Selasa, 30 Juni 2015

[Blogtour] Resensi & Giveaway Tuhan untuk Jemima by Indah Hanaco



Hi all, belum capek ikutan blogtour Tuhan untuk Jemima, kan? Kali ini selamat bertandang ke blog Nurina Mengeja Kata yang akan meresensi daaaaan… memberikan giveaway untuk satu eksemplar novel ini ;)
So, enjoy the tour ^^



Judul buku : Tuhan untuk Jemima
Penulis : Indah Hanaco
Editor : Gita Savitri
Perwajahan sampul : Shutterstock & Mulyono
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : Juni 2015
Tebal buku : 305 halaman
ISBN : 978-602-03-1660-4


BLURB

Jemima, gadis gelisah yang merindukan Tuhan, tapi tidak tahu harus mencari ke mana. Diberi kebebasan memilih agama, Jemima malah makin bimbang. Apalagi sederet tragedi sedang mengintai gadis itu dan keluarganya.

Kenneth, pria belia yang sangat tahu apa yang diinginkannya dalam hidup ini, sibuk berjuang untuk kelestarian lingkungan. Saat menyaksikan paus-paus kesayangannya dibantai, dia berkesimpulan tidak memercayai keberadaan Tuhan adalah keputusannya yang paling cerdas.

Kala keduanya bertemu di Selandia Baru, negara cantik berangin dengan berjuta keajaiban, otak dan hati mereka seolah diadu. Di antara keindahan pohon rimu, di antara pertarungan hidup dan mati, serta tamu khusus berwajah cahaya, akankah mereka menemukan hidayah-Nya?

RESENSI

Jemima Damarys syok saat kakak perempuan satu-satunya, Ashlyn Damarys, meninggal karena kecelakaan. Ia merasa berduka dan kehilangan. Hal itu diperparah dengan rasa duka berlebihan kedua orang tuanya. Jemima merasa ditinggalkan sendirian. Seisi rumah memilih menghadapi rasa duka mereka sendiri-sendiri. Jemima menjadi gelisah, ia butuh bersandar, butuh mengadu. Tapi ia belum memilih Tuhan mana yang hendak disembahnya.

Dibesarkan oleh orangtua yang berbeda keyakinan, Jemima dibebaskan untuk memeluk agama sesuai keyakinannya. Namun berbeda dengan Ashlyn yang telah menentukan pilihan, Jemima masih bimbang dan belum kunjung menemukan Tuhannya.

Sementara di belahan bumi lain, Kenneth Nigel Kincaid, seorang aktivis yang ikut dalam aksi penyelamatan paus bersama Sea World Conservacy tak ragu untuk menjadi ateis. Ia merasa Tuhan telah meninggalkan paus-paus tak berdosa itu sendirian hanya untuk dibantai nelayan-nelayan Jepang.

Mereka berdua bertemu di Selandia Baru saat Jemima mengunjungi Nick, bibinya. Jemima yang datang ke Negeri Kiwi tersebut untuk mencari Tuhan menghabiskan beberapa hari bersama Nick, Kenneth dan teman-temannya.
Hingga Jemima mendadak diminta pulang karena ternyata mobil yang dinaiki Ashlyn saat kecelakaan telah disabotase. Ayah Jemima menganggap ada yang mengincar mereka.

Maka dimulailah serentetan teror bagi keluarga Damarys. Ancaman racun, misteri kalung perhiasan Ashlyn, dan usaha penculikan, menghantui keluarga itu. Pembunuh Ashlyn masih menginginkan jatuhnya korban lain.
Siapakah pembunuh Ashlyn? Apa motifnya? Apakah Jemima akhirnya akan menemukan Tuhan? Bagaimana akhir hubungannya dengan Kenneth, cowok bule berambut merah dan bermata hijau yang telah memikat hatinya? Dan apakah Kenneth akan tetap menjadi ateis?

----------------

Tuhan untuk Jemima adalah novel lanjutan dari Cinta Sehangat Pagi. Lanjutan karena kedua novel tersebut mengisahkan tentang kisah cinta para aktivis lingkungan yang bergabung dalam Sea World Conservacy. Jadi jangan kuatir, nggak masalah walau kalian belum baca Cinta Sehangat Pagi, karena kisah dalam Tuhan untuk Jemima ini berdiri sendiri.

Novel ini menjawab pertanyaan besar saya di novel sebelumnya. Jika penulis begitu mengidolakan Paul Watson dan Sea Sepherd-nya, kenapa tokoh yang dimunculkan malah tokoh fiktif Lochart Kincaid dengan Sea Warrior-nya? Sementara setting dan aktivitasnya mirip dengan aktivitas Sea Sepherd.
Ternyata inilah jawabannya. Karena akan ada kisah cinta dari klan Kincaid. Waaah… menarik!

Saya ingat bertahun-tahun lalu selepas kuliah, saya menangis saat membaca majalah National Geographic. Itu edisi yang mengulas suku Inuit ketika melakukan perburuan terhadap narwhal. Saya jatuh cinta sekaligus langsung patah hati. Binatang secantik dan seunik itu ditembaki saat sedang bermigrasi :'(
Maka saya senang karena novel ini menyuarakan aktivitas penyelamatan terhadap paus, hewan yang harus kita jaga populasinya.

Saya sangat menikmati novel ini, 305 halaman rasanya habis dalam sekejap. Ceritanya mengalir dengan lebih luwes dibanding Cinta Sehangat Pagi. Plotnya rapi dan diksinya menusuk ke hati. Balutan misteri dan thriller dalam novel ini tentunya menambah seru jalan cerita.

Sebagai gadis yang baru lulus SMA dan beranjak dewasa, karakter Jemima justru terasa matang. Terasa wise dan santun. Saya suka dialog 'mendalam' antara Jemima dan Kenneth. Senang rasanya melihat muda-mudi sudah berpikiran terbuka dan bijak menyikapi persoalan seperti mereka.

Ada banyak informasi yang kita dapat jika membaca Tuhan untuk Jemima. Tentang perburuan paus, lanskap Selandia Baru, Islam dari segi sains, hingga jenis-jenis racun. Saya jadi penasaran pada riset yang telah dilakukan Indah Hanaco untuk menyajikan ilmu-ilmu baru pada pembaca.

Hanya ada sedikit typo di dalamnya:

* tidak dengar Jemima --> tidak didengar Jemima (hal. 40)
* menyulum --> mengulum (hal. 96)
* tanya dengan suara rendah --> tanyanya dengan suara rendah (hal. 118)
* dilakukanoleh --> dilakukan oleh (hal. 122)
* kegunda-han --> kegundah-an (hal. 129)
* jatuh sakit,atau --> jatuh sakit, atau (hal. 139)
* diemukan --> ditemukan (hal. 170)
* menjaga --> menjadi (hal. 210)
* mudah-mudah --> mudah-mudahan (298)

Well, novel memikat ini akan sangat menyenangkan dibaca karena sajiannya yang komplet. Saya beri 4 bintang untuk Tuhan untuk Jemima.


TEBAR-TEBAR QUOTE

Ketika hubungan Internasional itu terputus, sebuah pertanyaan seakan mendompak benak Jemima.
Apakah Tuhan juga bisa dicari di Negeri Kiwi itu? (hal. 69)

Manusia biasanya akan terlalu cerewet untuk mengajukan pertanyaan. Mendebat apa yang dirasa tidak cocok dengan pendapat mereka. Tapi Tuhan yang Mahatahu itu tidak pernah bersikap sok tahu. Tuhan selalu menjadi pendengar sempurna saat orang berdoa, kan? Itulah yang hilang dari hidup Jemima. (hal. 83)

"Pendidikan bisa menanti, tapi menyelamatkan lingkungan enggak bisa ditunda." (hal. 110)

"Tapi jika kamu melepaskan sesuatu dengan mudah, itu artinya kamu memang enggak benar-benar menginginkannya. Jadi, enggak perlu merasa aneh atau apalah. Kebahagiaanmu adalah yang paling penting dalam hidup. No sweat. Remember Jemima, your happiness is down the pike. Go get it before you late." (hal. 128-129)

Jemima tidak akan meminta jalan yang mudah karena itu keinginan yang egois. Tidak masalah kalau jalan itu berliku dan menyusahkan sebab dia tahu Tuhan menyukai orang-orang yang tangguh, para penyintas. (hal. 304)

***********

Tertarik ingin membaca Tuhan untuk Jemima? Nah, saya dan Mbak Indah Hanaco punya satu eksemplar novel Tuhan untuk Jemima bagi kalian pengunjung blog ini. Caranya mudah kok:

1. Follow twitter @KendengPanali dan @IndahHanaco. Jangan lupa share giveaway ini via twitter dan mention kami dengan hashtag #GATuhanUntukJemima

2. Jawab pertanyaan berikut:

Seandainya kalian menjadi aktivis lingkungan seperti Kenneth, binatang apa yang ingin kalian selamatkan? Apa alasannya?

Jawab semenarik mungkin di kolom komentar dengan format:

Nama:
Akun twitter:
Jawaban:

3. Boleh banget kalau mau follow blog ini ;)

4. Giveaway berlangsung dari tanggal 30 Juni dan ditutup tanggal 3 Juli 2015 pukul 23.59 dan pemenang akan diumumkan hari berikutnya :)

5. Yang terakhir… good luck!!


Oh iya, kalian bisa mengikuti rangkaian blogtour ini di blog host yang lain:

22 - 25 Juni 2015 >> Ky's Book Journal

26 - 29 Juni 2015 >> Books-Over-ALL

30 Juni - 3 Juli 2015 >> Nurina Mengeja Kata (perhentianmu saat ini ^^)

4 - 7 Juli 2015 >> Delina Books

8 - 11 Juli 2015 >> The Anti-books

Sabtu, 27 Juni 2015

[Resensi: Practice Makes Perfect by Julie James] Cinta dan Rivalitas Selama Delapan Tahun


Judul buku : Practice Makes Perfect
Penulis : Julie James
Genre : Contemporary Romance
Alih bahasa : Layna Ariesianti
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2012
Tebal buku : 395 halaman
ISBN : 978-602-00-2109-6




BLURB

Setelah delapan tahun berkompetisi, yang melelahkan sekaligus menyenangkan, baik Payton maupun J.D. tinggal menunggu pengangkatan sebagai partner di firma hukum bergengsi di Chicago. Dengan mengesampingkan ego masing-masing, mereka bekerja sama melobi satu klien penting bagi firma. Sayangnya, bos mereka kemudian berubah, hanya satu dari mereka yang akan diangkat menjadi partner!

Payton Kendall seorang feminis sejati sedangkan J.D., keturunan keluarga kaya yang memiliki banyak hak-hak istimewa. Sebuah novel kontemporer menawan dari Julie James, dengan karakter yang arogan dan ambisius tapi menawan, dan perdebatan menarik memaparkan ketidaknyamanan dan kelemahan masing-masing pribadi.



RESENSI

Payton Kendall telah mengabdikan dirinya bekerja di firma hukum Ripley & Davis selama delapan tahun. Selama itu ia tak pernah kalah di persidangan. Namun, demikian juga J.D. Jameson, rival abadi Payton.
Selama delapan tahun mereka terus bersaing memberikan yang terbaik untuk firma. Perseteruan penuh sarkasme saling mereka lontarkan secara sembunyi-sembunyi, karena jika di hadapan partner senior, rekanan dan karyawan firma, mereka bersikap pura-pura manis satu sama lain.
Untuk mendapatkan tiket menjadi partner di firma, mereka terpaksa bekerja sama melobi klien kelas kakap. Sayangnya persaingan mereka makin meruncing saat firma menyatakan hanya akan mengangkat satu partner saja dan akan memilih seseorang di antara mereka berdua. Salah satu harus kalah dan keluar dari firma.
Saat terungkap bahwa mereka sebenarnya saling tertarik satu sama lain, bagaimana mereka akan menyikapi masalah pengangkatan partner ini? Sanggupkah salah satu dari mereka dikalahkan dan menerima kekalahan? Apakah mereka masih bisa bersama tanpa merasa kecewa?

-----

Gaya bertutur Julie James dalam Practice Makes Perfect begitu mudah dinikmati. Terutama karena novel ini menceritakan bidang keahliannya, dunia pengacara. Saya dibuat tegang dengan naik turunnya hubungan Payton dan J.D.., juga sangat menikmati jatuh bangun dan perjalanan karier mereka.

Sudut pandangnya menggunakan sudut pandang orang ketiga dari sisi Payton dan J.D. sehingga sangat terasa pergumulan batin mereka.

J.D. digambarkan sebagai pria sempurna. Lulusan fakultas hukum universitas Harvard (wow), pengacara handal, tegap, rapi dan jago olahraga. Yayaya~. Sosok yang dengannya kamu nggak akan mau bersaing. Tapi Payton menjadi lawan yang sepadan. Sebagai wanita yang membenci diskriminasi gender bisa dibilang ia benci setiap kali J.D. bisa lebih akrab dengan bosnya karena 'pemahaman sesama pria' di antara mereka.

Dialog dalam Practice Makes Perfect benar-benar segar dan terkadang menggelikan. Ada juga yang menyentuh. Yang jelas Julie James benar-benar tahu kapan menempatkan dialog yang pas. Interaksi di antara J.D. dan Payton juga menarik walau kadang kekanakan. Saya merasa ingin melihat langsung mereka berdebat dan saling melemparkan sindiran :)

Saya terus menebak-nebak bagaimana Julie James akan mengakhiri kisah ini dengan win-win solution, tapi kejutan di bagian akhir benar-benar membuat saya terhenyak. Terutama bagian kesalahan fatal yang dilakukan J.D.. Twist novel ini sungguh di luar dugaan dan membuat saya jatuh cinta.

Untuk penerjemahan, masih ada bagian yang kurang pas dan typo-nya ampuuuuun banyaknya! Sangat disayangkan bila menilik jalan cerita yang mengalir, jadi sedikit kurang nyaman dibaca.

* …sendiri. --> …sendiri." (hal. 29)
* mengijinkan --> mengizinkan (hal. 46)
* kami --> mereka (hal. 61)
* gelassnya --> gelasnya (hal. 67)
* sekarangr? --> sekarang? ( hal. 76)
* Karena lelah dan hanyut dalam pikirannya Payton tidak menyadari… --> Karena lelah dan hanyut dalam pikirannya, Payton tidak menyadari… ( hal. 80)
* mengunjnungi --> mengunjungi (hal. 93)
* ten-ang --> te-nang ( hal. 96)
* mat-anya --> ma-tanya (hal. 97)
* ben --> Ben (hal. 99)
* Payten --> Payton (hal. 100)
* kag-etnya --> ka-getnya (hal. 104)
* meny-endiri --> me-nyendiri (hal. 104)
* men-enangkan --> mene-nangkan (hal. 105)
* ruan-gan --> ruang-an (hal. 105)
* dan dia matanya memicing, --> dan matanya memicing, (hal. 123)
* bertuju --> bertujuh (hal. 123)
* santi --> santai (hal. 129)
* menmuaskan --> memuaskan (hal. 133)
* apapun --> apa pun (hal. 133 dan beberapa halaman lain)
* Tak akan ada yang akan melihat --> Tak ada yang akan melihat (hal. 133)
* iut --> itu (hal. 152)
* pen-gadilan --> peng-adilan (hal. 156)
* payton --> Payton (hal. 162)
* siapapun --> siapa pun (hal. 181)
* sekedar --> sekadar (hal. 181)
* deposisi 30(6)(6) --> deposisi 30(b)(6) (hal. 183)
…Tuntut saja kalau mau) --> …Tuntut saja kalau mau). (hal. 223)
* karir --> karier (hal. 236)
* Brekafast --> Breakfast (hal. 238)
* dan yang apa tepatnya --> dan apa tepatnya (hal. 247)
* tidak mengetahu --> tidak mengetahui (hal. 276)
* Apa kau takutkan akan terjadi --> Apa yang kau takutkan akan terjadi (hal. 280)
* puplen --> pulpen (hal. 287)
* substantsial --> substansial (hal. 288)
* jamannya --> zamannya (hal. 288)
* Kalyan --> Kalian (hal. 298)
* siapapun --> siapa pun (hal. 355)
* alu --> lalu (hal. 365)
* Seberapapun --> Seberapa pun (hal. 368)
* …karena aku bajingan" --> …karena aku bajingan." (hal. 368)
* Setibanya di kantor Ben Payton mendapati… --> Setibanya di kantor Ben, Payton mendapati… (hal. 374)
* akan akan --> akan (hal. 379)
* I tengah-tengah --> Di tengah-tengah (hal. 388)

Saya beri 4 bintang untuk Practice Makes Perfect.


TEBAR-TEBAR QUOTE

"Berkarier ataupun tidak, wanita usia tiga puluhan yang masih lajang tidak boleh menelantarkan kehidupan pribadinya untuk selamanya." (hal. 86)

Lagipula, hanya wanita bodoh yang tidak menyukai seseorang pria hanya karena pria itu menyukainya. (hal. 131)

"Aku akan melakukannya untukmu dalam sedetakan jantung." (hal. 203)

"Menurutku kebencian yang mendalam bisa jadi halangan dalam mengejarnya." (hal. 234)

"Nah kan, kau hanya tidak memahami wanita seperti aku memahami mereka, J.D. Mereka menginginkan semuanya: karir, martini apel, kebebasan finansial, sepatu yang menawan; tapi di waktu yang bersamaan--dan ini tidak akan pernah mereka akui--mereka tertarik pada pria patrialis yang dominan dan memegang kendali. Itulah inti dari Darcy-complex. Darcy mungkin memang bajingan, tapi dia bajingan yang pada akhirnya mendapatkan si wanita." (hal. 236)

"Bagus… sekarang panggillah aku 'bedebah' dan beri aku tatapan seolah kau ingin melempar sesuatu padaku… itu bagian favoritku." (hal. 269)

"Aku juga kemari untuk mengatakan, berlawanan dengan keyakinanmu, aku tak butuh dikejar." (hal. 359)

Kamis, 25 Juni 2015

[Resensi: Love at School by Guntur Alam dkk] Merasakan Cinta di Sekolah


Judul buku : Love at School
Kategori : Kumpulan Cerita Pendek
Penulis : Guntur Alam, Anggun Prameswari, Faisal Odang, dkk
Editor : Pradita Seti Rahayu
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 28 Januari 2015
Tebal buku : 181 halaman
ISBN : 978-602-02-5692-4




BLURB

"Ia selalu ada … rasakan kehadirannya."

Pernahkah kamu bertanya, mengapa senyuman yang selalu dia perlihatkan ketika melintasi kelasmu setiap pagi membuat jantungmu memompa darah lebih cepat?

Pernahkah kamu bertanya, mengapa obrolan tak serius di perpustakaan dengan dia bisa menjadi pemicu mimpi indahmu di malam hari?

Atau, mengapa cemburu yang muncul setelah melihat dia berjalan ke kantin dengan yang lain membuat harimu terasa berantakan di sekolah?

Jangan menduga-duga jawaban. Mungkin itu cinta.

Sama seperti enam belas kisah yang ditulis oleh Guntur Alam, Anggun Prameswari, Faisal Oddang, Pretty Angelia, Ria Destriana, Fakhrisina Amalia Rovieq, Afgian Muntaha, Pipit Indah Mentari, Mel Puspita, Fitriyah, Karina Indah Pertiwi, Afin Yulia, Ruth Ismayati Munthe, juga Dilbar Dilara.

Mereka merasakan kehadirannya. Tak pernah absen.

Cinta itu selalu ada … di sekolah.



RESENSI

Love at School merupakan kumpulan cerita remaja tentang kisah-kisah cinta berlatar sekolah. Cerpen-cerpen ini merupakan hasil dari event yang digagas Guntur Alam melalui akun twitter-nya.

Ada 16 judul cerita pendek yang manis-asam-pahit di dalam buku Love at School ini, yaitu:

* Katanya sih Ini Cinta karya Dilbar Dilara
* Cinta Sulit si Jangkung karya Afin Yulia
* Waktu Hujan Reda karya Ria Destriana
* Puzzle karya Fakhrisina Amalia Rovieq
* Jam Tangan untuk Nanda karya Agfian Muntaha
* Unnamed Love karya Pipit Indah Mentari
* Detention karya Mel Puspita
* Jangan Pernah Salahkan Waktu karya Fitriyah
* Love Code karya Karina Indah Pertiwi
* Hanya dengan Foto karya Pretty Angelia
* Library We Meet karya Ruth Ismayati Munthe
* Dongeng Bunga Matahari karya Anggun Prameswari
* Pangeran Cinta di Bus Kota karya Guntur Alam
* Warna Keberuntungan Maura karya Guntur Alam
* Cerita Tentang Hujan karya Guntur Alam
* Surat Malala karya Faisal Oddang

Dari ke-enambelas cerita pendek tersebut ada beberapa yang menarik perhatian saya.
Salah satunya adalah Waktu Hujan Reda. Cerita dari Ria Destriana ini mengalir dengan lincah, dialognya luwes dan hidup. Kisahnya memang bisa ditebak tapi tokoh cowoknya, Rendy, bikin gemes. :)

Jam Tangan untuk Nanda membuat saya teringat masa SMP. Problem Nanda sama seperti saya, nggak bisa pakai jam tangan keren karena terlalu kurus. Bedanya Nanda ingin pakai G-Shock, kalau saya ingin pakai Baby-G yang merupakan versi feminin dari jam tangan tersebut. Kalau saya dulu nekat nambahin lubang pada jam tangan, Nanda memilih untuk meningkatkan berat badan. Hasilnya Nanda jadi cowok 'kayu jati' yang tegap dan keren. Tapi bukan itu saja yang membuat saya senyum-senyum baca karya dari Agfian Muntaha ini, tapi juga kejutan yang ada di akhir ceritanya yang bikin ngakak :D

Cerpen Love Code juga menarik diikuti. Saya ikut menebak-nebak siapa pengirim surat cinta yang unik itu. Unik karena si pengirim menulis surat cinta yang hanya berisi kode deretan huruf dan angka. Karya Karina Indah Pertiwi ini menurut saya enak dibaca karena mengalir dengan rapi.

Satu lagi cerpen yang bikin baper, Hanya dengan Foto karya Pretty Angelia. Jadi pengen naik ke Pangrango lagi, sambil bawa kamera. Suka dengan cerpen ini karena tema fotografi dan twist-nya. Maniiisss banget, deh, ceritanya ^^

Dongeng Bunga Matahari adalah favorit saya! Bukan hanya karena saya dulu juga pernah berpikir bahwa saya hanyalah bunga matahari, tapi cerita dari Anggun Prameswari ini bikin nyesek. Mengharu-biru apalagi puisinya. Saya sempat merasakan setitik asa untuk Bunga sebelum ia tertampar kenyataan :'(

Ada tiga cerpen dari Guntur Alam yang menarik semua. Tapi yang paling saya sukai adalah Warna Keberuntungan Maura. Saya nyengir baca ending-nya. Nggak tertebak dan bikin penasaran.

Surat Malala merupakan cerpen penutup dari Faisal Oddang. Cerpen yang legit dengan alur yang menarik.
Well, bisa saya katakan ini merupakan hal yang saya sukai dari susunan kumcer Love at School. Saya suka menyimpan bagian terbaik di akhir. Urusan makanan, bacaan atau apa pun selalu yang paling enak atau paling baik saya sisakan untuk dinikmati terakhir. Makanya saya suka, karena lima cerpen terakhir adalah cerpen terbaik menurut saya. Rasanya jadi lupa pada beberapa cerpen yang membuat saya mengerutkan dahi. Entah karena gaya penulisannya yang masih kaku, narasi tokoh cowok yang 'bersuara' cewek, ataupun eksekusi yang kurang mengena.

Saya rekomendasikan Love at School bagi pembaca remaja yang sedang mabuk cinta juga pembaca dewasa yang ingin bernostalgia dengan cinta semasa sekolah. Pesan saya hanyalah: awas baper. Haha…
Saya beri 4 bintang untuk Love at School.


TEBAR-TEBAR KUTIPAN

"Put, itu cowok paling ganteng satu sekolah!" Lili menunjuk ke arah podium. (Katanya sih Ini Cinta - hal. 1)

Banyak orang berpikir jadi jangkung itu menyenangkan. Sampai-sampai terobsesi untuk menambah tinggi badan. Tetapi, yang terjadi denganku justru kebalikannya. Aku tidak ingin tumbuh tinggi. Sebab tinggiku yang lebih dari 170 cm ini membuatku kesulitan mendapat pacar. Sudah lima kali cowok yang kutaksir menolakku dengan alasan yang sama -- aku ketinggian. (Cinta Sulit Si Jangkung - hal. 10)

"Bosannn…!" teriak Rendy dari balik jendela. Suaranya yang besar menggema mengalahkan deras air hujan yang turun. (Waktu Hujan Reda - hal. 23)

Sylvana bilang, cinta itu kayak potongan-potongan puzzle, nggak bisa menyatu kalau nggak ketemu kepingan yang pas. Tapi aku nggak setuju. (Puzzle - hal. 36)

Ada pepatah lama yang tidak kuketahui siapa pencetusnya yang berbunyi, "Setiap langkah besar selalu dimulai dari satu langkah kecil." Dan aku sangat setuju dengan hal itu. Aku memang mengalaminya sendiri. Sebuah langkah besarku dimulai dari satu langkah yang benar-benar kecil. Bahkan, alasanku mengambil langkah kecilku pun juga adalah hal kecil juga, yaitu jam tangan. (Jam Tangan untuk Nanda - hal. 47)

"Perlukah rasa cinta diberi nama?" tanyanya pada suatu sore. (Unnamed Love - hal. 63)

Keringat kini menetes sebulir-sebulir dari leherku. Aku yakin sekali kalau nyaris seluruh cairan di tubuhku sudah menguap di udara panas yang diam. Aku sudah tak tahan. Kurundukkan kepalaku perlahan agar tak ketahuan Mr. Poltak yang sedang menerangkan puisi dan sajak di depan kelas. Matanya yang minus tujuh kukira tak akan membuatku repot mencuri-curi kesempatan menyesap es soda yang kusimpan di laci mejaku. (Detention - hal. 71)

Sebagian orang berkata bahwa pertemuan pertama itu selalu menyenangkan dan menakjubkan, tapi tidak ada yang istimewa dengannya. Ia datang terlambat ke kelas, memakai jaket dan rambut gondrongnya ia tutupi dengan topi lalu duduk di paling belakang, dan di antara bisingnya obrolan kelas kami, kulihat ia sibuk dengan spidol dan menggoreskan sesuatu dengan serius di binder miliknya. Sebentar, kenapa aku begitu memperhatikannya? (Jangan Pernah Salahkan Waktu - hal. 83)

Cinta. Sesuatu yang selalu didambakan tetapi sulit diungkapkan. Sesuatu yang selalu dinanti tetapi sulit dipahami. Begitulah cinta. Ketika kalimat "I love you" tak bisa diungkapkan dengan tutur kata, ketika rasa ingin memiliki terpendam dalam hati, hanya angan dan harap yang tersisa. Menyatakan cinta secara langsung memang tidak mudah. Lalu bagaimana dengan menyatakan cinta secara tidak langsung? Tentu menjadi mudah berkat adanya Mading alias Majalah Dinding. (Love Code - hal. 94)

Aku tak begitu mengerti mengapa aku sangat tertarik dengan kamera. Yang jelas kamera sudah menjadi nyawa keduaku saat ini. Maka dari itu aku sangat menyukai fotografi. Dan yang kutunggu-tunggu tentunya adalah kompetisi fotografi yang seperti ini. (Hanya dengan Foto - hal. 106)

Februari 2013
"Bruk! Bruk!"
Lagi-lagi aku menjatuhkan buku-buku yang ada di rak perpustakaan sekolah ini. Kenapa sih, aku ceroboh banget? Padahal aku sudah lama pakai kacamata, supaya mataku yang minus ini tidak terus-terusan mengacaukan segala hal yang aku lakukan. Tapi sepertinya mengacaukan memang sudah jadi kebiasaanku. Bahkan, orang-orang yang ada di perpustakaan ini saja sepertinya juga sudah terbiasa dengan tingkah lakuku ini. Seperti dia, yang kali ini juga membantuku membereskan buku-buku yang kujatuhkan. (Library We Meet - hal. 117)

Hei kamu, ya kamu yang ada di situ,
Ada kisah yang mungkin kau belum tahu,
Tentang bunga matahari, sedikit pilu, tentu
Dengarkan, aku akan berkisah kepadamu
(Dongeng Bunga Matahari - hal. 127)

"Wit, tar pulang sekolah gue ikut lu berdua naik bus lagi ya?" ucap Cinta sembari mengaduk es jeruk yang ada di depannya. Wita terbelalak, buru-buru ia menoleh kepada Iren yang duduk di sebelahnya. Iren mengangkat sedikit bahunya, bingung. (Pangeran Cinta di Bus Kota - hal. 137)

Maura tercekat. Ia menahan napas dalam beberapa detik. Bola matanya membulat, ia benar-benar tak memercayai apa yang ia lihat barusan. Berulang kali ia membaca tulisan di halaman majalah kesayangannya itu. Tak berubah! Di sana tertera nama lengkap dan alamat rumahnya. Ia terpilih sebagai salah satu pemenang tiket nonton konser Super Junior di Jakarta. (Warna Keberuntungan Maura - hal. 147)

Hujan bulan November turun, Wi. Masih seperti tahun-tahun yang lalu. Disertai angin dan tetes air yang besar-besar. Dan kamu tahu? Sekarang tanggal 20 November. Hari ulang tahun kita. Ritualku masih seperti dulu, membuka- buka album kenangan yang menyimpan cerita tentang kita berdua. (Cerita Tentang Hujan - hal. 155)

Kepada Isuri…

Isuri bergeming. Ini sudah tiga hari dalam seminggu ia mendapati di mading sekolah ada puisi yang ditujukan buatnya. Pengirimnya sama, Malala. Hary Malala. Kembali, Isuri menatap dengan rasa haru yang bergolak di dadanya. Ia memperhatikan puisi itu. Perlahan membaca bagian yang baginya sangat jleb, di hati. (Surat Malala - hal. 165)

Note: cuplikan merupakan paragraf awal pembuka cerpen.

Minggu, 21 Juni 2015

[Resensi: Ojou! by Andry Setiawan] Cinta Putri Seorang Gangster


Judul buku : Ojou!
Penulis : Andry Setiawan
Penyunting : NyiBlo
Desain cover : Dedy Andrianto
Penerbit : Penerbit Haru
Tahun terbit : Februari 2013
Tebal buku : 253 halaman
ISBN : 978-602-7742-11-6




BLURB

"Aku benci dengan orang-orang seperti mereka."

Higuchi Lydia tertegun begitu mendengar kata-kata dingin yang keluar dari mulut Kim Jeong, mahasiswa kedokteran sekaligus partner Hi5-nya. Awalnya, Lydia berniat untuk hidup normal di Korea. Tetapi, kenyataan seperti tidak mengizinkannya. Setiap hari, ia diuntit sesosok pria berjas putih dan dipaksa melakukan hal-hal yang tidak disukainya.

Lydia berusaha melupakan fakta bahwa ia adalah bagian dari sebuah keluarga yang tidak akan bisa dibayangkan oleh siapapun--tak terkecuali Jeong.

Terutama Jeong.

Saat akhirnya Jeong tahu kebenarannya dan menjauhi Lydia, hati gadis itu pun berontak.

Tetapi rasa suka itu bukan buih kan?



RESENSI

Higuchi Lydia merupakan gadis blasteran Indonesia-Jepang yang menjadi mahasiswi di Kwanghan University atau yang lebih dikenal dengan nama Kwangdae. Untuk membantunya beradaptasi terhadap lingkungan dan mempelajari bahasa dan budaya Korea, ia mendapat seotang partner bernama Kim Jeong.
Lydia yang easy going senang menggoda Jeong yang serius. Hubungan mereka berjalan baik-baik saja. Suatu malam sepulang dari restoran, mereka melihat anak-anak berandalan yang mengganggu orang-orang sekitar. Saat itu Jeong terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada kekerasan.
Lydia menjadi gelisah dan berusaha menyembunyikan identitas dirinya. Tapi ketika Lydia secara sembunyi-sembunyi menemui Takeshi, pria suruhan ayahnya yang selalu menguntitnya, Jeong tak sengaja mendengar percakapan mereka. Akhirnya Jeong mengetahui fakta bahwa Lydia adalah anak seorang gangster!
Sejak itu Jeong berusaha menghindari Lydia. Tentu saja hal itu membuat Lydia kesal, apalagi Michelle --sahabat Lydia-- ikut-ikutan menjauhi Lydia tanpa Lydia ketahui sebabnya.
Apakah Jeong akan tetap menjauhi Lydia meski gadis itu mengalami kesusahan? Ataukah Lydia akan berpaling pada Shin yang tak pernah segan membantunya? Apa alasan Jeong hingga begitu membenci gangster dan kekerasan?

------

Ojou! adalah novel young adult yang masuk dalam serial 'Hi! Kwangdae' dari Penerbit Haru. Temanya cukup menarik bagi saya, hampir mirip tema beberapa manga yang pernah saya baca. Tentang anak perempuan seorang ketua gangster yang sebal akan statusnya dan berusaha hidup senormal mungkin.

Plot Ojou! cukup rapi, mengalir maju dengan runtut. Penguasaan budaya Jepang dan Korea penulis membuat novel ini kental akan cita rasa Jepang dan Korea. Beberapa bahasa Jepang dan Korea yang umum digunakan muncul di dalam novel ini, lengkap dengan keterangan artinya. Hanya saja untuk tokoh dan setting, masih terasa kurang terdeskripsi.
Dengan POV orang ketiga, pembaca bisa memahami pemikiran setiap tokoh cerita.

Karakter dalam Ojou! sangat beragam. Terlihat perbedaannya dalam tingkah laku dan ucapan. Ada Lydia yang ceria dan easy going, Michelle yang pendiam, Jeong yang serius, Shin yang teguh dan kurang peka, juga Takeshi yang setia.
Masih ditambah lagi beberapa mahasiswa Kwangdae lain yang kehadirannya lucu dan menyegarkan.

Gaya penulisan Ojou! saya rasa masih sedikit kaku. Beberapa dialog terasa "nggak bernyawa" dan seolah hanya untuk memperpanjang bab. Saya juga agak terganggu dengan kata 'itu' yang sangat banyak bertebaran dalam novel ini.
Misalnya dalam salah satu paragraf di halaman 21 terdapat kata: 'bibi itu', 'restoran itu', 'saat itu', 'wanita itu', dan 'karena itu'.
Dan masih banyaaaaak lagi :(

Juga masih adanya inkonsistensi penggunaan kata ganti orang ketiga. Penggunaan 'ia' dan 'dia' masih bercampur bahkan dalam satu paragraf.

Covernya… imuuuuut! Selalu suka dengan desain sampul dari Penerbit Haru. Cantik sekaligus unyu. Judul Ojou! di dalam balon kata pasti maksudnya adalah teriakan dari Takeshi :D
Oh ya, omong-omong Ojou adalah bahasa Jepang untuk Nona. Takeshi selalu menggunakannya untuk memanggil Lydia :)

Beberapa typo dalam Ojou! :

* diuntit --> dikuntit (blurb)
* siapapun --> siapa pun (blurb)
* …buih kan? --> …buih, kan? (blurb)
* Lyda --> Lydia (hal. 8)
* bertatapan langsung Shin. --> bertatapan langsung dengan Shin. (hal. 91)
* Kenyataannya --> kenyataannya (hal. 130)
* …suaranya selalu keras --> …suaranya selalu keras. (hal. 170)
* untuk untuk --> untuk (hal. 199)
* terteriak --> berteriak (hal. 221)

Saya rekomendasikan Ojou! untuk pembaca penyuka novel yang kental budaya Jepang dan Korea karena novel ini cukup ringan dan menghibur. Juga karena twist yang mengejutkan di dalamnya yang membuat saya terkesan. Saya beri 2,5 bintang untuk Ojou!


TEBAR-TEBAR QUOTE

Apa rasa suka itu bisa mengubah seseorang? Apa rasa suka bisa mengubah seorang gadis menjadi seorang prajurit yang rela berkorban? (hal. 100)

"Dan memangnya lari dari masalah bisa menyelesaikan masalah?" (hal. 106)

Rabu, 17 Juni 2015

[Resensi: A Beautiful Mess by Rosi L. Simamora] Kekacauan Berwujud Perempuan Cantik


Judul buku : A Beautiful Mess
Penulis : Rosi L. Simamora
Editor : Harriska Adiati
Desain sampul : Sylvia Ko
Ilustrasi isi : Oky Andrianto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku : 336 halaman
Tahun terbit : Februari 2015
ISBN : 978-602-03-1387-0




BLURB

Sebuah rahasia kelam memaksa Freya, gadis manja dan "high maintenance", meminta bantuan ayahnya, lalu dengan terpaksa menerima nasib menyingkir ke pulau terpencil.
Di sana ia harus bekerja, sesuatu yang tidak pernah dilakukan Freya seumur hidupnya. Dan siapa lagi yang mengawasi Freya kalau bukan Lian, pria tampan yang sepertinya membenci Freya sejak awal?
Namun Lian juga menyimpan rahasia. Dan diam-diam, ia menyadari sesuatu telah tumbuh. Cintakah? Tidak. Tidak. Jangan cinta!
Dan benarkah Freya telah berhasil meninggalkan masa lalunya? Ataukah… hantu masa lalu yang kelam namun teramat memikat itu akhirnya mengejar Freya hingga ke ujung dunia, dan ia selamanya takkan pernah lepas darinya? Takluk kembali pada satu-satunya laki-laki yang membuatnya begitu hidup, dan sekaligus mati?

Kisah ini bercerita tentang cinta. Dan nafsu. Tentang jatuh. Dan bangkit. Tentang luka dan rasa takut. Dan bagaimana menaklukkannya.


RESENSI

Freyanka Alyra terperangkap di pulau terpencil di bagian paling timur Indonesia. Ia dikirim ke pulau itu oleh ayahnya untuk bekerja keras mengganti tiap peser uang yang dikeluarkan ayahnya untuk melunasi 'utang' Freya.
Freya ternyata sebelumnya terlibat cinta terlarang dengan Mahara Andhyka, seorang pengusaha berlian yang telah memiliki istri. Freya tidak puas hanya dijadikan wanita bayang-bayang yang bebas ditindihi tapi tidak bebas dicintai. Maka ia kabur membawa seluruh uang rekening Mahar. Kali ini merasa takut kembali ditemukan Mahar, Freya minta ayahnya menyembunyikannya.
Maka berakhirlah Freya di pulau terpencil itu bersama dewa seks ganteng bernama Pablo Neruda Parulian Purba. Sayangnya sex appeal Freya tidak mempan digunakan untuk merayu sang dewa seks. Justru malah Patar, sepupunya yang lain, yang memburu dan mengejar-ngejar Freya. Lian mungkin satu-satunya pria yang dingin terhadap Freya.
Tapi kadang apa yang tampak di permukaan tidak sama dengan apa yang terpendam di dalam. Lian punya rahasia. Rahasia yang berkaitan dengan Freya. Rahasia tentang cinta dan kebencian yang terpendam.
Mampukah Freya memenuhi tuntutan ayahnya untuk mengurusi bisnis patung, yang ternyata bukan bisnis remeh? Apakah sang putri manja bisa berubah? Dan sanggupkah Freya lepas dari Mahar?

-----

Saat membuka halaman-halaman awal novel A Beautiful Mess, saya merasa jatuh cinta pada ceritanya. Tema gadis high maintenance yang seumur hidupnya cuma kenal foya-foya harus bekerja keras di bawah pengawasan pria ganteng yang super dingin.
Yang saya suka adalah pilihan setting-nya, biasanya untuk kabur dari luka cinta, setting yang dipilih adalah kota di luar negeri. Tapi dalam novel ini justru dipilih kota pelosok di dalam negeri sendiri. Sayangnya, setting tersebut masih kurang tereksplor dan terdeskripsi.

Alurnya maju mundur dan POV menggunakan orang ketiga serba tahu. Pembaca bisa tahu persis perasaan dan pemikiran tiap tokoh dengan jelas. Bahkan khusus untuk Freya, ia memiliki suara-suara di kepalanya, yaitu suara libido dan suara ego. Beberapa kali suara-suara itu terasa lucu, tapi porsinya yang semakin banyak jadi terasa berlebihan dan mengganggu.

Biasanya saya sebal sama karakter tokoh yang shallow, tapi sulit rasanya membenci Freya. Meskipun ia nggak pernah kerja keras, serampangan, blakblakan, manja dan egois tapi latar pembentuk karakternya membuat saya mengelus dada. Poor girl.
Sebenarnya karakter Lian berpotensi jadi favorit saya di awal. Pria dingin-judes-sinis tapi cakep selangit itu berpotensi bikin saya klepek-klepek. Tapi karena chemistry-nya dengan Freya kurang maksimal akhirnya saya malah sebal.
Romance di antara mereka dikit banget, dialog mereka berdua pun terasa kaku. Hiks.
Justru malah kesan cinta Freya kepada Mahar lebih kuat. Adegan ranjangnya pun adegan ranjang Freya dan Mahar. Walau Lian digambarkan pria lurus suci tapi saya kan ingin lihat satu dua sentuhan fisik antara Freya dan Lian, apalagi setelah penggambaran seks menggebu antara Freya dan Mahar.

Ada cukup banyak informasi tentang budaya kekerabatan Batak dalam novel ini. Gaya bicara ayah Freya pun kental logat Batak-nya. Memberi warna segar dengan latar budaya dan setting-nya yang nun jauh di pulau ujung timur Indonesia sana.
Saya juga menyukai pilihan diksi penulis dalam A Beautiful Mess, ada pengulangan kata untuk mempertegas tapi terkesan indah.

Desain sampulnya sederhana dan warnanya kalem, terfokus pada jepit kupu-kupu yang menjadi kunci dari cinta Lian.

Saya hanya menemukan sedikit typo dalam novel ini:

mata --> mana (hal. 33)
tirai putih tipis jendela --> tirai jendela putih tipis (hal. 71)
komporomi --> kompromi (hal. 127)
alas --> alias (hal. 233)

Saya merekomendasikan novel A Beautiful Mess untuk pembaca dewasa yang nggak keberatan terhadap kedangkalan tokoh wanitanya. Tapi secara keseluruhan ini novel roman yang menghanyutkan, kok. Saya beri 3 bintang untuk A Beautiful Mess.


TEBAR-TEBAR QUOTE

Dan kekecewaan, seperti hal-hal kelam dan gelap lainnya, selalu dapat menemukan celah dari mana ia bisa menyelinap keluar dan menunjukkan jati dirinya. Untuk kemudian menggerogoti. Merusak. Menghancurkan. Jika kita tidak berhati-hati dan segera membasminya, atau menyianginya dengan cinta yang sabar dan kuat. (hal. 127-128)

"I like my coffee how I like myself: dark, bitter, and too hot for you." (hal. 141)

"Your naked body should belong only to those who fall in love with your naked soul." (hal. 165)

Sebab tak ada pencoba yang lebih lihai daripada keinginan yang terbit dalam hati kita. (hal. 190)

"Jangan takut. Kebanyakan rasa takut dan khawatir itu cuma besar mulut. Begitu kita hadapi dan songsong, langsung mereka lari tunggang-langgang." (hal. 230)

"Emosi itu ibarat ombak, Nona Freya. Datang dan pergi. Tinggal kita yang bijak-bijak memilih, mau menunggangi yang mana." (hal. 277)

"Tidak ada pengkhianatan yang lebih buruk daripada pengkhianatan terhadap diri sendiri…" (hal. 319-320)

"Aku tidak ingin jadi api yang menjadikanmu abu, dan aku tidak ingin apimu menjadikanku abu." (hal. 320)

Rabu, 10 Juni 2015

[Resensi Jungkir Balik Dunia Mel by Indah Hanaco] Mengikuti Serunya Mel Terjungkir dan Terbalik


Judul buku : Jungkir Balik Dunia Mel
Penulis : Indah Hanaco
Penyunting : Dila Maretihaq Sari
Perancang sampul : Fahmi Ilmansyah
Pemeriksa aksara : Intan & Prita
Penata aksara : Gabriel
Ilustrasi isi : Itsna Hidayatun
Penerbit : Bentang Belia (Bentang Pustaka)
Tahun terbit : Januari 2012
Tebal buku : vi + 254 halaman
ISBN : 978-602-9397-05-5
Available at: bukupedia.com




BLURB

Hidup Mel hampir sempurna. Gimana enggak? Mel punya pacar dan sohib yang bener-bener asyik. Tico, pacar yang ganteng dan selalu ngertiin Mel. Fika, Nef, dan Yuri, tiga besties yang mengisi hari-hari Mel dengan penuh tawa.

Keadaan berubah dilema ketika Wing, mantan Mel, mendadak muncul lagi. Tico jadi tak sesempurna dulu di mata Mel. Eh tahunya, Wing juga sudah punya pacar baru.

Persahabatan Mel dengan tiga besties-nya pun sedang enggak akur. Yuri, si paling cantik bikin masalah di geng. Belum lagi, adik Mel, Shasy, yang juga nyebelin banget.

Gimana Mel menghadapi hari-hari di usia remajanya?
Mungkinkah Mel balikan lagi sama Wing?



RESENSI

Di usia 13 tahun Mel yang punya tiga sahabat dekat: Yuri, Nef dan Fika, pertama kalinya mengenal cinta. Merasakan jatuh cinta dan berpacaran dengan Wing, teman sekelasnya. Sayangnya cinta itu nggak berjalan mulus. Setelah enam bulan pacaran, Mel dan Wing putus karena Wing terlalu sibuk dengan les-lesnya dan nggak punya waktu buat Mel.
Memasuki SMA, Mel yang tetap satu sekolah -- bahkan satu kelas -- dengan ketiga besties-nya, berkenalan dengan gengnya Edgar. Mel sendiri berpacaran dengan Arland, salah satu teman Edgar. Sementara Edgar sedang mengincar Yuri. Malangnya, Mel melihat sendiri Arland selingkuh, mereka pun putus.
Bukan hanya hubungan percintaan Mel yang jatuh bangun, tapi persahabatan mereka berempat pun mengalami pasang surut. Ada saat di mana Mel iri pada Yuri, ada saat Nef tersinggung pada Yuri, ada pula saat Yuri mengalami kesedihan yang tragis.
Hingga akhirnya Mel bertemu Tico, mahasiswa keren yang perhatian banget dan dewasa. Tapi saat salah satu teman SMP Mel mengundang Mel ke acara ulang tahunnya, Mel kembali bertemu Wing. Meski mereka membawa pacar masing-masing, tapi getar-getar itu masih ada. Mel kembali merasakan sengatan listrik itu. Apa benar cinta mereka hanya cinta monyet? Apakah mereka bisa balikan sementara sama-sama telah memiliki kekasih?

-----

Jangan kaget saat membuka bab pertama Jungkir Balik Dunia Mel. Novel ini bukan novel biasa, karena bukan hanya dunia Mel saja yang jungkir balik tapi letak bab pertama dan selanjutnya juga sengaja diacak.
Bab pertama letaknya bukan di halaman satu tapi di halaman 24.
Sebenarnya penulis sudah memberi peringatan sebelumnya di dalam Ucapan Terima Kasih, agar pembaca jangan bingung membaca urutan babnya. Pembaca bisa baca dengan dua cara, sesuai urutan halaman atau urutan bab. Tapi saran saya, sih, lebih enak baca sesuai urutan bab, meski setelah selesai satu bab harus balik lagi ke daftar isi untuk melihat bab selanjutnya di halaman mana.
Konsep yang sangat unik meski sedikit merepotkan. Mungkin jika di akhir bab diberi informasi di mana letak bab selanjutnya, pembaca jadi lebih bisa menikmati tanpa gangguan.

Alurnya mengalir maju, plotnya juga lumayan rapi. Tiap bab menunjukkan babak baru kehidupan Mel. Meski sudut pandangnya orang ketiga tapi merupakan sudut pandang Mel, sebagai tokoh utama. Jadi hanya terfokus pada pemikiran dan perasaan Mel, ditambah lagi catatan harian Mel yang diselipkan di tiap bab, semakin menguatkan fokus sudut pandang.

Karakter dalam Jungkir Balik Dunia Mel cukup banyak. Tapi Indah Hanaco mampu membuat perbedaan antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Perbedaan karakter ini konsisten terwujud dalam dialog, tingkah laku dan pemikiran.
Dialognya menarik terutama karena selipan informasi yang dijelaskan dengan catatan kaki. Ada informasi tentang Skatole, Joseph Pujol hingga ikan coelacanth dan mesin antikythera.

Konflik cenderung flat, makanya cocok dibaca sekali duduk. (Walau saya butuh tiga hari menyelesaikan novel ini karena terserang demam cikungunya). Ringan tapi sarat makna. Karena novel ini bukan hanya berisi kisah cinta Mel, tapi juga arti persahabatan, persaudaraan dan hubungan dengan orang tua.

Hanya saja Mel sepertinya terlalu banyak menemui kebetulan. Mel beruntung banget karena bisa sekelas dengan ketiga sahabatnya. Padahal saya dulu mesti kepisah kelas sama sahabat-sahabat saya huhuuuu~
Mel juga beruntung sudah putus dari Arland sebelum Arland kena kasus. Coba kalau masih jadi pacar Arland, Mel bisa ikut terseret kasus tuh.

Ukuran dan jenis font-nya menarik. Enak dibaca. Apalagi saya sama sekali nggak menemukan typo. Ilustrasi di dalamnya unyu. Meski saya nggak begitu sreg dengan cover-nya. Kurang jungkir balik kayaknya. :D

Saya beri 4 bintang untuk Jungkir Balik Dunia Mel.


TEBAR-TEBAR QUOTE

Penampilan memang sering mengaburkan isi dari kemasannya. Padahal, isi jauh lebih penting. (hal. 53)

Cinta itu mirip jelangkung. Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Bisa pergi tanpa permisi dan hadir tanpa diundang. (hal. 75)

Rasa iri yang mengotori hati kadang membuat otak jadi beku dan lidah meloloskan kata-kata negatif yang menyakitkan. (hal. 89)

Mencintai bukan hanya tentang keinginan untuk memiliki. Mencintai juga tentang melepaskan dan membebaskan. (hal. 160)

Ke mana pun pandangan mencari, cinta tak akan datang bila saatnya belum tiba. Jadi, jangan menghindar jika hatimu telah mengatakan "ya". (hal. 177)

Mungkinkah sekadar mencintai saja tidak cukup untuk sebuah hubungan? (hal. 198)

Cinta memang tidak pernah salah. Meski sudah berusaha memalingkan wajah darimu, ternyata hatiku hanya mampu takluk padamu. (hal. 221)

"Terserah kalo orang bilang ini cinta monyet. Aku justru mau bilang, hati-hati sama cinta monyetmu." (hal. 236)

Jangan pernah meremehkan cinta monyet. Usia bukanlah tolok ukur untuk menilainya. Orang yang tepat, hati yang menemukan tempat bersandarnya, dan kesediaan untuk saling memahami, bisa mengubahnya menjadi "cinta naga". (hal. 237)

Sabtu, 06 Juni 2015

[Resensi Unfriend You by Dyah Rinni] Persahabatan Berujung Perundungan


Judul buku : Unfriend You: Masihkah Kau Temanku?
Penulis : Dyah Rinni
Editor : Nico Rosady
Desain sampul : Levina Lesmana
Penerbit : Gagas Media
Tahun terbit : 2013
Tebal buku : viii + 278 halaman
ISBN : 979-780-648-0




BLURB

Aku adalah noda untuk
dosa yang tak kulakukan.
Aku mencoba bertahan,
berusaha mengerti;
mungkin ada bagian dari dirimu
yang tak bisa kuraih.
Namun, yang tak kunjung kupahami,
mengapa ada persahabatan
yang menyakiti?


RESENSI

Katrissa Satin memulai awal tahun keduanya di Eglantine High School, atau yang biasa disingkat jadi Egan sebagai angsa. Dia yang tahun lalu termasuk kumpulan itik, sejak tiga bulan lalu 'naik derajat' dengan masuk dalam clique-nya Aura Amanda. Aura sendiri yang menawarkan persahabatan setelah Katrissa membantu Aura membuatkan ornamen gantung untuk stan Aura.
Mati-matian Katrissa berusaha memantaskan diri agar terlihat sepadan dengan Aura dan Milani Atmaja. Ia yang lebih suka buku dan art paper mesti menahan diri dan berusaha lebih menikmati gaya hidup high class clique mereka.
Lalu hari itu tiba, muncul seorang anak baru, Priska Steffanie Shanatavia yang mencuri perhatian. Karena selain cantik, Priska punya sifat friendly dan mudah berbaur. Katrissa shock karena Priska sangat mirip dengan Winda, sahabatnya di sekolah yang dulu yang telah mengkhianatinya. Tak lama Priska pun menjadi bagian dalam clique mereka.
Namun muncul masalah, terang-terangan Priska menunjukkan ketertarikannya pada Jonas, pacar Aura. Tentu saja hal itu memicu kecemburuan dan kemarahan Aura. Tak cukup mengajak Priska melakukan tindakan kriminal, Aura menekan dan menggencet Priska, hingga gadis itu mencoba bunuh diri karena tidak tahan.
Katrissa ingin menolong Priska tapi ia lebih takut kehilangan teman. Maka ketika Langit Lazuardi, cowok geek yang selalu berusaha mendekatinya, mendesaknya agar membantu Priska, Katrissa mengalami dilema.
Bukan hanya itu, Jonas yang diam-diam disukai Katrissa juga tiba-tiba memberi perhatian lebih dan mengajaknya pulang bersama sepulang menengok Priska. Aura yang melihatnya kini mengalihkan sasaran penggencetan pada Katrissa. Katrissa melawan, tapi apakah ia sanggup menghadapi amukan Aura dan seisi sekolah? Siapa yang tetap akan berdiri di sisinya, Langit atau Jonas?

----

Unfriend You merupakan novel remaja yang mengangkat tema serius: bullying. Cukup berat dan menyesakkan membaca novel seperti ini, tapi Dyah Rinni membungkusnya dengan jalinan cerita yang menarik. Meski plot tidak terlalu soft dalam berpindah adegan, namun alurnya menghanyutkan.
Menggunakan sudut pandang orang ketiga, Unfriend You lebih berfokus pada perasaan dan pikiran Katrissa. Sementara pikiran dan perasaan tokoh lain tidak diungkapkan. Tapi karena Katrissa merupakan pelaku, penonton dan juga korban bullying, pembaca tetap akan merasakan kompleksitasnya.

Cukup suka dengan penokohan dalam novel ini. Meski nggak ada yang saya favoritkan. Katrissa adalah cewek yang tadinya cupu, dan meski telah bergabung bersama kelompok Aura, ia tetap menyukai dunia paper art. Keinginannya melawan dikalahkan ketakutannya membayangkan nggak punya teman.
Yang membuat saya tercengang adalah Aura, sebagai murid populer Aura cukup manis dan lumayan baik hati. Mirip remaja kebanyakan. Nggak asal bentak atau cari gara-gara. Hanya saja ia memang selalu ingin dituruti. Namun begitu berkaitan dengan Jonas, ia langsung kalap dan berubah sadis.
Sementara Langit Lazuardi langsung mencuri perhatian saya begitu namanya muncul di bab pertama. Namanya unyu. Langit digambarkan sebagai cowok geek yang oleh Aura dianggap nggak selevel dengan Katrissa. Saya sebenarnya berharap Langit nggak merubah penampilan sampai akhir kisah, tapi akhirnya ia mencoba mengganti kacamatanya dengan lensa kontak. Agak sedih jadinya.
Saya suka dengan background setiap tokoh yang menguatkan alasan karakter mereka. Sayangnya untuk Aura, alasan kenapa ia menjadi pelaku bullying baru ada di akhir, rasanya jadi semacam pembenaran bukan asal muasal.

Alurnya menggunakan alur campuran, karena terkadang ingatan Katrissa flashback ke masa lalu.
Saya selalu suka diksi Dyah Rinni sejak membaca Marginalia. Dan kali ini dalam Unfriend You, saya kembali jatuh cinta pada gaya bertutur Dyah. Manis namun tajam di kala lain.

Cover Unfriend You menarik banget. Paper art warna-warni yang cantik. Ilustrasi di dalamnya juga memikat.

Sayangnya masih banyak typo dalam novel ini:

sama sama --> sama (hal. 36)
menantang --> menantang. (hal. 38)
"iya!" --> "Iya!" (hal. 39)
tante Julia --> Tante Julia (hal. 40, 41, 47, 48 dan 49)
mulut ke yang telinga --> mulut ke telinga (hal. 40)
ikut ke datang lokasi --> ikut datang ke lokasi (hal. 41)
Katrissa tidak pernah menduga kalau pemotretan itu tetapi sangat-sangat-sangat menyenangkan. --> Katrissa tidak pernah menduga kalau pemotretan itu sangat-sangat-sangat menyenangkan. (hal. 45)
tadi tadi --> tadi (hal. 70)
dirinyaa --> dirinya (hal. 95)
salah sofa --> salah satu sofa (hal. 98)
…Aura --> …Aura. (hal. 135)
sudah sudah --> sudah (hal. 140)
…lo, Aura.' --> …lo, Aura." (hal. 141)
cerita --> ceria (hal. 167)
Berhenti sih ngomong --> Berhenti ngomong (hal. 180)
modern dan itu --> modern itu (hal. 194)
satu-satunya --> satu persatu (hal. 215)
Katrissa ia tidak ingin --> Katrissa tidak ingin (hal. 220)
…Katrissa dalam bahaya" --> …Katrissa dalam bahaya." (hal. 233)
langit --> Langit (hal. 256)
kaya --> kayak (hal. 258)
pacarnya --> pacarnya. (hal. 258)
berdaya --> berdaya. (hal. 264)

Selain itu ada inkonsistensi dalam penggunaan kata ganti orang ketiga. Ia dan dia digunakan masih dalam satu paragraf.
Juga ada pemenggalan kata yang kurang tepat semacam:
bagaim-ana --> bagai-mana (hal. 21)

Saya rekomendasikan Unfriend You bukan hanya untuk para remaja tapi juga para pembaca dewasa karena kita jadi bisa lebih memahami dan mengenali bullying.
Saya beri 4 bintang untuk Unfriend You.


TEBAR-TEBAR QUOTE

Seberapa pun keras kita jatuh, kita harus kembali lagi berdiri. (hal. 186)

"Mungkin elo memang matahari. Tapi elo cuma matahari kertas. Dan cakar gue bisa menyobeknya." (hal. 214)

"Di setiap diri kita ada matahari. Cuma tiap orang sibuk ngeliatin matahari yang lain." (hal. 255)

"Kata-kata bisa menyakitkan. Kata-kata bisa menghancurkan sahabat kita. Gosip, ejekan, panggilan nama jelek, pengucilan bisa mengirimkan sahabatmu ke palung derita yang paling dalam. Kita tidak pernah menyadarkannya. Dan saat sadar, kita telah kehilangan sahabat kita dan berteman dengan penyesalan." (hal. 265)

"Tetapi kata-kata juga bisa menyembuhkan. Kata-kata bisa menghentikan semua bullying ini. Pelukan bisa menguatkan dan senyum bisa membuat hidup semua orang menjadi lebih baik." (hal. 265)

Kamis, 04 Juni 2015

[Resensi Kumcer] Memahami Keperihan Hidup Melalui Kumcer Malam Sepasang Lampion


Judul buku : Malam Sepasang Lampion
Jenis buku : Kumpulan Cerpen
Penulis : Triyanto Triwikromo
Editor : Kenedi Nurhan
Ilustrasi cover dan isi : F Sigit Santoso
Desain sampul : Putut Wahyu Widodo
Penerbit : Buku Kompas
Tahun terbit : Mei 2004
Tebal buku : viii + 192 halaman
ISBN : 979-709-129-5




BLURB

Apakah kekerasan, pemerkosaan, dan tragedi orang-orang yang disingkirkan harus dilupakan?
Apakah pembantaian-pembantaian terhadap manusia dan kemanusiaan mesti dikubur dalam-dalam?
Tidak bagi cerpenis Triyanto Triwikromo.
Karena itu, menurut pendapat Afrizal Malna, kekerasan dan seks sangat mewarnai cerpennya.
Kerusakan-kerusakan sosial bukan lagi berita,
melainkan telah menjadi bagian dari fenomena kebusukan.
Tingginya tingkat perusakan yang terjadi membuat cerpen-cerpennya mirip tubuh penuh tato,
yang menggambarkan berbagai teks tentang kekerasan.
Cerpen menjadi medan tato yang memungkinkan risiko-risiko sosial yang perih ditorehkan.




RESENSI

Triyanto Triwikromo lahir di Salatiga, 15 September 1964, selain sebagai redaktur sastra Suara Merdeka, Semarang, beliau menulis cerpen di Kompas, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, dan Republika. Beliau juga merupakan dosen Penulisan Kreatif Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang, dan kerap mengikuti pertemuan teater dan sastra, antara lain menjadi pembicara dalam Pertemuan Teater-teater Indonesia di Yogyakarta (1988) dan Kongres Cerpen Indonesia di Lampung (2003). Juga mengikuti Pertemuan Sastrawan Indonesia di Padang (1997), Festival Sastra Internasional di Solo, Pesta Prosa Mutakhir di Jakarta (2003) dan Wordstorm 2005: Nothern Territory Festival di Darwin, Australia.

Malam Sepasang Lampion merupakan kumpulan beberapa cerpen Triyanto Triwikromo yang telah dimuat di berbagai media cetak selama kurun waktu 1991-2004.
Judul-judul cerpen dalam kumcer ini yaitu:

• Sepasang Anjing, Sepasang Cermin
• Megatruh Percumbuan
• Morgot
• Pengadilan Terakhir
• Ragaula
• Sarumpaes
• Lorong Kupu-kupu
• Anak-anak Mengasah Pisau
• Genjer
• Hujan Medusa
• Ikan Asing dari Weipa-Nappranum
• Keluarga Iblis
• Angin dari Ujung Angin
• Mata Bibir
• Malam Sepasang Lampion
• Seperti Gerimis yang Meruncing Merah
• Rahim Api

Ketujuh belas cerita pendek dalam kumcer ini mengandung cerita tentang kekejaman, kekerasan dan kebrutalan. Dalam hidup, dalam hubungan antar manusia, dalam seks. Iblis-iblis beragam rupa berkeliaran, menebar anyir.
Dengan bahasa sastra yang apik, lugas cenderung 'vulgar', penulis mengungkapkan kerusakan sosial yang menyedihkan.
Namun ada juga cerpen yang membuat tersenyum meski senyum miris. Seperti dalam Pengadilan Terakhir. Juga ada roman mengenaskan dalam Megatruh Percumbuan dan Mata Bibir.

Dalam Pengadilan Terakhir, Rosaria sebagai tertuduh harus menjalani pengadilan sementara ia tak punya salah apa-apa. Yang menjadi sorotan saya justru bukan uang yang ditawarkan Greda agar Rosa mengaku, tapi tingkah hakim yang bikin saya miris. :p

Saya suka roman 'tak tahu diri' di dalam Megatruh Percumbuan. Lelaki yang menganggap dirinya sebagai Hanoman dan 'mencumbui' Sinta.
Dan dalam Mata Bibir, saya tercenung pada keluh kesah perempuan api. Ungkapan cintanya terhadap Rahwa, hujatannya terhadap Ram yang ia tahu berselingkuh dengan Laks, juga keinginannya agar Jata tak perlu menyelamatkannya dan keberaniannya menghadapi api pembakaran.
Saya rasa Mata Bibir menjadi cerpen favorit saya.

Catatan kaki dalam Mata Bibir menyebutkan:

Semula cerita ini berjudul Cutdacraeh. Cut, perempuan asal Aceh yang kini tinggal di Jakarta itu, sangat berperan dalam pembentukan karakter Rahwa dan Ram. Kata dia, mereka berdua hanyalah sosok-sosok rapuh yang lahir dari dusta.


TEBAR-TEBAR CUPLIKAN

Saya tak pernah membayangkan Maiz sebagai seekor anjing yang senantiasa menjulur-julurkan lidah saat berahi mendera. (Sepasang Anjing, Sepasang Cermin - hal. 1)

Setelah senja lindap dan malam melabrak lampu-lampu merkuri, akhirnya aku toh tak bisa bergegas mencium keningmu. (Megatruh Percumbuan - hal. 13)

"Sudahlah saya lelah menjelaskan asal-usul saya," Morgot menengadah menatap kipas angin gantung yang berdesing-desing di ruangan itu. (Morgot - hal. 24)

Aneh! Saya seperti merasa dilahirkan kembali justru ketika mereka (maaf, saya tak perlu menyebut oknumnya) menyeret saya ke ruangan sempit berjeruji itu. (Pengadilan Terakhir - hal. 36)

"O, inikah wajah iblis! Inikah keindahan kepak sayap-sayapnya?" Ragaula hanya sempat mendesis-desis, ketika puluhan pria-wanita bercula menyeret tubuh licin penuh manik-manik itu di sepanjang jalan berkerikil, di tengah rel yang melintas di perkampungan kumuh itu. (Ragaula - hal. 43)

Pernah melihat kepala Sarumpaes membelah dan otaknya meratapkan derita hitam orang-orang yang dipenjara? Belum? Saya juga. (Sarumpaes - hal. 53)

Ratusan kupu-kupu kecil melintasi jalanan berpenduduk terpadat di dunia sore itu. (Lorong Kupu-kupu - hal. 62)

Manyar tak mengerti mengapa mata pisau itu tak bekerjap menatapmu. (Anak-anak Mengasah Pisau - hal. 71)

(Keterangan catatan kaki: Kutipan dari sajak Sapardi Djoko Damono bertajuk "Mata Pisau", diambil dari antologi Hujan Bulan Juni.)

Iblis, yang kau sangka tak memiliki sayap dan kerling mata ungu, selalu tak bisa menyemburkan gerimis pada malam yang perih, Ibu. (Genjer - hal. 82)

Akhirnya sempat juga kubaca e-mail perempuan yang selalu kubayangkan berambut ular itu. (Hujan Medusa - hal. 93)

Aku sedang belajar menjadi iblis, Susan!
Aku akan membakar wajahmu!
(Ikan Asing dari Weipa-Nappranum - hal. 103)

Tak akan kubiarkan ibu membabat leher Fadli. Sekalipun pemabuk jahanam itu hendak mengulum paksa bibirku yang ranum, tak boleh darah segar muncrat ke kamarku. (Keluarga Iblis - hal. 115)

"Sudahlah, Herma, kau tak perlu membayangkan lagi warna ayahmu saat dia menghilang dengan menunggang kuda ke tenggara kota. Yang kutahu, mengenakan topeng emas mirip penunggang kuda dari atas angin, sayap di kedua bahunya berkibar-kibar membelah malam. Aku pun tak bisa melihat wajahnya. Mungkin dia telah menjelma iblis. Punggungnya berkilat-kilat, menusuk-nusuk, memisau mata," kata Hilda, perempuan bergaun tidur hijau muda itu sambil membereskan meja belajar Helma yang dipenuhi lukisan-lukisan pria berkuda berwajah tanpa warna. (Angin dari Ujung Angin - hal. 126)

(Keterangan catatan kaki: "Penunggang Kuda dari Atas Angin" adalah judul patung karya pematung G Sidharta.)

Sungguh, Rahwa, di taman itu aku telah melihat sepuluh bibirmu mendesahkan keperkasaan para raja yang tak henti-henti bercumbu saat hujan mendera beranda dan keheningan ranjang. (Mata Bibir - hal. 140)

Hujan -- yang kausangka bisa menghijaukan seluruh lampu-lampu lampion -- baru saja mendera jalanan Sussex, Dixon, dan Goulburn. (Malam Sepasang Lampion - hal. 152)

Kau tak akan pernah membayangkan betapa gerimis November bakal seruncing ini, Hindun. Kau tak akan pernah tahu suara beduk magrib pada Ramadhan terakhir teramat mengiris dan takbir menjelang Lebaran itu mengingatkanku pada ketololanmu memaknai bendera-bendera kemenangan yang terpancang di langit Uhud. (Seperti Gerimis yang Meruncing Merah - hal. 166)

Kau tak perlu menganggap bayi berselimut selendang merah bermotif burung phoenix itu sebagai orok ajaib yang dijatuhkan dari langit. (Rahim Api - hal. 178)

Cuplikan-cuplikan di atas merupakan kalimat pertama pembuka cerpen. Keren ya kan? Meski ada yang agak sadis. :')

3 bintang untuk Malam Sepasang Lampion by Triyanto Triwikromo.

Selasa, 02 Juni 2015

[Resensi: Kismet by Nina Addison] Persahabatan dan Cinta dalam Garis Takdir


Judul buku : Kismet
Penulis : Nina Addison
Editor : Dini Novita Sari & Harriska Adiati
Ilustrasi sampul : Alfi Zachkyelle
Ilustrasi naskah & foto : Nina Addison
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-1487-7
Tebal buku : 296 halaman





BLURB

kismet//takdir//destiny. Kata yang melibatkan semacam rahasia kosmik, yang memberi letupan kejutan di sana-sini dalam hidup seseorang, menggiringnya ke tempat ia seharusnya berada.

Konsep itu menggelikan bagi Alisya.

Tetapi ketika di tengah hiruk pikuk New York City ia bertemu dengan Cia, perempuan yang seketika menjadi sahabatnya, Alisya bertanya apakah takdir sedang bekerja?

Lalu muncul Raka, satu-satunya cowok yang bisa membuat Alisya jatuh cinta. Lelaki yang, lagi-lagi, dibawa takdir masuk ke hidupnya. Sayangnya, takdir yang satu ini berpotensi menghancurkan persahabatannya dengan Cia.
Jadi, mana yang harus ia pilih?

Orang bilang persahabatan itu kekal, untuk seumur hidup.
Namun, bukankah cinta sejati juga demikian?



RESENSI

Semua berawal dari musim gugur delapan tahun lalu di sebuah toko buku di Manhattan. Ironisnya, cerita ini juga diawali oleh sebuah layangan tinju… (hal. 12)


Musim gugur delapan tahun lalu, Alisya berkenalan dengan Cialisa setelah Cia meninju cowok yang mengganggu Alisya, dan Alisya ganti menyelamatkan Cia dari cengkeraman cowok yang sama. Cia yang tahu Alisya sedang mencari apartemen menawari Alisya kamar di apartemennya. Kebetulan roommate-nya baru saja pindah.
Mereka langsung akrab saat tahu sama-sama berasal dari Indonesia. Maklum, dari fisik mereka nggak terlihat sebagai keturunan Indonesia. Cia menganggap ini adalah kismet. Destiny yang mempertemukan mereka.
Berkat semangat Cia yang meluap-luap, Alisya teryakinkan untuk tinggal bersama Cia sesegera mungkin. Meski bukan hal yang mudah pada awalnya. Sempat terjadi kesalahpahaman di antara mereka hingga Alisya berniat hengkang dari apartemen itu saking suasana sudah makin nggak mengenakkan.
Alisya dan Cia membuat janji yang berkaitan dengan hari ulang tahun mereka yang berdekatan. Pada hari ulang tahun mereka akan berbuat kebaikan untuk orang lain.
Dan itulah yang membuat Alisya bertemu Mr. Gajah! Cowok yang punya andil besar yang nantinya akan membuat Cia melayangkan tinju pada Alisya. Cowok yang istrinya sedang hamil…
Alisya berusaha membantunya yang sedang kalut karena adik cowok itu sedang masuk penjara. Adik yang kerjanya cari masalah karena selalu menolak terjun ke bisnis keluarga. Mereka sama-sama tidak memberi tahu identitas masing-masing. Alisya mengenalnya sebagai Mr. Gajah dan cowok itu mengenalnya sebagai bartender girl.
Pertemanan mereka membuat Mr. Gajah ingin mengenalkan Alisya pada adiknya. Alisya menolak ide itu mentah-mentah. Tapi ketika Alisya akhirnya setuju bertemu di hari valentine, adik Mr. Gajah nggak muncul. Mr. Gajah pun menghilang bagai ditelan bumi.
Tahun itu juga tahun yang mengerikan bagi Cia. Cia hamil. Karena pacarnya memilih menghilang, Cia mengambil keputusan untuk melahirkan dan membesarkan bayinya di Jakarta. Cia memilih pulang ke Indonesia.
Lima tahun kemudian Alisya tiba di Jakarta demi merayakan ulang tahun Hope, putri Cia. Di situlah Alisya berkenalan dengan Raka, cowok incaran Cia yang terbaru. Yang membuat Alisya kelabakan, Raka tanpa ragu mendekatinya. Alisya berusaha menepis ketertarikan di antara mereka. Tapi bagaimana jika kismet bukan hanya bekerja terhadap Alisya dan Cia?  Bagaimana jika kismet juga bekerja terhadap Alisya dan Raka? Bagaimana dengan Mr. Gajah?




Hal pertama yang saya suka dari novel ini: judulnya. Perbendaharaan kata baru yang menurut saya terdengar romantis. Saya baru tahu 'kismet' ya dari novel ini. Tadinya saya pikir kismet ini nama tokohnya. Tapi arti kismet mengundang sisi curiosity juga sisi romantisme: takdir.

Prolognya adalah adegan masa kini, dimana Cia siap menghantamkan tinju ke wajah Alisya. Tapi bab satu bermula dari delapan tahun lalu saat pertama kalinya kedua tokoh bertemu. Sejak itu alurnya maju terus dengan cepat. Well, merangkum delapan tahun dalam satu novel setebal 294 halaman tentu nggak mungkin dengan pace lambat, maka alurnya memang berjalan cepat.

POV menggunakan orang pertama yaitu Alisya. Saya sebenarnya nggak begitu suka dengan POV 'aku', karena kadang terasa monoton. Tapi Nina Addison membuat saya mengecualikan novel ini. Kismet menjadi salah satu novel ber-POV 'aku' yang masuk deretan novel favorit saya karena gaya tulisannya yang asyik dan enak diikuti.
Meskipun ada satu bab yang memakai POV Ethan dan POV Raka. Mungkin saking shitty-nya situasi saat itu, hingga Nina ingin meyakinkan pembaca tentang perasaan Ethan dan Raka. Tapi berasa aneh jadinya, karena tiba-tiba berubah dan hanya untuk satu bab.

Karakter-karakternya bikin meleleh. Saya suka Cia yang seperti bola bekel. Antusias, bersemangat dan menikmati hidup. Sementara Alisya sedikit serius dan sedikit suram. Mungkin karena pengaruh penyebab perceraian orangtuanya dan harus ikut mengurusi Ethan.
Saya penasaran sama Ethan. Disebutkan sebagai cowok tampan dengan mata hazel, aww~ pasti heartbreaker banget. Hehe~ apalagi pintar masak dan berniat jadi chef. Saya memang suka cowok yang jago masak, karena kesannya seksi. Wkwkk~
Mr. Gajah yang misterius. Sungguh di bagian ini saya nggak bisa berhenti sampai ketemu siapa sebenarnya Mr. Gajah. Saya sampai nyolong-nyolong baca novel ini waktu ngajar. Hehe~
Karakter Raka masih ada sisa-sisa badungnya. Makanya dia punya kesan yang menarik untuk saya.
Juga ada satu karakter yang mencuri perhatian saya: Aryo. Kang Aryo ini mirip sepupu saya, ahli batik tapi tatoan. Gaya bebasnya pun mengingatkan saya sama sepupu. Ahh kalau mereka ketemu pasti cocok. Hehe~

Dialog dalam Kismet sebagian besar memakai bahasa inggris. Bukan untuk sok keminggris tapi karena latarnya di New York, karena tokohnya blasteran dan digunakan saat sedang berinteraksi dengan orang asing. Rasional kalau menurut saya.
Cuma yang bikin saya mengerenyit, adalah bahasa 'lo-gue' yang digunakan tokoh dalam novel ini. Saya kira orang yang telah lama menetap di Manhattan nggak akan memakai gaya bahasa 'lo-gue'. Terlebih Alisya kan cukup lama menghabiskan masa kecil di Yogyakarta (kalau nggak salah inget bacanya :D) dan kemudian berpindah-pindah tempat. Menurut saya, akarnya kurang kuat untuk menggunakan bahasa 'lo-gue'.
Mungkin karena baru bertemu di pertengahan cerita, chemistry Alisya dan Raka terasa kurang kuat.

Entah mengapa saya kurang sreg dengan cover Kismet. Mungkin karena babak-babak penting dalam Kismet memang terjadi di musim dingin, maka untuk cover dibuat bertema musim dingin, tapi tetap saja rasanya kurang metropop bagi saya.
Tapi saya suka ilustrasi di dalam novel ini. Cantik banget.

Novel Kismet ini mulus karena minim typo. Saya hanya ketemu kesalahan kecil semacam:

sambil sambil --> sambil (hal. 25)
Welll then, --> Well then, (hal. 32)
Dia berdeham kecil sambil nyengir canggung --> Dia berdeham kecil sambil nyengir canggung. / kurang tanda titik. (hal. 67)
"Gue mau berhenti kuliah, cetusnya. --> "Gue mau berhenti kuliah," cetusnya. (hal. 67)
ulang tahun tahun --> ulang tahun (hal. 76)
ber-"solo karier." --> ber-"solo karier". (hal. 111)
buku kudukku --> bulu kudukku (hal. 182)


Saya merekomendasikan novel ini bagi pembaca yang merindukan karya bagus di lini metropop dan nggak mempermasalahkan dialog yang berbahasa campur aduk. Meski labelnya dewasa tapi hanya terdapat sedikit implicit sex.
Saya beri 4 bintang untuk Kismet.


TEBAR-TEBAR QUOTE

"Kalau nggak buat cari pasangan hidup, lantas buat apa dong orang pacaran? That's why I think when I fall in love, I will fall hard." (hal. 48)

"Sometimes crazy is the only way." (hal. 52)

Hidup sungguh tak adil. Buat banyak orang, uang dua ratus dolar mungkin tak berarti apa pun. Seperti duit receh yang sering terselip dan terlupakan. Buatku? Itu adalah harga mimpi yang tidak terbeli. (hal. 64)

Tapi ketika kita sudah dewasa, apa sih arti bertambah umur selain tanggal expired yang semakin dekat? (hal. 75)

Banyak yang terjebak ilusi bahwa mereka bisa atau bahkan berhak untuk mengoreksi pandangan orang lain. Padahal apa yang harus dikoreksi jika definisi benar dan salah sendiri berbeda bagi setiap orang? (hal. 113)

"Hanya karena lo maju ke medan perang dengan modal kejujuran, lo belum tentu bisa menang. Not instantly, anyway. Kejujuran bukan perisai yang akan melindungi lo dari luka lagi, Al." (hal. 230)

Tapi dalam hidup, sejak kapan kita bisa memilih nasib? Dan dalam situasi yang membuat kamu harus memilih persahabatan atau cinta, apa ada jalan keluar yang happy ending? (hal. 236)

"Forgiveness may take a lifetime to come, Al. But it will come especially when there's enough love at its stake." (hal. 261-262)

"You will never know unless you try." (hal. 262)

"Lo pikir di dunia ini yang namanya cinta sejati tuh kayak apa? Yang penghuninya nggak pernah berantem? Yang mulus dan lancar, macam 'a walk in the park'? Salah, Al! Cinta sejati itu penuh bompel-bompel, growakan, tambal sana-sini, retak sana-sini. But guess what? Ketika dia masih bernyawa, dia akan tambah kuat selepas tiap cobaan yang datang." (hal. 278)

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon