, Hashimoto si penyendiri yang pintar dan seolah punya dunia sendiri, dan Nakamura yang biasa-biasa saja dan nggak istimewa.

Menyoroti Jepang sebagai pusat cerita, settingnya sangat kuat. Bukan hanya dari segi latar tempat, tapi juga latar budaya, suasana dan sosialnya dideskripsikan dengan begitu mendetail. Semua menyatu dalam kisah dan tersaji dengan apik.

Saya merasakan ada aroma sastra dalam novel ini, terlihat dari diksi yang digunakan dan beratnya makna yang tersirat. Yang menarik adalah filosofi setiap tokoh yang saling bertentangan namun uniknya bisa selaras dan menyatukan mereka.

Saya nggak menemukan adanya typo, dan tentunya membuat novel ini sangat lancar dinikmati. Hanya saja dalam fragmen di halaman 27, percakapan Nakamura dengan Sakamoto di telepon ada yang mengganjal. Mulai dari baris kedelapan ada kesalahan penulisan tokoh yang berbicara.

S: Hashimoto selalu terlihat bahagia selama ini. Aku tidak percaya. Orang bahagia tidak akan bunuh diri.
S: Dia tidak bunuh diri, dia hanya melompat dari gedung. (hlm. 27)

Tokoh S yang kedua seharusnya adalah N atau Nakamura. Kemudian jika memang Nakamura telah menelepon Sakamoto malam itu dan mengabarkan kejadian bunuh diri Hashimoto, mengapa di Prolog pada halaman 13, Nakamura bertanya pada Sakamoto kapan Sakamoto tahu Hashimoto meninggal?

"Kapan kau diberitahu?" tanyaku. (hlm. 13)

Namun secara keseluruhan, saya menyukai debut novel ini. Kadang janji yang kita anggap sepele, yang kita abaikan entah dengan berat hati atau ringan hati, yang kita rasa akan memudar bersama kenangan, justru bisa merusak pihak lain. Pihak yang menggantungkan harapan pada janji kita. Pihak yang di balik senyumannya justru menyimpan goresan luka yang tanpa sadar kita torehkan.

TEBAR-TEBAR QUOTE

Terkadang, kita hanya bisa menangis di hadapan orang yang tahu bahwa kita bisa menangis. (hlm. 42)

Terkadang ingatan itu pilih kasih. Tidak semua kejadian di kehidupan kita akan terekam selamanya. Beberapa akan kita ingat sampai mati, dan sisanya akan menghilang begitu saja. (hlm. 53)

Persahabatan adalah sesuatu yang tidak jelas. Tidak mungkin seseorang yang tertawa bersama orang lain dikatakan bersahabat. Ketika seseorang meluangkan waktu untuk orang lain, meskipun dia harus mengorbankan waktunya sendiri, apakah itu juga disebut persahabatan? (hlm. 84)

"Selama kau masih hidup, pasti akan ada seseorang yang jatuh cinta kepadamu. Kau tidak bisa melarangnya, tapi kau bisa menolaknya. Tapi... hal yang sebaliknya juga berlaku. Ketika kau jatuh cinta... kau bisa melarangnya, tapi kau tidak bisa menolaknya." (hlm. 89)

Binatang akan mati jika kesepian, tapi manusia bisa bertahan. (hlm. 227)

Selasa, 20 Oktober 2015

[Resensi: Mr. (Not Quite) Perfect - Jessica Hart] Menciptakan Tuan Sempurna


Judul buku: Mr. (Not Quite) Perfect
Penulis: Jessica Hart
Alih bahasa: Erika Noor Rachma
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2015
Tebal buku: 256 halaman
ISBN: 978-602-02-6145-4



BLURB

Apa yang sebenarnya diinginkan seorang wanita?

Allegra Fielding, seorang jurnalis, sedang dalam masalah. Dia menawarkan sebuah kisah kepada bosnya—merubah pria-yang-tidak-terlalu-sempurna menjadi Pangeran Memesona—dan sekarang dia dapat tugas besar! Tapi, di mana dia bisa menemukan pria yang mau dijadikan 'korban' makeover?
Hmm, saatnya memeras teman seatapnya, Max....

Sayangnya, rencana licik Allegra berubah menjadi bumerang ketika Max menolak untuk 'disempurnakan'!
Dia adalah seorang pria yang benar-benar tahu apa yang diinginkannya, dan dia dengan senang hati akan membuktikan pada Allegra bahwa tak ada yang lebih hot daripada pria seperti dirinya.

RESENSI

Bekerja di Glitz, sebuah majalah mode yang gaya dan penuh dengan gosip kalangan atas, membuat Allegra harus pintar-pintar menyusun artikel agar bisa menyenangkan editornya—yang tak mudah terkesan. Maka ketika sebuah ide brilian tersusun dalam pikirannya, Allegra berusaha membuat artikel yang sempurna yang bisa menjadi batu loncatan baginya. Dia ingin karirnya bersinar dan ibunya tak lagi meremehkan pekerjaannya.
Flick, seorang jurnalis kelas tinggi yang terkenal dan sangat tajam dalam mengulas ekonomi dan politik memang selalu menuntut kesempurnaan dari Allegra. Flick ingin Allegra mengikuti jejaknya dan bukan bekerja di majalah omong kosong semacam Glitz. Tapi bagi Allegra, mode dan fashion adalah dunianya.
Allegra berencana membuat artikel tentang membentuk pria sempurna. Maka Allegra mencari seorang pria biasa-biasa saja sebagai korban untuk diajari minum cocktail, memasak, seni kontemporer dan berdansa. Dan pilihannya jatuh pada Max.
Max, kakak laki-laki sahabat Allegra, baru saja putus dari tunangannya. Maka untuk sementara dia tinggal seatap dengan Allegra. Di mata Allegra, Max adalah pria yang cocok sebagai bahan eksperimennya. Max yang insinyur sipil dan berselera buruk dalam hal berpakaian akan menjadi target perombakan Allegra.
Meski Max setuju, dengan iming-iming kencan bersama Darcy, sang model pakaian dalam, tapi ternyata tidak mudah mengubah Max. Apakah misi Allegra berhasil? Apakah Max akan menjadi tuan sempurna bagi Darcy? Atau tuan sempurna bagi Allegra?

-----------

Butuh waktu untuk menyelesaikan novel ini. Beberapa kali saya berhenti dan hampir menyerah. Mungkin karena jalan ceritanya yang flat dan mudah tertebak.
Tokoh-tokohnya cukup berkarakter dan punya warna yang berbeda.
Menarik melihat bagaimana Allegra bisa berkembang menjadi pribadi unik di bawah tekanan ibu yang selalu menuntut kesempurnaan. Di satu sisi Allegra nggak ingin membuat Flick kecewa, di sisi lain ada jiwa romantis yang menginginkan dirinya jadi diri sendiri.
Saya cukup kagum pada Max akan integritasnya. Sisi pria normalnya terlihat ketika ia nggak bisa menolak permintaan Allegra karena iming-iming kencan dengan Darcy. Namun, ketika dihadapakan pada perempuan terseksi dan termanis di dunia pun, Max tetap bersifat gentleman tanpa mengabaikan Allegra.
Novel ini begitu fokus pada tahap-tahap mengubah Max dan minim adegan romantis. Terdapat momen khas yang biasa muncul di drama komedi romantis semacam stoking sobek atau terjatuh di depan meja yang membuat kekonyolannya terasa berlebihan.

Penerjemahannya lumayan baik meski ada susunan kalimat yang kurang pas. Juga banyak terdapat kesalahan penulisan tanda baca. Tapi, masih bisa dinikmati karena ceritanya ringan dan menghibur.

Saya menyukai novel ini karena pesan yang mengena. Saya pun menginginkan pria sempurna dalam hidup saya. Tapi seperti Allegra, saya belajar bahwa mencintai seseorang bukan berarti memintanya untuk berubah, tetapi menerima dia apa adanya. Menerima kelebihan dan kekurangannya. Dia mungkin bukanlah pria yang kita idealkan tetapi dia pria yang kita butuhkan. Itulah yang membuatnya sempurna.

TEBAR-TEBAR QUOTE

Wanita. Ketika kau mengira sudah mengerti, mereka berbalik dan menendang kakimu sampai kau jatuh, lalu membiarkanmu menggelepar. (hlm. 141)

"Kurasa menjaga jarak tertentu dengan semua orang berarti tak ada seorang pun yang memiliki kesempatan menyakitimu." (hlm. 219)

Siapa pun bisa berpura-pura, tapi apa pentingnya melakukan itu? Tak ada orang yang mau jatuh cinta dengan seseorang yang penuh kepalsuan. (hlm. 255)

Senin, 12 Oktober 2015

[Resensi: I Need You - Yoana Dianika] Cinta Yang Memberi Harapan dan Diharapkan


Judul buku: I Need You
Sub judul: I Just Can't Show You
Seri: L.O.V.E CYCLE #2
Penulis: Yoana Dianika
Editor: Nurul Hikmah & Widyawati Oktavia
Penyelaras Aksara: Ayuning
Desainer dan ilustrator sampul: Levina Lesmana
Ilustrator isi: Ida Bagus Gede Wiraga
Penerbit: Gagas Media
Tahun terbit: Mei 2015
Tebal buku: viii + 320 halaman
ISBN: 979-780-810-6
Available at: Bukupedia



BLURB

Ini kisah tentang harapan, yang seumpama layang-layang.
Jika kau tarik terlalu kuat, ia akan putus.
Jika kau biarkan terlalu longgar, ia akan lepas.

[Amalia]
Aku menyukaimu, apakah isyaratnya tak pernah terbaca?
Kau tak perlu menjadi pembaca pikiran untuk itu.
Terlalu nyata segala rasa yang ada untukmu.

Kau memintaku tak beranjak pergi,
tetapi mengapa kau tak ikut duduk di sini?
Aku telah tahu segala hal tentangmu—kecuali tentang perasaanmu.

[Ivan]
Bersamamu tak pernah kurasakan sepi.
Tanpamu, ada sesuatu yang hilang.
Namun, saat kau isyaratkan cinta,
mengapa tak kutemukan sesuatu yang menyala?

[Sev]
Benarkah harapan juga bisa kedaluwarsa?
Habis masanya ketika waktu memberimu jarak;
kepada cinta yang tak pernah kau ungkap.

Harapan,
sesuatu yang membuatmu mampu bertahan dalam keadaan tersulit sekalipun.
Beri ia isyarat—agar ia tak lagi tersesat.


RESENSI

Sekolah Amalia kedatangan murid baru yang langsung bikin heboh. Tentu saja karena si anak baru ini cakep dengan tampang kebule-bulean. Meski anak baru itu adik kelas, gosipnya tetap beredar di kelas Amal, kelas XI. Yang membuat kaget, cowok itu ternyata Ivan, teman masa kecil Amal yang dulu pergi tanpa pamit.
Ivan telah kembali. Kehadirannya menumbuhkan lagi getar-getar di hati Amal. Hari-hari Amal kembali dipenuhi dengan perhatian Ivan layaknya di masa lalu.
Sayangnya itu tak berlangsung lama. Amal menangkap sesuatu yang mencurigakan antara Ivan dan Izz, sahabat Amal. Binar di mata mereka nggak mungkin diabaikan Amal.
Untuk menghilangkan rasa galaunya, Amal mencoba mengalihkan perhatian ke twitter untuk memantau Sev, vokalis band The Dusk, yang sangat digilai Amal.
Tak disangka, Sev membalas mentionnya, mem-folback twitter Amal, dan bahkan tiba-tiba muncul di hadapan Amal untuk mengantar Amal yang kemalaman di acara Grebeg Suro Ponorogo karena ditinggal Ivan dan teman-temannya.
Hingga kemudian muncul kabar bahwa Ellen, gitaris The Dusk, memutuskan keluar dari band dan memaksa The Dusk menggelar audisi untuk mencari pengganti Ellen. Amal yang memang pintar bermain gitar dan mencipta lagu mengikuti audisi dan dinyatakan lolos.
Amal pun harus ke Jakarta meninggalkan Ponorogo selama libur semester. Selama masa karantina ia nggak bisa berhubungan dengan Ivan. Tapi Amal takut, jeda masa itu akan semakin merenggangkan hubungan mereka.
Akankah Amal lolos dan menjadi bagian dari The Dusk? Seberat apa perjuangannya hingga hari pengumuman? Apakah Ivan akan tetap bersamanya atau menggunakan kesempatan itu bersama Izz? Lalu mengapa Sev yang terkenal dingin dan dijuluki The King of Ice Kingdom itu sangat perhatian terhadap Amal?

-----------------

I Need You merupakan novel remaja dalam seri L.O.V.E. CYCLE dengan tema tahap PDKT terbitan GagasMedia. Meskipun tokohnya menggalau karena cinta, tapi kreatifitas dan positif act tokoh-tokohnya membuat saya salut. Galau boleh tapi prestasi jalan terus. Gitu. ^^

Saya suka konsep novel ini. Dari covernya yang sederhana dan cantik, ilustrasi di dalamnya yang keren, lirik lagu yang mendalam dan sekali lagi galau, juga bagaimana novel ini dibagi menjadi lima bagian besar.
Ada 1st Track - H.I.L.A.N.G yang menjadi awal pembuka kisah kedatangan Ivan kembali.
Kemudian 2nd Track - I Will Be Here yang menceritakan proses audisi Amal di Jakarta dan kedekatannya dengan para personel The Dusk. Terutama Adrian dan Sev.
Dilanjut dengan 3rd Track - Love Lies yang berisi sepulangnya Amal ke Ponorogo setelah audisi dan mendapati kenyataan yang menyedihkan.
Ada pula 4th Track - The Dusk dan Bonus Track - The Future yang menjadi akhir konflik dan memberi saya twist super duper tak terduga.
Jalinan kisahnya membuat saya nggak bisa berhenti dan terjerumus dalam perasaan yang teraduk-aduk.
Sebal setengah mati pada Ivan yang PHP banget, kasihan pada Amal yang banyak berharap, dan senyum-senyum dengan kesantaian Adrian. Ah, campur aduklah rasa buku ini. :)

Dalam I Need You, Yoana Dianika banyak sekali memberi informasi teknik-teknik bermain catur dan gitar, sehingga kegemaran dan profesi tokohnya nggak terasa hanya tempelan. Terasa benar-benar menguasai dan bagai telah mendarah daging.
Kota Ponorogo juga terasa hidup di dalam novel ini. Bukan sekedar setting tanpa napas, tapi ada kegiatan dan suasana yang terasa khas meski tanpa membubuhkan dialek dalam dialog.

I Need You dikisahkan dari sudut pandang orang pertama, yaitu Amalia yang bercerita sebagai aku. Namun saat kisah flashback ke masa kecil para tokohnya—yang diceritakan di awal beberapa bab—Yoana menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Tokohnya memiliki karakter yang menonjol, dan memiliki ciri sendiri-sendiri. Yang jelas sih, Ivan si tuan ahli PHP-lah yang paling bikin gemas.
Sedangkan Amal, cewek bertalenta yang cuek ini sebenarnya punya karakter yang asyik. Girlpower banget.
Sampai tigaperempat novel saya masih bingung, Amal nanti akhirnya mau dipasangkan dengan siapa? Ivan? Dhamar? Sev? Atau justru Adrian?
Aih, pokoknya kalau saya sih, jelas #TimAdrian :))))
Andai saja Adrian dibikin cerita tersendiri, pasti keren. Adrian dalam novel ini jadi tokoh Adrian ketiga favorit saya setelah Adrian di Legenda Pelangi dan Adrian di telenovela Esmeralda. *lawas* :D

Yang mengganjal dalam benak saya dalam novel ini adalah bagaimana hubungan Amal dan Izz akhirnya? Apakah nggak ada penjelasan sama sekali dari Izz atau seenggaknya obrolan penyelesai masalah? Setelah kecelakaan di jurang itu kenapa nggak ada cerita Izz menjenguk Amal dan ngobrol dari hati ke hati? Padahal itu momen yang pas sebenarnya.

Sedikit typo dalam novel ini:

* …Kamu sudah punya pacar.?" --> …Kamu sudah punya pacar?" (hlm. 30)
* hadir --> Hadir (hlm. 36)
* bar-unya --> ba-runya (hlm. 36)
* followback" --> followback." (hlm. 107)
* …dan diunduh ke YouTube. --> …dan diunggah ke YouTube. (hlm. 158)
* pikirkanku --> pikiranku (hlm. 161)
* Sebelum mengunduh ke YouTube… --> Sebelum mengunggah ke YouTube… (hlm. 164)
* Liberia --> Liberica (hlm. 241)

Saya sangaaaat menyukai novel ini terlepas dari tokoh Ivan yang heartless, karena ada banyak hal positif dalam kisah cinta yang menarik ini.
Buat kalian yang mudah kena PHP atau malah tukang PHP, boleh banget baca novel ini. ^^


TEBAR-TEBAR QUOTE

Saat menyadari datangnya rasa suka, aku takut suatu saat kehilangan akan datang merenggutnya. (hlm. 31)

"Amal, aku tahu, kebencian pada akhirnya hanya akan melukai diri kita sendiri." (hlm. 120)

"Sebenarnya, orang-orang yang hanya bisa menyalahkan orang lain pasti akan tambah menderita. Aku kasihan kepada mereka. Orang yang mengerjai orang lain hanyalah orang lemah yang ingin memastikan bahwa dirinya sendiri tidak lemah." (hlm. 120)

Kenapa manusia tidak bisa menyukai orang lain dengan puas tanpa harus memikirkan saingan? (hlm. 123)

Mungkin, hidup itu pada dasarnya seperti permainan catur. Kalau sejak awal langkah yang diambil bagus, ke belakang pastinya juga akan mulus—walaupun terkadang menghadapi rintangan di tengah permainan. (hlm. 145)

"Amal, dengar. Terkadang, cinta memang tidak mudah diraih. Tapi, untuk cinta yang tidak mudah diraih itulah manusia rela berkorban." (hlm. 146)

"Hei, kita sudah pernah bertemu sekali. Pertemuan kedua sudah pasti jodoh." (hlm. 190)

"Amal, di dunia ini, nggak ada orang yang terlahir hanya untuk merasa bahagia. Tapi, bahagia itu pilihan. Bikankah masa depan adalah hal yang bisa kita buka dengan tangan kita sendiri?" (hlm. 206)

"Kamu pernah mendengar istilah ini, 'manusia menjadi kuat karena ingin ada yang dilindungi'?" (hlm. 273)

"Aku selalu berandai-andai, seumpama waktu cepat berlalu, pasti tidak ada celah pada kita untuk merasa rindu pada sesuatu." (hlm. 305)

"Mungkin, dia adalah satu-satunya yang bisa membuatku merasa abadi—karena dia akan menyembuhkan luka yang pernah membuatku kehilangan arah." (hlm. 315)

Minggu, 11 Oktober 2015

[Resensi: Cincin Separuh Hati - Netty Virgiantini] Cincin Pertunangan Pembawa Takdir


Judul buku: Cincin Separuh Hati
Penulis: Netty Virgiantini
Editor: Husfani Putri & Astheria Melliza
Desain sampul: Marcel A. W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 21 September 2015
Tebal buku: 280 halaman
ISBN: 978-602-03-1932-2


BLURB

Nilam benar-benar nekat!

Demi menghindari pertanyaan "kapan kawin" di acara reuni SMA, Nilam memakai cincin bekas pertunangan sepupunya. Dia bahkan mengganti profile picture dan status jejaring sosialnya; "Bertunangan dengan Aryobimo".

Nilam lupa bahwa satu kebohongan akan membawanya pada kebohongan-kebohongan berikutnya.

Hingga suatu hari, seorang lelaki bernama Aryobimo datang menemui Nilam, menuntutnya bertanggungjawab atas retaknya pernikahan lelaki itu karena dituduh telah berselingkuh dengan Nilam. Satu hal yang tidak Nilam duga, cincin separuh hati memaksanya menghadapi hantu-hantu masa lalu....

RESENSI

Sejak bergabung dengan grup WhatsApp teman SMA, Nilam jadi sering chatting sampai lupa waktu, akibatnya ia selalu terlambat datang ke kantor.
Namun itu bukan masalah besar jika dibandingkan dengan ajakan reuni teman-teman segrupnya. Bagi Nilam, reuni adalah hal yang paling ia hindari. Bagaimana tidak, usianya telah mencapai 35 tahun tapi ia masih melajang. Meskipun itu adalah pilihan hidupnya tetap saja teman-temannya akan mengerenyit heran dan mencecarnya dengan beragam pertanyaan.
Maka ketika istri sepupunya menawari Nilam untuk memakai cincin pertunangannya, Nilam setuju. Nilam pun berpura-pura telah bertunangan dengan mengunggah foto cincinnya dan memasang status "bertunangan dengan Aryobimo". Nilam bahkan memamerkan cincin itu di depan teman-temannya saat reuni, dan membual tentang calon tunangannya.
Tak disangka, itulah awal prahara. Seorang pria bernama Aryobimo mendatangi kantornya dan menuntut pertanggungjawaban Nilam. Pria yang memiliki pasangan cincin separuh hati itu marah karena istrinya menuntut cerai gara-gara status Nilam. Ternyata, pria mantan tunangan sepupunya, yang Nilam jadikan calon tunangan fiktif, adalah suami salah satu teman SMA Nilam.
Seolah keruwetan belumlah cukup, datang seorang pemuda yang mengaku sebagai adik Nilam. Nando mengungkapkan bahwa ia adalah adik Nilam satu bapak lain ibu.
Kedua lelaki yang tiba-tiba saja muncul dalam hidup Nilam itu membuat Nilam terpaksa harus menghadapi kemarahan dan dendam masa lalunya.
Bagaimana Nilam menyelesaikan masalah yang telah dibuatnya? Mampukah ia menepati janjinya untuk tidak pernah menikah dan tetap menyimpan kebencian terhadap bapaknya?

------------

Hal pertama yang melintas dalam pikiran saya saat membaca novel ini adalah, model cincinnya romantiiiss. ^^
Saya kira pria yang memilih cincin seperti ini sebagai cincin pertunangan pastilah pria romantis, ternyata malah pria lempeng. Hehe....
Tokoh pria dalam novel ini khas tokoh dalam novel-novel karya Netty Virgiantini, pria santun dan baik budi bak gentleman. Sabaaaaar banget menghadapi kejutekan Nilam. Tokoh Aryo (namanya sama seperti nama anak saya ^^) ini berasa istimewa karena selain dewasa juga bikin gemas karena kelempengan dan sejarah masa lalunya yang menyedihkan.

Diceritakan dengan sudut pandang orang ketiga, dan lebih terfokus pada Nilam. Kesedihan dan kepahitan hidupnya mengikat saya dalam rasa simpati. Meski saya nggak setuju juga dengan janji yang dibuatnya.
Plotnya rapi dan runut. Temanya menarik dan kekinian. Ada sindroma khas wanita usia pertengahan tiga puluhan yang berpotensi menjadi konflik, dan penulis dengan jeli mengolahnya menjadi cerita yang apik.

Saya selalu suka dengan gaya bertutur Netty Virgiantini. Diksi yang dipilihnya menarik dan selalu bisa menyelipkan nilai kesantunan dalam ceritanya. Ada kesan sederhana tapi kaya makna dalam gaya kepenulisannya. Pun dengan Cincin Separuh Hati, Netty Virgiantini memberikan kesan kearifan dan nrimo menjalani hidup tokoh-tokohnya.
Penulis juga sering menghadirkan kebudayaan jawa sebagai penghias kisahnya. Rumah berbentuk joglo, nama-nama yang njawani—Saya tahu lho, Surtikanti itu dalam pewayangan adalah nama istrinya Basukarna ^^, kuliner untuk kletikan, pakaian dan tas batik yang dikenakan, juga Mbah Uti yang sering nembang jawa. Ini membuat setting terasa kuat. Bahkan ketika Aryo dan Nilam datang ke Taman Balekambang, ada penjelasan singkat tentang sejarah tempat itu.

Konflik dalam Cincin Separuh Hati ini lumayan ruwet, meskipun keruwetannya dibikin sendiri oleh si tokoh utama. Lumayan sebal juga karena kekeraskepalaan Nilam. Namun penyelesaiannya malah berasa mudah dan twistnya masih bisa saya tebak. :))

Beberapa typo dalam novel ini:

* kenanganan --> kenangan (hlm. 109)
* ragu untuk langkah --> ragu untuk melangkah (hlm. 112)
* di ceritakan --> diceritakan (hlm. 129)
* dari keluar dari ponsel --> keluar dari ponsel (hlm. 146)
* …sambil tertawa --> …sambil tertawa. (hlm. 200)
* padanya --> padanya. (hlm. 237)
* rumah --> rumah. (244)
* tak beda jauh beda. --> tak jauh beda. (hlm. 253)
* ia dipadamkan --> ia padamkan (hlm. 273)

Overall, Cincin Separuh Hati membuat saya memaknai kejujuran dan nggak membenci seseorang mentah-mentah. Pasti ada alasan dibalik perbuatan seseorang, dan pasti ada penyesalan yang meski terlambat layak untuk kita beri maaf.
Saya rekomendasikan novel Amore ini bagi kalian yang ingin menikmati bukan hanya kisah cinta yang dipertemukan takdir tapi juga kisah tentang kasih sayang anak terhadap orang tuanya.

TEBAR-TEBAR QUOTE

"Nggak ada dua orang yang akan mengalami nasib sama persis di dunia ini." (hlm. 28)

"Pernahkah kamu mendengar bahwa harapan itu berteman dengan kekecewaan? Kalau nggak ingin kecewa, jangan pernah berharap apa-apa. Jalani saja hidup ini apa adanya. Seperti air mengalir, ikutlah ke mana arus akan membawamu. Walaupun mungkin alirannya akan menenggelamkanmu. Rasa sakit dan kecewanya nggak akan seberat orang yang selalu berharap."
"Kalau hidup tanpa berani berharap, itu sama saja putus asa!" (hlm. 28)

"Janji yang nggak membawa kebaikan, nggak perlu ditepati." (hlm. 226)


Ini dik Aryo yang lagi 'baca' blurb, semoga nanti bisa sesabar dan sesantun Mas Aryo ^^

Jumat, 09 Oktober 2015

[Resensi: Akulah Arjuna - Nima Mumtaz] Sang Arjuna Memilih Antara Cinta dan Logika


Judul buku: Akulah Arjuna
Penulis: Nima Mumtaz
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2014
Tebal buku: 443 halaman
Genre: Contemporary Romance
ISBN: 978-602-02-4771-7
Available at: Bukupedia


BLURB

Pencarian Cinta seorang Arjuna
Antara hati dan logikanya

Oke, inilah masalah pelik yang membelitku. Aku beristri dua!
Upps ... punya pacar dua, tepatnya. Eehhh, enggak juga.
Yang pasti saya punya dua pasangan tapiii … gak tepat juga ini, jadi apa istilah yang pas, ya?

Dalam khayalanku yang terliar pun gak akan pernah aku bayangin dapet nasib kayak gini. Aku adalah tipe lelaki setia yang tak akan pernah mempunyai dua pasangan dalam satu waktu bersamaan. Itu pantangan buat aku. Tapi sialnya itulah yang terjadi sekarang ini. Walaupun ini bukan mauku dan gak pernah kusengaja. Suer!

Di satu sisi aku udah punya Nina—walaupun dia gak secara langsung mengiyakan permintaanku, tapi boleh, dong aku kepedean nyebut dia pacar. Secara dia juga memperlakukan aku seperti pacarnya. Tapi di sisi lain ada anak bos, si setan cilik yang nyebelin itu, yang memproklamirkan diri sebagai pasanganku di kantor.

Indah, bukan? Banget! Bahkan terlalu indah untuk playboy terganteng seperti aku sekalipun.


RESENSI

Hati Arjuna melambung ketika Nina, cewek pujaan hatinya yang ditaksir kurang lebih selama satu tahun, bersedia menjadi kekasihnya. Juna sudah nggak sabar membawa Nina ke hadapan keluarganya untuk diperkenalkan sebagai calon istri.
Namun, hari-hari yang damai sejahtera itu porak poranda saat Ayana muncul dalam kehidupannya. Ayana, putri bosnya, yang baru berusia 16 tahun itu secara terang-terangan tanpa rasa malu menunjukkan kalau dirinya cinta mati pada Juna. Alamak!
Juna dibuat pusing oleh ulah Ayana yang seolah nggak peduli meski Juna punya pacar, Juna kentut sembarangan, bahkan meski Juna kerap bicara ketus dan menganggapnya cewek gila. Ayana nggak pernah merasa ilfil terhadap tingkah norak Juna, berbeda dengan Nina yang justru malah belingsatan dan sering ngambek.
Juna pun harus segera bertindak serius. Demi kelangsungan hubungannya ke jenjang yang lebih serius, Juna membawa Nina ke rumah dan memperkenalkannya kepada seluruh anggota keluarga. Malam itu juga, Juna melamar Nina. Gayung pun bersambut, Nina bersedia menikah dengan Juna.
Di kantor, ketika Juna sedang mencari cara untuk memberi tahu Ayana bahwa ia akan segera menikah, tanpa sengaja Juna malah melihat Nina yang sedang berselingkuh.
Kejadian itu membuat Juna kembali berpikir ulang. Apakah ia akan memaafkan Nina atau mengikuti saja permainan pacar-pacaran dengan Ayana? Ketika kedua gadis itu berlalu dari hidup Juna, yang mana yang membuat hati Juna remuk redam? Siapa yang akan Juna kejar bahkan hingga kematian memisahkan?

--------


Ini novel ketiga Nima Mumtaz yang saya baca dan membuat saya makin menyukai karyanya. Sungguh, untuk ide cerita, Nima benar-benar pandai mengolahnya menjadi cerita yang manis. Saya nggak ragu lagi untuk menjadikannya sebagai penulis favorit saya.

Cara bertutur Akulah Arjuna bisa dibilang sedikit lebih rapi dibanding Cinta Masa Lalu. Novel ini diceritakan dari sudut pandang orang pertama, yaitu Juna, dengan segala ketengilan dan kepercayaan dirinya yang berlebihan. :))))
Narasinya masih menggunakan bahasa nonbaku, tapi sudah enak dibaca.

Yang saya sukai dari karya Nima Mumtaz adalah dialognya yang lincah dan memperlihatkan chemistry yang kuat. Interaksi antara satu tokoh dengan tokoh lainnya mengalir dan luwes. Nggak ada kekakuan atau kalimat basi yang membosankan.

Membaca cerita ini membuat saya senyum-senyum menikmati rasa frustrasi Juna. Sepertinya Juna kualat nih, sama Mas Dave. Hahaha.
Pasangan David dan Viona cukup banyak nimbrung di novel ini, jadi serasa dapat bonus menyaksikan kelanjutan hubungan mereka sejak di Cinta Masa Lalu.
Kocaklah pokoknya kalau Juna, David dan Viona ada dalam satu scene.

Meskipun sudah lebih rapi, typo novel ini masih bertebaran. Kesalahan yang paling banyak terjadi adalah penggunaan di- sebagai kata depan dan sebagai awalan sering terbalik penulisannya. Misalnya saja:

dihadapanku --> di hadapanku (hlm. 12)
di set --> diset (hlm. 24)
di rem --> direm (hlm. 26)
kedokter --> ke dokter (hlm. 72)
di pegangnya --> dipegangnya (hlm. 102)
Itu hanya beberapa contoh dari banyaknya kesalahan dalam novel ini.

Selain itu penggunaan partikel -pun juga masih kurang tepat:
apapun --> apa pun (hlm. 7)
akupun --> aku pun (hlm. 10)
dan masih banyak lagi.
Kata dari bahasa asing juga banyak yang tidak ditulis dengan huruf miring.

Tapi masih sangat enak dibaca kok. Apalagi pilihan diksi Nima Mumtaz selalu mengharu biru dan bikin sukses mewek-mewek. Sudah tiga novelnya yang saya baca, dan ketiganya membuat saya nangis-nangis. ^^

Ah, tolong, saya ketagihan karya Nima Mumtaz! :D

TEBAR-TEBAR QUOTE

"Kalau cinta sudah memilihmu, ke manapun kau menghindar, tak akan ada cukup tempat kau sembunyi." (hlm. 59)

"Ingat Juna, orang kuat itu adalah orang yang bisa nahan diri saat marah." (hlm. 123)

"Saat mencintai seseorang, kita tak akan pernah peduli dengan masa lalunya, dengan apa yang mengikutinya, bahkan dengan semua keburukan dan kebusukannya. Kita hanya akan melihat dia apa adanya dan hanya mengharapkan semua hal yang terbaik untuknya. Bahkan tak akan pernah peduli kalau akhirnya hanya sakit yang bisa kita terima. Kamu hanya ingin melihat dia tersenyum, hanya ingin dia bahagia." (hlm. 172-173)

"Jangan ingkari apa yang dipilih hatimu. Bahkan orang buta pun bisa merasakannya. Kejarlah, mungkin kau akan lebih tenang. Dan jangan cari pelarian bodoh atau kamu akan menyesal pada akhirnya." (hlm. 240-241)

"Kamu mau aku menunggu? Akan kutunggu. Kamu minta aku datang? Aku akan ke sana. Aku tak peduli lagi dengan apapun sekarang. Aku hanya ingin matahari tetap menjadi milik kita. Kamu dan aku." (hlm. 307)

"Juna … setiap hubungan pasti ada naik turunnya. Jangan ragu meminta maaf kalau kamu punya salah dan jangan hanya minta dimengerti tanpa kamu mau mengerti. Laki-laki itu pasti jadi kepala keluarga, itulah kenapa dia harus matang dulu sebelum berani bawa anak orang. Selain tanggung jawabnya besar, pemikiran dan emosi harus stabil karena kelak dialah yang akan membawa arah rumah tangganya." (hlm. 320)

Selasa, 06 Oktober 2015

[Artikel Suka-suka] Agatha Christie Penulis yang Memberi Warna Dunia Saya


Siapa yang nggak mengenal Agatha Christie, sebagai penulis kasus-kasus misteri yang kemudian digelari sebagai Ratu Kriminal, buku-bukunya digemari ribuan orang dari generasi ke generasi.
Bahkan, ulang tahunnya yang ke-125 tahun pun masih dirayakan di penjuru dunia oleh para penggemarnya.
Tokoh-tokohnya, Hercule Poirot dan Miss Marple, abadi dalam ingatan dan dibicarakan di forum-forum klub pembaca buku.



Saya sendiri beruntung karena bertemu karya Agatha Christie saat masih duduk di bangku SMP, sekitar 19 tahun lalu. Karya beliau yang pertama kali saya baca kala itu adalah Buku Catatan Josephine.
Itu karya yang menyeret saya ke petualangan mencari buku-buku Agatha Christie yang lain. Apalagi setelah saya membaca Pembunuhan di Orient Express yang membuat saya tergila-gila pada kejeniusan Agatha Christie, saya makin sering ke perpustakaan sekolah untuk memohon dipinjami novel misteri beliau.



SMP saya kala itu adalah salah satu SMP favorit di Jogja, yang koleksinya lumayan lengkap. Namun khusus untuk Agatha Christie, novel-novelnya diletakkan di lemari kaca terkunci. Jadi saya cuma bisa mengendus-endus menempelkan hidung dan wajah saya di kacanya memilih mana yang ingin saya baca lebih dulu. Kalau mau pinjam saya harus pesan dulu di istirahat pertama, itu saja tidak setiap murid boleh meminjam, dan baru bisa diambil ketika istirahat kedua. Ribet, tapi saya tetap tabah demi bisa membawa pulang misteri yang akan menyita waktu saya seharian.

Ada kepuasan tersendiri saat tebakan saya benar atau menyerempet benar, dan ada ketakjuban yang membuat saya tercengang saat saya berhasil dikecoh oleh Ratu Kriminal dan Misteri ini. Semakin lama membaca karya beliau, saya semakin jeli menandai pola psikologis yang dimainkan Agatha Christie terhadap pembacanya.

Peran Agatha Christie bagi hidup saya, beliau bukan hanya memberi saya petualangan yang seru dengan mengajak saya menganalisa bukan hanya kasus tapi karakter manusia. Cara bicara dan gestur bisa saja jadi petunjuk.
Sadar atau tidak, kebiasaan menganalisis itu pun terbawa dalam pendidikan formal. Saya merasa saya lebih mudah memahami soal cerita dan merasa tertantang untuk menyelesaikan persoalan.

Kini, bertahun-tahun setelah perkenalan saya dengan karya Agatha Christie, saya selalu merekomendasikan novel ini pada anak didik saya. Saya juga nggak segan membahas novel ini untuk mengasah kemampuan analisa mereka. Karena saya yakin, membaca novel Agatha Christie adalah latihan berpikir yang menyenangkan. Dan saya tahu kepuasan yang kita rasakan jika bisa mengungkap misteri bagai zat adiktif-merangsang kita untuk kembali mencari misteri lain dan memecahkannya. Baik itu misteri dalam novel maupun misteri dalam kehidupan nyata.

Pada akhirnya, Agatha Christie bukan hanya memberi petualangan tak terlupakan dengan misteri-misterinya, tetapi juga memberi bekal semangat dan merangsang pembacanya untuk memecahkan misteri-misteri besar atau kecil dalam kehidupan nyata pembacanya.
Terima kasih Agatha Christie :*

Minggu, 04 Oktober 2015

[Resensi: Cinta Masa Lalu - Nima Mumtaz] Cinta dan Kebencian Tujuh Tahun Lalu


Judul buku: Cinta Masa Lalu
Penulis: Nima Mumtaz
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2014
Tebal buku: 306 halaman
ISBN: 978-602-02-3101-3




BLURB

Mimpi apa yang paling buruk bagi seorang gadis?

Diperkosa dan mengandung di umur 18 tahun mungkin merupakan pengalaman paling buruk. Apalagi jika pelakunya adalah kekasih sepupumu.

Dan itu terjadi pada Viona.


RESENSI

Bagi David Raditya Arkhan, cewek-cewek akan selalu tunduk di kakinya. Bukan hanya karena dia sangat kaya, tapi juga karena dia ganteng, keren, dan hot. Semua cewek dengan mudah ditaklukkannya, dan korbannya berikutnya adalah Ghea.
Sayangnya cewek itu lebih suka sok jual mahal, dan dengan tipu daya berhasil membawa David ke pertemuan keluarga besarnya untuk diperkenalkan sebagai sang tunangan.
David yang semula merasa enggan, terkesima saat di pertemuan itu bertemu dengan sepupu Ghea yang masih belia, Viona. David merasa jatuh cinta untuk pertama kalinya. Sayangnya, Viona sama sekali tidak tertarik pada David. Hal itu membuat niat David untuk mengejar dan menaklukkan Viona semakin besar.
Ketika satu kesempatan akhirnya datang, dengan licik David merenggut kesucian Viona dan menghamilinya. Viona pun depresi berat. Meskipun David bersedia bertanggung jawab, namun Viona sudah telanjur membenci David. Untuk memulihkan kejiwaannya, Viona dibawa ke Jogja untuk terapi.
Tujuh tahun kemudian, Viona menginjakkan kaki kembali di Jakarta. Dengan niat memberi surprise bagi keluarganya, Viona sengaja tidak memberitahukan kepulangannya. Namun ternyata justru dirinyalah yang dibuat terkejut.
Di rumahnya, Viona menemukan David yang tampak seolah begitu diterima sebagai anggota keluarga. Bukan hanya David yang ada di sana, tapi juga seorang gadis kecil berusia 6 tahun yang memiliki sorot mata polos dan lesung pipit seperti dirinya.
Mengapa keluarga Viona bisa menerima David? Benarkah David telah berubah? Apakah Viona juga bisa menerima mereka? Atau justru dia menerima lamaran Diaz, cinta pertamanya?

--------------

Bagi saya, blurb Cinta Masa Lalu ini menggoda banget. Menggugah rasa penasaran. Buat saya yang sangat tergila-gila dengan Karmila-novel karya Marga T, cerita yang bernapas sama tentu saja membuat saya tertarik.

Lagipula, saya memang penyuka cerita yang tokoh ceweknya benci setengah mati sama cowoknya lebih dulu. Seru rasanya mengikuti perjuangan si cowok untuk mendapatkan maaf dan cinta si cewek.

Cinta Masa Lalu ini bukan kisah tentang kenangan cinta yang indah di antara dua orang, hanya David yang menganggapnya sebagai rasa cinta, sementara Viona sama sekali tak mau mengingatnya.

Cinta Masa Lalu memang menggunakan sudut pandang orang pertama, tapi tercatat ada tiga orang yang bercerita sebagai aku; Viona, David, dan Juna. Secara bergantian mereka berkisah melalui sudut pandang mereka. Meski menurut saya masih agak kurang rapi untuk pembagian porsinya, saya masih bisa menikmatinya kok.
Dengan alur maju-mundur, plotnya masih berlompatan dan belum rapi. Ada adegan yang berjalan terlalu cepat tanpa kronologi yang logis. Semisal saat Viona dibawa ke UGD setelah hendak menikam David di apartemennya.

Aku tak tahu apa dan bagaimana, yang pasti aku sekarang ada di ruang tunggu UGD rumah sakit yang jaraknya cukup dekat dengan apartemenku. (hlm. 126)

Saya pikir akan lebih dramatis kalau diceritakan kepanikan membawa Viona yang bersimbah darah dengan perjalanan yang mencekam karena berkejaran dengan waktu dan maut. Biar terasa tegangnya ^^

Karena saya membaca Jodoh untuk Naina lebih dulu, saya cukup dikagetkan dengan gaya bercerita novel ini. Berbeda dengan Jodoh untuk Naina yang ditulis dengan lebih rapi dan dewasa, gaya tulisan Cinta Masa Lalu terkesan bandel dan 'semau gue'. Saya bilang "semau gue" karena narasinya menggunakan bahasa non-baku, dialog-dialognya lincah dan tokohnya tengil. Serasa gemas dan pengin menoyor mereka tiap kali bikin ulah. Haha..
Saya kira mungkin novel ini memang sengaja diterbitkan persis sesuai naskah aslinya yang ditulis di wattpad tanpa proses editing sehingga banyak sekali catatan kesalahan eja yang saya dapati.

Hal-hal yang saya temukan dalam novel ini saya rangkum secara garis besar:

- Kurangnya penggunaan tanda titik dan tanda koma.
- Masih terdapat singkatan semacam "gw" dan "klo".
- Lumayan banyak kata penekanan dengan menambahkan jumlah huruf semacam "ampuuunnnn..", "Iiiiihhhhh..", atau "Huufffhhhh...". Dan yang paling membuat saya meringis, Juna dan David juga sering menggunakan kata "Iiiihhhh..." dalam dialog mereka. Kan jadi berasa kurang gentle. ^^
- Inkonsistensi dalam narasi pada satu paragraf. Ada penggunaan kata yang nggak konsisten. Saya sih nggak masalah narasi menggunakan kata non-baku, asal tetap konsisten. Contohnya penggunaan kata tak/gak:
Kenapa semua serba tak terduga begini, sih? Brengsek!!!! Mau gak mau aku harus menempuh jalan pintas buat dapetin Vio. (hlm. 44)
- Gaya bahasa lo-gue juga masih kurang konsisten. Kadang "gua", kadang "gue".

"Gue kan emang gak pernah tidur di sini lagi Vio, dua minggu sekali gua nginep di kamar ini. Selebihnya, ya, tinggal di tempat gualah."
- Kata bahasa asing yang nggak dicetak miring. Seperti kata virgin, misscall, please, dsb.

Terlepas dari itu, saya masih sangat menikmati novel ini. Dan tentu saja, Nima Mumtaz selalu bisa bikin saya banjir air mata. Adegan dan dialognya menyentuh saya dan membuat saya tergugu. Diksinya tetap membuat saya terharu. Saya percaya saya akan disuguhi ending nan manis dan membuat saya senyum-senyum sendiri.

Saya rekomendasikan Cinta Masa Lalu buat pembaca yang sudah dewasa secara pemikiran. Hati-hati dengan romantic scene yang bisa bikin dag-dig-dug-ser. :)))))

TEBAR-TEBAR QUOTE

"Oke, lu memang terluka, sakit, dan entah berapa banyak kosakata yang bisa gambarin keadaan lu. Tapi itu sudah terjadi Vi, kita gak bisa ngubah apa pun, kan? Kita hanya bisa memperbaikinya, mencoba menjadikannya lebih baik." (hlm. 20)

"Vio, dia cuma anak kecil tanpa dosa yang kebetulan terjebak di situasi yang gak menguntungkan." (hlm. 24)

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon