Kamis, 29 Desember 2016

[Resensi] Love in City of Angels - Irene Dyah

Judul buku: Love in City of Angels
Penulis: Irene Dyah
Editor: Donna Widjajanto
Desain sampul: Orkha Creative
Foto isi: Budi Nur Mukmin
Desain isi: Nur Wulan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: November 2016
Tebal buku: 216 halaman
ISBN: 978-602-03-3491-2



BLURB

Ajeng
Gadis kota besar yang bisa sangat bitchy dalam banyak hal, terutama pernikahan. Baginya, cinta cuma mitos.

Yazan Khan
Malaikat, Master Yoda, si Poker Face. Ketenangannya menemani Ajeng membeli test pack, setenang saat ia menyelipkan bunga di tangan gadis itu. Pendek kata, mengerikan.

Earth
Pria yang berisiko membuatmu lupa segala, termasuk namamu sendiri.

Cheetah
Mamalia yang sebaiknya tidak disebut-sebut di depan Ajeng.

Ibu
Dicurigai sudah kehilangan akal sehatnya karena mau menerima kembali pecundang itu.

Masjid Jawa di Bangkok
Tempat kisah-kisah bermula

Krung Thep alias City of Angels alias Bangkok
Di kota ini, terlalu tipis batas antara iman dan godaan. Ajeng lebih suka menyebutnya The Sin City.


RESENSI

Ajeng merasa resah saat tamu bulanannya belum juga datang, sepertinya ia perlu test pack. Dan semua gara-gara satu malam setelah Ajeng mendapat kabar dari Ibu bahwa Ibu ingin rujuk dengan pria pecundang itu. Malam itu Ajeng mengguyur hal yang menyedihkan dengan tawa, alkohol dan pria-pria tampan. Hingga ia jatuh ke pelukan Earth. Siapa sangka sekarang Earth justru menjadi ancaman bagi Ajeng?
Saat sedang kesal dan berusaha kabur dari Earth, Ajeng bertemu dengan Yazan, pria India rekan sekantor Ajeng. Pria yang dijuluki Master Yoda saking mengerikannya. Yazan yang cool itu bahkan tetap berwajah datar saat menemani Ajeng membeli test pack.
Yang tak diketahui Ajeng, rupanya Yazan telah lama memperhatikannya, dan kali ini tak ingin membiarkan Ajeng lepas sebelum benar-benar berjuang. Sedikit-demi sedikit, kehadiran dan perhatian Yazan mengikis rasa sinis Ajeng.
Namun Ajeng sadar, dirinya telah bergelimang dosa dan begitu berbeda dengan Yazan yang lurus. Akankah Yazan berhasil meluluhkan Ajeng? Lalu bagaimana hubungan Ajeng dengan pria yang seharusnya ia panggil Ayah? Dan bagaimana dengan Earth? Sanggupkah mereka memaafkan masa lalu?

---------------------------------

Love in City of Angels bisa dibilang merupakan buku yang saya nanti-nantikan, karena saya sudah jatuh cinta pada Ajeng sejak membaca Dua Cinta Negeri Sakura. Yaaap.. Saya memang membaca kisah Miyu lebih dulu dibanding buku pendahulunya, Tiga Cara Mecinta yang berkisah tentang Aliyah. Namun memang dari kedua buku itulah rasa penasaran saya pada Ajeng terbit hingga akhirnya tertuntaskan di salah satu seri Around The World With Love batch tiga ini.
Bagi kalian yang belum membaca Tiga Cara Mencinta dan Dua Cinta Negeri Sakura.... segeralah baca! Wkwkwkwk...
Meski sebenarnya tanpa membaca kedua buku itu pun, kisah Ajeng dalam Love in City of Angels bisa dimengerti sepenuhnya kok, cuma sayang saja, karena Ajeng benar-benar gokil parah di kedua buku sebelumnya, beda dengan di novel ini yang separuhnya mulai jinak 😅

Novel ini bertutur menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu sudut pandang Ajeng, sehingga saya dibawa merasakan kegelisahan dan rasa frustasi Ajeng. Tapi jangan khawatir, walau menggunakan POV dari sisi Ajeng, apa yang dirasakan oleh Yazan dan tokoh lainnya bisa tertangkap dengan mudah kok. Dari gestur, gerak-gerik serta pilihan kata dalam dialognya, terlihat jelas kok perasaan tokoh lainnya.
Setting Bangkoknya benar-benar luar biasa detail. Bukan hanya deskripsi tempat-tempat yang unik dan berbeda, tapi juga suasana dan budayanya dituturkan dengan apik. Saya paling suka dengan penggambaran festival Songkran yang dituliskan melalui pengalaman Ajeng dan Yazan dalam novel ini. Seru banget. Selain itu terselip juga trivia-trivia menarik tentang tempat-tempat unik di Bangkok. Semuanya dikemas dengan apik dan menarik.

Ajeng masih menjadi karakter yang asyik seperti di dua buku pendahulunya, walau nggak seceplas-ceplos Abby sang heroine dalam Wheels and Heels. Saya menikmati bagaimana Ajeng sering dibuat mati kutu oleh Yazan. Bagaimana gadis yang memandang sinis pada cinta sedikit demi sedikit menjadi terbuka juga.
Yazan sendiri karakter yang luar biasa aneh. Hahaha... di masa ini lho, dia tetap jadi gentleman dan legowo. Saat tiba di adegan Yazan membawakan tas Ajeng, saya jadi teringat satu bahasan di grup telegram nan rusuh, tentang seorang pria yang membawakan tas pasangannya padahal sang pasangan nggak sedang kerepotan. Saya ingat banyak yang menolak ide itu (termasuk saya), manja banget kan ya cewek nggak bawa apa-apa kok tasnya dibawain si cowok. Namun di tengah keriuhan diskusi, salah satu teman dengan kalem bilang kalau dia sering bawain tas istrinya walau istrinya nggak bawa beban apapun, alasannya.... dia terlalu sayang sama sang istri dan biar istrinya nggak kerepotan. Jadi, kalau saja nggak ada diskusi itu mungkin saya sudah menganggap Yazan manusia aneh.. Wkwkwkk...
Yah yang pasti Yazan adalah makhluk paling luar biasa sabar. Memang julukan Master Yoda cocok banget buat dia. Dan yang jelas memang Ajeng cocok dengan pria seperti Yazan. Dan omong-omong... Yazan ini romantis bangeeeet. Saya suka adegan ketika dia menjatuhkan kuntum-kuntum bunga di telapak tangan Ajeng.
Hubungan Ajeng dan Yuzu bukanlah satu-satunya yang menarik diikuti dalam novel ini, tapi juga hubungan antara Ajeng, Ibu dan Ayah. Konflik sampingan yang menyita perasaan Ajeng. Belum lagi kehadiran Earth yang membuat Ajeng kalang kabut takut hamil.
Semua bermuara pada satu hal, bisakah kita memaafkan kesalahan dan dosa masa lalu? Dan yang lebih menyakitkan, bisakah kita memaafkan diri sendiri sebelum memohon ampun pada Sang Kuasa?

Pada akhirnya, Love in City of Angel bukan saja menghadirkan kisah cinta yang penuh kesabaran dan ketabahan, tapi juga tentang pengampunan. Tentang mengambil sebuah pilihan, seperti halnya kita bisa memilih menyebut Bangkok sebagai Sin City ataukah City of Angels. So nice story... love it!!

Rabu, 28 Desember 2016

[Resensi] Love in Kyoto - Silvarani

Judul buku: Love in Kyoto
Penulis: Silvarani
Editor: Donna Widjajanto
Desain sampul: Orkha Creative
Desain isi: Nur Wulan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: November 2016
Tebal buku: 240 halaman
ISBN: 978-602-03-3630-5




BLURB

“Adinda Melati, Satoe hari nanti, berkoendjoenglah ke Kjoto dengan kimono jang kaoe djahit dari kain sakoera ini. Akoe menoenggoemoe.” —Hidejoshi Sanada (13/11/45)

Veli, gadis yatim-piatu yang sejak kecil diasuh kakek-neneknya, adalah perancang busana yang tengah naik daun. Sepulang dari Jakarta Fashion Week, dia menemukan tumpukan surat lusuh di sela-sela koleksi kain nusantara almarhumah neneknya, Nenek Melati. Nama pengirim surat berbau Jepang itu mengusik rasa ingin tahunya, apalagi ada kaligrafi potongan ayat Al-Qur’an di dalamnya.

Bukan kebetulan, prestasi Veli sebagai desainer diganjar kesempatan tinggal beberapa bulan di Kyoto untuk mengikuti program industri budaya. Veli merasa, ini jalan untuk menambah ilmu sekaligus mencari tahu tentang Hideyoshi Sanada.

Dengan bantuan Mario, teman spesial yang sedang bertugas di Osaka, dan Rebi, kawan SMA yang sudah empat tahun menetap di Jepang, jalinan rahasia antara Hideyoshi dan Nenek pun satu per satu mulai terungkap. Penemuan ini juga membawa Veli dan Mario bertemu sosok dingin bernama Ryuhei Uehara, musisi muda shamisen, dan Futaba Akiyama, gadis pemalu penjaga kedai udon di tengah kota Kyoto. Ternyata, hubungan empat insan ini melahirkan kisah yang jauh lebih rumit dibanding cerita Hideyoshi dan Nenek Melati puluhan tahun silam....


RESENSI


Love in Kyoto merupakan novel perkenalan saya dengan karya Silvarani, karena baru kali inilah saya membaca salah satu karyanya. Memalukan ya? Padahal sudah banyak banget novel-novelnya bermunculan dan mejeng di rak-rak toko buku. But well, namanya jodoh gak lari kemana, kan? Toh akhirnya saya pegang juga salah satu karyanya dan membacanya hingga tamat.
Sebagai salah satu bagian dari seri Around The Worl With Love batch 3, Love In Kyoto memberi pesona tersendiri dibanding seri yang lain. Bukan hanya keindahan Kyoto saja yang menonjol di dalamnya, tapi juga sejarah dan budaya yang erat antara Indonesia dan Jepang. Ada secuil romantisme yang dihadirkan Silvarani di tengah kengerian dan kekejaman masa pendudukan Jepang di kala itu. Romantisme yang pada akhirnya bukan saja melibatkan Nenek Melati dan Hideyoshi Sanada saja, tapi juga orang-orang di sekitarnya, beberapa generasi kemudian.

Love in Kyoto berkisah menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Saya dibawa menyelami, bukan saja perasaan Veli tapi juga Mario, Uehara dan Futaba. Empat orang yang terlibat dalam rasa dan tersesat karenanya. Ceritanya mengalir maju dengan beberapa kali flashback, tapi alurnya tetap terjaga. Silvarani cukup luwes dalam menuliskan narasi, meski saya kadang merasa ada beberapa adegan yang sebenarnya nggak terlalu penting, yang seandainya dihilangkan pun nggak akan mempengaruhi cerita keseluruhan. Namun toh dialognya ditulis dengan begitu cair dan hidup, sehingga saya sangat menikmati persahabatan Mario-Rebi-Veli yang hangat dan gokil. Beberapa kalimat yang quotable pun diselipkan dengan rapi tanpa kesan sok bijak.

Mengenai tokohnya, saya sangat suka dengan Veli. Gadis yang mandiri, pekerja keras dan nggak banyak tuntutan. Saya suka hubungannnya dengan Mario yang adem, sejuk gimanaaa gitu. Saya suka bagaimana Veli menerima dengan kepala dingin saat rahasia-rahasia masa lalu neneknya terungkap. Veli lebih memilih menggali dan meresapi, bukan mengkronfontasi atau menuduh.
Mario sendiri, duh... bromance-nya dengan Rebi itu yang paling bikin saya meleleh. Wkwkwkk... Sungguh, saya menikmati memperhatikan Mario saat dia bersama Rebi. Bagi saya sih cowok terlihat menarik dari kualitas hubungannya dengan sahabat cowoknya. Jadi karena mereka kelihatan asyik banget, saya jadi suka dengan Mario. Lagipula, Mario ini baik, ramah dan santun. Idaman banget kan.
Yang lumayan menyebalkan bagi saya di sini sebenarnya adalah Futaba. Terlihat lemah di hadapan cowok yang disuka, tapi giliran bertemu cewek yang jadi saingan cintanya, langsung bilang kalau jatuh cinta pada sang cowok dan bikin si cewek jadi serba salah. Ini tipe cewek yang minta dibejek. Hahaha... 
Sementara Uehara terasa jadi tokoh penyeimbang dengan auranya yang tenang. Dingin, sedikit angkuh, tapi diam-diam memperhatikan. Aiiihh....

Setting novel ini hampir seluruhnya ada di Kyoto. Saya diajak berkeliling, menikmati satu tempat indah ke tempat indah lainnya di siang dan malam hari. Selain itu, ada banyak budaya Jepang yang muncul di novel ini, terutama alat musik. Semakin seru rasanya membaca novel ini karena trivia-trivia yang disajikan.
Konfliknya cukup beragam, bukan hanya berasal dari rahasia masa lalu nenek Melati, tapi juga dari orangtua Mario yang menentang hubungan Mario dan Veli serta hadirnya orang ketiga di sisi Mario dan sisi Veli. Menarik, seru dan bikin penasaran bagaimana semua akan berakhir.

Overall, ini adalah perkenalan saya yang menyenangkan dengan karya Silvarani. Love in Kyoto membuat saya memahami tentang cinta yang bertahan tanpa harus memiliki, juga tentang menghargai sebuah proses yang telah kita lakukan untuk mencapai tujuan.

Tonton juga book trailer seri Around The World With Love Batch 3 berikut ya..


Selasa, 20 Desember 2016

[Resensi] Love in Pompeii - Indah Hanaco

Judul buku: Love in Pompeii
Penulis: Indah Hanaco
Editor: Donna Widjajanto
Desain sampul: Orkha Creative
Desain isi: Nur Wulan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 235 halaman
ISBN: 978-602-03-3452-3



BLURB

Callum Kincaid, salah satu magnet Formula One, gagal menikah dengan kekasih modelnya. Pria yang sejak remaja sudah dikenal sebagai lady killer dan selalu mengencani gadis catwalk, memutuskan untuk tidak terikat komitmen dengan siapa pun untuk sementara. Tapi, kepindahan ke Hampstead dan ciuman yang terinterupsi, mengubah segalanya. Adalah Gladys Zayna Raviv, perempuan muda dengan pengalaman hidup yang mematangkannya lebih dari semestinya. Selalu menjaga jarak aman dari kaum pria karena terbebani dosa masa lalu. Hingga tiba hari ketika seporsi apple pie membuatnya mengenal pria bermata sangat biru dan wajah berbintik-bintik.

Meski Gladys ingin menjauh dari Callum, semesta tampaknya dengan keras kepala justru melakukan sebaliknya. Ditambah dengan Lulu, si orang ketiga antimainstream yang mementahkan semua upayanya.

Gladys berusaha menyangkal kebenaran yang disuarakan hatinya, hingga perjalanan ke Pompeii meruntuhkan segalanya. Hatinya tak lagi aman dari pesona Callum.

Sayang, kembali ke Hampstead, mereka ditunggu oleh kejutan besar. Masa lalu memang seperti hantu, menuntut untuk digenapi. Bisakah Gladys dan Callum bertahan dan memiliki keberanian untuk mengakui perasaan yang sudah begitu transparan? 


RESENSI

Kehidupan Gladys yang tenang di Hampstead bersama Lulu, putrinya, dan Tante Herra mulai terusik sejak kehadiran sang tetangga baru, Callum Kincaid. Berawal dari niat baiknya mematuhi tradisi, Gladys membuatkan apple pie untuk sang tetangga baru. Namun rupanya Lulu yang mudah akrab dengan pria dewasa langsung lengket dengan Callum yang menyukai anak-anak. Dan dimulailah hubungan pertetanggaan yang heboh tapi akrab.
Rupanya kedekatan Callum dan Lulu membuat Callum ingin berlibur bersama Gladys dan Lulu ke Napoli. Perjalanan mereka bahkan merambah hingga ke Pompeii. Di kota yang pernah hilang karena terkubur letusan gunung Vesuvius ini, Callum dan Gladys menyadari perasaan mereka. Sayangnya, hantu masa lalu Gladys telah menanti di London.
Mampukah Gladys mengusir hantu masa lalunya? Dan apakah Gladys akan menerima janji yang diucapkan Callum sementara ia tahu bahwa keyakinan mereka berbeda?

-------------------

Pompeii. Saya punya ketertarikan tersendiri terhadap kota ini sejak membaca ulasannya di majalah National Geographic bertahun-tahun yang lalu. Pompeii kota yang luar biasa, canggih pada masanya, dan menjadi pengingat bahwa alam dan Tuhanlah yang tetap punya kuasa di atas segalanya.
Maka ketika Indah Hanaco menuangkan kota ini ke dalam salah satu novelnya, saya merasa antusias. Banget.
Ditambah lagi Callum Kincaid sang tokoh utamanya berprofesi sebagai pembalap F1. Olahraga yang dulu saya ikuti perkembangannya bahkan pernah bikin saya iri berat pada Azrul Ananda yang bisa mondar-mandir di sirkuit-sirkuit.. Wkwkwk..

Love In Pompeii merupakan salah satu novel yang termasuk dalam Around The World With Love Series yang kini telah memasuki batch tiga. Bicara tentang seri ATWWL ini semakin ke sini kota yang dieksplorasi oleh keempat penulisnya semakin unik dan lain dari yang lain. Nah Pompeii sendiri termasuk kota yang unik dan berbeda.
Meski demikian setting novel ini bukan hanya di Pompeii saja, tapi juga di London dan Bogor. Malah sebagian besar cerita terjadi di London, di mana Callum dan Gladys tinggal bertetangga. Banyak hal yang terjadi di antara mereka yang menarik, lucu dan menggemaskan di London. Namun puncak romansanya memang terjadi di Napoli dan Pompeii.
Penggambaran settingnya yang rapi membuat saya betah ikut menyusuri setiap sudut kota ini. Detail tempat dan suasananya seakan saya benar-benar ada di sana. Banyak trivia-trivia seru tentang Pompeii yang pastinya akan semakin bikin penasaran.
Ada juga trivia-trivia tentang balap formula satu yang disajikan di dalam novel ini. Namun yang luar biasa adalah penggambaran situasi balapan ketika Callum sedang berada di tengah-tengah race. Haih saya saja sampai tegang membacanya.

Love in Pompeii menggunakan sudut pandang orang ketiga dan beralur maju. Ceritanya mengalir dengan ringan sekaligus seru. Saya semakin menikmati gaya bertutur Indah Hanaco yang luwes dan santai. Interaksi antara Callum, Gladys dan Lulu terasa asyik dan nggak kaku. Saya menangkap betapa mereka nyaman satu sama lain dan menjalin chemistry yang kuat. Callum dan Lulu sendiri luar biasa banget interaksinya. Saya saja yang pernah mengalami fase saat anak berusia lima tahun, manalah bisa sesabar dan setabah itu. Hahaha...
Saya suka jalinan ceritanya yang ringan dan seru. Semakin lama membaca novel ini saya semakin terhanyut dan geli sendiri. Banyak momen manis yang sederhana tapi mengena bagi saya. Konfliknya pun bukan hanya berasal dari masa lalu Gladys tapi juga kegalauan Gladys karena ia dan Callum begitu berbeda. Situasi kayak gini sakit banget loh #eaasurhat

Karakter Gladys dalam novel ini benar-benar menunjukkan seorang survivor, ia belajar dari kesalahan. Berani berbuat berani bertanggung jawab.
Saya suka banget deh dengan Callum. Oke entah ini anak lakiknya Indah Hanaco yang keberapa yang saya suka, saya sudah lelah menghitung. Bisa dibilang saya mungkin punya harem yang isinya karakter pria dari novel-novelnya Indah Hanaco saja. Tapi Callum memang spesial dan berbeda. Callum itu santai, sabar dan nggak grusa grusu. Jelas lah ya, pembalap F1 mah pastilah orang yang sabar dan penuh perhitungan 😷  Dan sepanjang membaca novel ini yang terbayang di benak saya justru Kimi Raikkonen... my iceman. Padahal Kimi kan gak seplayboy Callum yak.. wkwkwkwk...

Dalam Love in Pompeii ada masa lalu yang harus dituntaskan dan bukan sekedar dikubur.  Bahwa meski kita membenci dan merasa terluka akan masa lalu, ada seseorang yang memiliki hak untuk mengetahui fakta kebenarannya. Duh rasanya saya nggak rela mengakhiri membaca novel ini. Sebenarnya saya ingin menjelajahi Pompeii lebih lama bersama mereka dan ingin melihat Gladys berdiri di paddock menanti hasil balapan Callum. Bagi saya sih itu momen luar biasa bagi kekasih dan istri pembalap yang bikin saya iri 😉 


Rabu, 07 Desember 2016

[Resensi] Love in Montreal - Arumi E

Judul buku: Love in Montreal
Penulis: Arumi E
Editor: Donna Widjajanto
Desain sampul: Orkha Creative
Desain isi: Nur Wulan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: November 2016
Tebal buku: 228 halaman
ISBN: 978-602-03-3460-8



BLURB

Montreal. Di sinilah Maghali Tifana Safri, perancang baju asal Solo yang mulai bersinar namanya, mendapat kesempatan melanjutkan studi. Ujian berupa teror dari sekelompok orang hampir merontokkan sikap toleran Maghali, kalau saja Kai Sangatta Reeves tidak muncul menyelamatkannya. Rupawan, cerdas, berhati emas. Model sekaligus dokter dan relawan. Pesona Kai begitu kuat, tapi Maghali sadar dia tak boleh terlena karena lelaki itu berada di kutub yang berbeda. 

Ujian lain datang dalam bentuk gadis cantik bernama Isabelle. Model pirang yang memeragakan baju-baju rancangan Maghali ini meminta bantuan untuk lari dari jerat cinta sesama dan pemberitaan miring tentang masa lalunya. Seolah belum cukup pelik, Maghali kembali diuji kala Kai yang dirundung duka melabuhkan rasa resah pada dirinya, membuat gadis ini makin sulit memendam rasa. Kesadaran Maghali baru pulih kala melihat Isabelle mendekati Kai. Susah payah hatinya mengakui, keduanya lebih cocok menjadi pasangan karena sama-sama rupawan dan tak ada halangan mengadang. 

Ketika masa tinggalnya di Montreal berakhir, Maghali mengira selesai pula siksaannya menahan rasa pada Kai. Tapi pada satu hari sakral di Tanah Air, Kai tiba-tiba muncul. Akankah terbentang masa depan untuk keduanya, ataukah mereka harus puas dengan sepotong episode penutup?


RESENSI

Selama satu tahun, Maghali akan melanjutkan studynya di Montreal. Ia mendapatkan kesempatan dari La Mode Montreal karena rancangan-rancangan modest wear miliknya unik dan menarik. Kesempatan emas yang tentu tak bisa ditolak.
Melalui La Mode, Maghali bertemu dengan dua model yang akan memperagakan baju rancangannya, Isabelle dan Kai. Siapa sangka Maghali akan menjadi akrab dengan mereka. Isabelle yang ramah dan Kai yang gentleman dan ternyata masih punya darah Indonesia.
Kehidupan Maghali tak akan biasa saja karena kehadiran mereka. Isabelle punya masalah dan memohon bantuannya, sedangkan Kai... membuat jantung Maghali berdetak tak menentu.
Namun, bila ini memang cinta, apakah cinta mereka bisa bersatu? Bagaimana dengan Isabelle yang mengaku menyukai Kai juga? Akankah Maghali memilih mundur saja?

------------------

Love in Montreal merupakan salah satu seri Around The World With Love batch ketiga. Sebelumnya Arumi E telah menulis Love in Adelaide untuk batch pertama dan Love in Sydney untuk batch ketiga. Dari ketiganya, baru Love in Montreal saja yang sudah saya baca. Novel ini memang berkaitan dengan kedua novel sebelumnya, tapi hanya sebatas keterkaitan antar tokoh utama. Jadi novel ini tetap bisa dinikmati secara lepas dan nggak menunjukkan spoiler pendahulunya kok. 😉

Novel ini diceritakan melalui sudut pandang orang ketiga, dan lebih banyak terfokus pada Maghali atau yang kemudian lebih akrab disapa Lili (meski bagi saya nama Maghali lebih eksotis daripada Lili). Perasaan-perasaan Maghali tampak lebih menonjol dibanding karakter yang lain. Jadi saya cukup dibuat bertanya-tanya tentang perasaan Kai. Karena sikap Kai yang penuh perhatian itu begitu manis tapi seolah masih wajar. Dalam bayangan saya Kai memang akan selalu penuh perhatian seperti itu tanpa pandang bulu. Saya jadi galau deh.. Kai ini menganggap Maghali spesial nggak sih?
Maka ketika momen galaunya Kai muncul, saya sorak-sorak bergembira deh... udah gemes banget sih 😷😷

Setting tempat dalam novel ini sebagian besar ada di Montreal, saya diajak menyusuri tempat-tempat yang luar biasa. Deskripsinya mendetail dan rapi, pas takaran dan penempatannya. Di bab-bab akhir, settingnya berpindah ke Solo dan Sangatta. Dari Montreal hingga ke Sangatta, betapa Kai dan Lili telah melalui banyak hal.
Selain latar tempat, latar musimnya pun dideskripsikan dengan apik oleh Arumi. Belajar selama setahun di Montreal, pastilah Lili telah melalui semua musim yang ditawarkan kota itu. Di setiap musim, ada kejadian penting yang terjadi, membuat Love in Montreal semakin berkesan saja rasanya. Pahit dan manis. Kesedihan dan kebahagiaan. Betapa banyak yang telah Lili lalui hanya dalam jangka waktu satu tahun.

Bicara tentang karakter, Maghali terlihat mandiri dan berani. Ia juga ramah pada siapa saja dan selalu optimis. Saat mengalami kejadian nggak enak pun, ia tetap berpikiran baik dan tawakal. Maghali juga ramah dan ringan tangan. Meski galau tentang perasaannya terhadap Kai tapi Maghali nggak plin-plan, ia tetap tau apa yang ia inginkan untuk hidupnya.
Sementara Kai, aduuh.. jujur Kai bukan tipikal hero favorit saya. Kai itu terlalu luar biasa. Ganteng, mapan, baik, jago masak, juga penuh keteladanan. Kai seolah nggak ada cacatnya. He is so prince charming. Bukan tipe saya yang penyuka beast. Ya ampun Kai bahkan nggak pernah marah dan terganggu. Cute and charming banget deh.

Love in Montreal bukan hanya kisah romantisme berlatar tempat-tempat indah. Ada kisah tentang perjuangan dan toleransi di dalamnya. Maghali berani tampil berbeda, berani tetap mempertahankan identitasnya, meski beberapa orang menudingnya. Keyakinannya nggak goyah sedikitpun.
Ia tetap memiliki pikiran positif terhadap Isabelle. Bahkan berani mendukung gadis itu.
Tinggal di negara di mana ia menjadi minoritas, Maghali merasakan benar mana yang tulus menerimanya dan mana yang membencinya karena Islamophobia. Namun sama seperti Maghali, saya percaya rasa kemanusiaan masih lebih besar dibanding mempermasalahkan tentang perbedaan.
Kegalauan yang timbul karena perbedaan keimanan antara dirinya dan Kai pun cukup menyakitkan. Namun Maghali tetap bersabar. Ada saatnya kita untuk diam, tapi ada saatnya ketika tanda-tanda itu muncul, kita harus melangkah.

Well, secara keseluruhan Love in Montreal menyajikan kisah yang manis dan hangat. Membaca novel ini menjadi pengalaman yang seru. Maghali telah menularkan keberaniannya dan positif thinkingnya. Saya rekomendasikan novel ini untuk pembaca yang menyukai setting yang unik dan charming hero. Hati-hati pesona Kai memang luar biasa memikat, lho.

Bagi yang penasaran, simak deh book trailer Around The World With Love 3 berikut ini 😉



Minggu, 04 Desember 2016

[Posbar] Baca di Mana Saja Ya?

Tema posting bareng BBI bulan ini menantang banget, terutama untuk orang mager kayak saya. Bagaimana tidak, saya diminta memfoto orang yang sedang membaca. Hahahaha... jujur ini sulit banget buat saya.
Bulan November bukanlah bulan kelayapan bagi saya. Tentunya karena cuaca yang sedang jelek, bikin malas banget pergi kalau dikit-dikit langit mendung. Apalagi kalau saya pergi, rombongan sirkus (baca: anak-anak) pasti ngikut, terbayang sudah kerepotan apa yang terjadi kalau kehujanan di jalan.

Sialnya lagi, saya bukanlah orang yang inget gadget kalau lagi jalan keluar. Seringnya malah hape berkamera saya tinggal di rumah. Emak-emak macam saya yang gaulnya cuma ke pasar, sekolah anak, kantor kelurahan-kecamatan jarang banget bisa menemukan orang sedang membaca. Senpat terpikir untuk memfoto anak-anak yang sedang membaca di sekolah, tapi lagi-lagi saya lupa nggak bawa gadget. Sial banget. Hahahaha...

Satu lagi kendala saya adalah saya kemana-mana naik sepeda motor, dan tentunya bersama rombongan sirkus. Manalah bisa jelalatan mencari orang lagi baca buku. Kalau toh ketemu, udah rempong duluan kalau mau memfoto. Sungguh, misi kali ini MUSTAHIL banget buat saya >.<

Untungnya saya bertemu juga dengan moment itu di sebuah tempat yang belakangan bikin saya wara-wiri. Tak lain dan tak bukan adalah di Noice Cafe. Kafe milik seorang teman yang terletak di Jalan Sekar Dwijan no 33 Yogyakarta.



Si mbak asyik banget baca bukunya ya.. jadi nggak berani mengganggu. 😆


Well.. maafkan saya yang kurang total dalam menemukan orang-orang yang sedang membaca. Tapi saya yakin, ada banyak pembaca berkeliaran di kota ini, sayang kami nggak berjodoh untuk bertemu. #lalubaper 😰


Selasa, 29 November 2016

[Resensi] London - Windry Ramadhina

Judul buku: London: Angel
Penulis: Windry Ramadhina
Editor: Ayuning & Gita Romadhona
Proofreader: Jia Effendie
Ilustrasi isi: Diani Apsari
Penerbit: Gagas Media
Tahun terbit: 2013
Tebal buku: 330 halaman
ISBN: 979-780-653-7



BLURB

Pembaca Tersayang,

Mari berjalan di sepanjang bantaran Sungai Thames, dalam rintik gerimis dan gemilang cahaya dari London Eye. 

Windry Ramadhina, penulis novel Orange, Memori, dan Montase mengajak kita menemani seorang penulis bernama Gilang mengejar cinta Ning hingga ke Fitzrovia. Namun, ternyata tidak semudah itu menyatakan cinta. Kota London malah mengarahkannya kepada seorang gadis misterius berambut ikal. Dia selalu muncul ketika hujan turun dan menghilang begitu hujan reda. Sementara itu, cinta yang dikejarnya belum juga ditemukannya. Apakah perjalanannya ini sia-sia belaka?

Setiap tempat punya cerita. 
Dalam dingin kabut Kota London, ada hangat cinta menyelusup.

Enjoy the journey,

Editor


RESENSI

Setelah sekian lama memendam perasaan cintanya terhadap Ning, Gilang memutuskan untuk terbang ke London menyusul Ning. Meski keputusan sembrono itu ia ucapkan saat mabuk bersama teman-temannya, tapi teman-temannya bersatu padu berusaha mewujudkannya meski Gilang kembali didera rasa ragu. Maka berangkatlah Gilang ke London tanpa memberi kabar pada Ning terlebih dulu. Gilang ingin memberi kejutan pada Ning.
Namun setiba di London, Gilang mendapati rumah kos Ning kosong. Rupanya gadis itu tak pulang beberapa hari. Dengan gontai, Gilang pun memilih menunggu Ning di penginapan Madge. Di sana ia bertemu orang-orang yang kemudian tanpa ia sangka akan mempengaruhinya. Petualangan Gilang di London selama lima hari, bukan lagi hanya demi mengejar Ning, tapi memaknai perasaan terdalamnya. Akankah Gilang sanggup menyatakan cintanya? Lalu bagaimana dengan persahabatan mereka? Akankah semua berakhir bahagia?

--------------------

Saya membaca buku ini karena rekomendasi dua orang. Satu sesama member BBI Joglosemar dan satu lagi cowok yang ngakunya baper abis karena buku ini. Jatuh cinta pada sahabat sendiri, berapa banyak di antara kita yang telah mengalaminya?
Saya sendiri sempat ragu karena sahabat jadi cinta itu bukan saya banget. Tapi toh saya akhirnya tetap terseret juga dalam arus jalinan kisah cinta sendu berlatar London ini.

London merupakan buku keempat seri STPC yang saya baca, setelah Athena, Paris dan Holland. Sejak pertama membuka novel ini saya sudah terpukau dengan gaya Windry Ramadhina dalam menggambarkan settingnya. Luar biasa. Windry menuliskan dengan jelas bukan hanya detail latar tapi juga suasananya. Sesuai dengan judulnya, ini memang tentang London, bukan hanya tentang seorang pemuda kasmaran yang terbang ribuan mil untuk mengejar gadisnya. Saya dibuat takjub dengan pesona kota ini yang dituangkan dengan tepat ke dalam kata-kata oleh Windry.

London diceritakan menggunakan sudut pandang orang pertama dari sisi Gilang. Unik. Nggak banyak novel yang mengambil sudut pandang tokoh pria sepenuhnya sepanjang cerita, dan London adalah salah satunya. Maka saya pun diajak menyelami ceruk perasaan Gilang yang terdalam, rahasia hati yang dipendamnya dan kegalauannya untuk bertindak. Dilema yang dia rasakan terasa kuat dan begitu mempengaruhi saya. Berulang kali saya hampir ingin menjitak atau menendang bokong Gilang, saking gemasnya. Saya memang nggak tahan dengan karakter cowok yang gampang galau dan melow.
Tapi tetap saja saya mengagumi keromantisan dan ketertarikannya pada karya sastra klasik. Gilang juga menjadi sosok yang penuh empati, caranya bercanda terasa hangat dan akrab. Well, dia memang mudah dicintai.

Ada tiga karakter wanita dalam novel ini. Ning, sahabat yang dicintai Gilang, yang membuat Gilang rela jauh-jauh ke London untuk menyatakan cinta. Goldilocks, gadis misterius yang luar biasa cantik dan misterius. Dan ada pula Ayu, gadis Jakarta yang juga menjadi turis di London untuk berburu cetakan pertama Wuthering Height. Di antara ketiga gadis ini, saya justru penasaran pada Goldilocks, justru pertemuan Gilang dengan gadis inilah yang saya nantikan dengan harap cemas. Saya justru merasa Ning tidaklah begitu istimewa, meski Gilang jatuh cinta berat padanya. Di mata saya, chemistry Gilang dan Goldilocks lah yang paling mengena di hati saya.

Selain latar London yang disajikan dengan apik, banyak pula trivia tentang sastra klasik dan seni yang ditebarkan dengan rapi di dalam novel ini. Dan kesan melow tokoh prianya seperti menyatu dengan cuaca London yang sendu. Ditambah lagi dengan temponya yang lambat, menyelesaikan novel ini serasa cukup berat bagi saya. Soo gloomy.
Tapi untungnya side story antara Madge dan John menjadi penyegar yang ampuh. Saya malah menyukai hubungan mereka.

"Menunggu cinta bukan sesuatu yang sia-sia. Menunggu seseorang yang tidak mungkin kembali, itu baru sia-sia." (hlm. 247)

Dari London saya belajar arti melepaskan melalui Madge. Mencintai bukan berarti mengungkung diri. Meratapi dan menutup diri bulanlah wujud rasa cinta. Hanya menyakiti diri sendiri dan menyakiti orang di sekitar kita. Dan London juga mengajarkan arti perjuangan. Nggak ada yang sia-sia bila kita telah berjuang. Meski hasilnya nggak seperti yang kita inginkan, tapi pasti ada harapan dan kebahagiaan setelah kita berjuang.

Overall, saya lumayan terhibur dengan novel ini. Bagi kamu yang suka romance sendu, kisah tentang mencintai seorang sahabat sendiri dan memendamnya bertahun-tahun, dengan latar kota London yang indah, saya sarankan untuk membaca novel ini :)

Kamis, 24 November 2016

[Booktour: Review & Title Interpretation] (Never) Looking Back - Elvira Natali

Judul Buku: (Never) Looking Back
Penulis: Elvira Natali
Editor: Tesara Rafiantika
Desainer sampul: Agung Nugroho
Penerbit: Gagas Media
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 272 halaman
ISBN: 978-979-780-867-9



BLURB

"Aku ingin melihatmu bahagia, tetapi bersamaku. Hanya bersamaku."

Casta selalu yakin, seterjal apa pun jalannya, impian harus bisa dicapai. Karena itulah, ia meninggalkan Jakarta, meninggalkan cinta, untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang desainer di Paris. Ia terbiasa hidup seorang diri, tak terlalu memedulikan jika hatinya sepi.

Namun, pertemuan tak sengaja dengan Phillip Bouvier, seorang seniman pasir, membuatnya sadar bahwa ia tak bisa selamanya sendiri. Kepada Casta, laki-laki yang pernah kehilangan itu menemukan kembali kepercayaan akan cinta. Mereka saling mengisi kekosongan yang lama menggelayut di hati.

Ternyata, cinta tak selalu seperti dongeng. Orang dari masa lalu Casta hadir kembali dan meninggalkan jejak yang tak mungkin terhapus. Casta tak ingin melepaskan genggaman Phillip. Namun, ia juga tahu, ketidaksempurnaannya telah meninggalkan luka mendalam bagi lelaki itu. Sama sepertimu, Casta dan Phillip juga membutuhkan seseorang yang mendekap hatinya. Keduanya tak pernah bisa menerka akhir mana yang terbaik untuk mereka.


RESENSI

Dunia seakan ada di genggaman Casta saat ini. Betapa tidak, ia yang seorang yatim piatu, yang berangkat ke Paris untuk menimba ilmu sebagai desainer melalui beasiswa, kini telah menjadi salah satu desainer top papan atas di Paris. Puncaknya adalah ketika ia menjadi opener dalam Paris Fashion Week dan namanya diberitakan di mana-mana.
Ketika pikirannya buntu, Casta memutuskan pergi ke London untuk mencari inspirasi. Tak disangka, insiden kecerobohan kecil membawanya berkenalan dengan Phillip Bouvier. Meski perkenalan awal mereka kurang menyenangkan, tapi itu tak mencegah niat mereka untuk bertemu lagi, lagi dan lagi. Hingga mereka saling mendalami apa yang mereka simpan dalam hati masing-masing.
Namun, tiba-tiba saja, pria dari masa lalu Casta muncul. Adalah Kevin, seorang pembalap F1 top dunia yang merupakan teman dan mantan kekasih Casta. Pertemuan kembali itu membawa nostalgia yang ternyata kebablasan.
Ketika hati Casta mantap memilih, ia mendapati konsekuensi dari perbuatan sembrononya. Casta terjebak dilema. Apakah ia bisa mempercayai Phillip dan menyerahkan hatinya? Ataukah ia harus meminta pertanggungjawaban Kevin dan mengingkari degup jantungnya?

********

(Never) Looking Back merupakan novel yang ringan dan mudah dibaca. Membaca novel ini menjadi pengalaman yang menyenangkan untuk mengisi waktu yang cukup luang. Ini juga menjadi kali pertama saya membaca karya Elvira Natalia dan saya lumayan menikmatinya.
Dibuka dengan prolog tujuh tahun sebelumnya, membuat benak saya dibuat bertanya-bertanya sepanjang melahap habis novel ini. Akan seperti apa hubungan Casta dan Kevin setelah mereka terpisah jarak dan waktu. Namun, meskipun pada akhirnya saya mendapatkan jawabannya toh tetap saja masih ada banyak pertanyaan tak terpuaskan di benak saya.

Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Membuat saya dengan gamblang merasakan apa yang dirasa oleh para tokohnya. Kadang saya ikut kesal, ikut bingung dan ikut geleng-geleng mengikuti polah Casta. Temponya begitu cepat dan banyak lompatan waktu yang kentara. Ini membuat saya mudah terhanyut dan terbawa hingga tanpa sadar telah tiba di akhir kisah. Deskripsi, narasi dan dialognya berimbang dengan takaran yang pas. Walau masih kurang mendetail dalam bangunan setting waktu dan latarnya, tapi jalinan kisahnya sendiri sudah menyita rasa penasaran saya.

Dalam (Never) Looking Back, Casta merupakan heroine yang disebutkan mandiri, ceria dan kuat. Ia begitu fokus pada cita-citanya dan berusaha melakukan yang terbaik. Namun kesempurnaan pribadi itu remuk ketika ia bertemua Phillip. Casta mulai berani bergantung. Saya rasa ini sweet. Bergantung bukan berarti perempuan jadi melemah, bergantung berarti perempuan semakin kuat terutama dalam hal mempercayai. Apalagi kalau pria itu seperti Phillip, yang meski rela melakukan apa saja demi Casta tapi masih mrnggunakan logikanya. Mereka pasangan yang manis dan chemistrynya lumayan asyik.

TITLE INTERPRETATION

Membaca judul novel ini mau nggak mau saya cukup berpikir keras. Saya sering mendapati kata yang dikurung di beberapa judul novel dan selalu sulit paham. Hahaha.. Tapi mari saya kupas berdasar judul keseluruhannya: Never Looking Back.

Bisakah kita benar-benar meninggalkan masa lalu di belakang kita tanpa pernah menengoknya lagi?
Saya sendiri merasa nggak mungkin. Entah kenangan manis atau pahit, saya perlu mengintip sejenak ke masa lalu untuk pembelajaran diri. Sudah tepatkah langkah saya? Sudah kuatkah saya dari hari kemarin? Sudah sebaik apa saya dibanding waktu lalu?
Dan seperti itulah Casta dan Phillip. Ada kenangan pahit di masa lalu yang menghancurkan hati mereka, tapi toh hal itu menjadi cambuk bagi mereka untuk bangkit dan meraih masa depan yang lebih bahagia. Menatap ke belakang, memetik pelajaran dan kemudian mengikhlaskan, itulah yang dilakukan Casta dan Phillip sehingga mereka semakin tenang menapaki masa depan mereka masing-masing.
(Never) Looking Back membuat saya mengerti, nggak ada yang salah dengan masa lalu, nggak ada yang salah dengan menatap ke belakang sejenak untuk menyadari bahwa betapa kuatnya kita sekarang.

******GIVEAWAY TIME*******



Bagaimana? Sudah membaca review dan tittle interpretation saya? Sudah cukup penasaran dan mupeng abis sama novel unyu satu ini?
Nah buat kalian, saya akan membagikan satu eksemplar novel (Never) Looking Back untuk satu orang pemenang.

Syaratnya mudah saja seperti biasa ya:

1. Peserta adalah warga negara Indonesia atau memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

2. Follow akun twitter @elpignutt, @Gagasmedia dan @KendengPanali, kemudian share info GA ini dengan mention ke akun kami berempat dan jangan lupa sertakan hashtag #NeverLookingBack

3. Boleh banget kalau mau follow blog ini via email, G+ atau GFC yang bisa dilihat di bagian samping postingan ini. (Optional saja dan nggak memaksa).

4. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar dengan menyebutkan nama | akun twitter | domisili | alamat email. Dan pertanyaannya adalah:

Apa arti masa lalu bagimu?

5. Giveaway akan berlangsung selama lima hari dan ditutup pada tanggal  28 November 2016 pukul 23.59 WIB.

6. Jika ada pertanyaan, jangan segan colek saya di akun saya, ya. Good luck :))

*********UPDATE*******

Halooo... Lima hari sudah berlalu, dan pastinya giveaway (Never) Looking Back. Terima kasih untuk semua peserta yang sudah ikut memeriahkan book tour ini. Kalian luar biasa. Masa lalu membuat kalian kuat, sama seperti Casta dalam novel ini.
Tanpa perlu panjang lebar lagi, sekarang saya mau mengumumkan satu orang pemenang yang beruntung mendapatkan satu eksemplar (Never) Looking Back dan dia adalah......



 Bety Kusumawardhani
@bety_19930114


Selamat kepada pemenang!!! Saya tunggu data alamat lengkap dan nomor telepon kamu via email saya nurinawidiani84(at)gmail(dot)com paling lambat dalam 2 x 24 jam.

Bagi yang belum beruntung jangan sedih yaa... Masih ada kesempatan mendapatkan novel ini di host yang lain :)


Kamis, 17 November 2016

[Serba-Serbi] Wishlist Arisan Joglosemar

Seharusnya sih sudah dari beberapa hari lalu saya memasang postingan ini di blog, agar petugas kado arisan BBI Jolosemar bisa mulai mencari. Tapi ya gimana ya. Sejak awal bulan saya stuck di telegram, ketagihan main werewolf dan nggosip nggak jelas (nyepik-nyepik dikit juga).
Well, tapi toh buku yang saya mau (sepertinya) nggak susah juga dicari. Jadi tolong dimaafkan kalau saya baru posting wishlist sekarang. Dan.... inilah buku-buku yang saya inginkan untuk ulang tahun saya 😊 :


Cinta Tak Pernah Tepat Waktu - Puthut EA



Tadinya kepingin cetulnya Isyarat Cinta yang Keras Kepala karena covernya lebih cakep dari yang sebelumnya. Tapi setelah dipikir lagi, saya lebih suka yang CTPTW sih. Dan belum punya juga, ya sudah akhirnya pilihan saya jatuh ke buku ini.


The Governess Affair (Skandal Sang Duchess) - Courtney Milan



Courtney Milan itu salah satu penulis favorit, dan kata Mbak Desty yang sudah baca duluan, novella ini lucu khas Courtney Milan. Apalagi saya sudah punya yang A Kiss for Midwinter, masa seri awalnya malah belum punya. Saya bela-belain menahan diri baca Midwinter demi nunggu punya novella yang ini dulu.


Genduk - Sundari Mardjuki



Buku yang menjadi kandidat pemenang Kusala Sastra 2016 ini covernya bikin jatuh hati. Diih cetek ya alasan saya.. Tapi ciyus, covernya yang sederhana itu malah bikin saya penasaran. Apalagi setelah baca ulasan Raafi tentang buku ini bikin semangat saya untuk memilikinya semakin menggebu.


Anak Ini Mau Mengencingi Jakarta?



Saya sudah ngidem kumcer ini sejak lama. Sempat pengin minta buku ini buat reward Battle Challenge, tapi kalah dari keinginan saya untuk punya Raden Mandasia. Jadi, sepertinya memasukkan buku ini ke wishlist arisan joglosemar adalah ide bagus. Siapa tahu saya akhirnya berjodoh dengan buku ini.


Rumah Kertas - Carlos María Dominguez



Buku yang satu ini menggiurkan banget. Membaca blurbnya saja udah bikin saya semangat dan penasaran. Apalagi Mas Dion nulis review di goodreads sampai pakai kepslok. Kan jadi makin pengen. Wkwkwk


Selamat Menunaikan Ibadah Puisi - Joko Pinurbo



Kurang afdol rasanya kalau dalam daftar wishlist nggak ada buku puisi. Dan Joko Pinurbo adalah idola. Sayangnya saya belum punya kumpulan puisi yang satu ini. Ratingnya memang nggak tinggi amat, tapi saya sih kalau sudah merasa suka, biar orang lain berkata apa, saya tetap suka. #ehgimanasik


Yap demikianlah wishlist saya untuk ulang tahun saya yang tinggal menghitung minggu. Saya tinggal pasrah saja pada keputusan sang petugas kado. Semoga petugas kadonya baik hati dan sabar mencarikan buku-buku buat saya. Ngahahahaha....

Senin, 14 November 2016

[Blogtour: Resensi + Giveaway] Tentang Kamu - Tere Liye

Judul buku: Tentang Kamu
Penulis: Tere Liye
Editor: Triana Rahmawati
Penerbit: Republika Penerbit
Tahun terbit: Oktober 2016
Tebal buku: 524 halaman
ISBN: 9786020822341



BLURB

Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.

Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi. Masa lalu. Rasa sakit.

Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan.


RESENSI

Zaman Zulkarnaen adalah seorang pengacara muda yang menjadi associate di firma hukum Thompson & Co., sebuah firma hukum yang merupakan legenda hidup. Pengacara mereka adalah kesatria gagah berani pembela kebenaran, bekerja keras untuk memastikan setiap harta warisan diselesaikan seadil mungkin. Dan kali ini, Zaman disodori kasus yang sangat penting. Ia harus menyelesaikan perkara warisan seorang perempuan tua yang meninggal di sebuah panti jompo di Paris, dan ternyata memiliki harta warisan sebesar satu miliar poundsterling. Nama wanita itu Sri Ningsih.
Zaman memulai investigasinya di panti jompo tempat Sri Ningsih menghabiskan masa tuanya, di sana ia bertemu dengan perawat muda bernama Aimée. Dari Aimée, Zaman mendapat petunjuk pertamanya, sebuah buku harian milik Sri Ningsih yang terbagi dalam lima juz. Berbekal buku harian dan foto-foto lama, Zaman berangkat menyusuri tempat-tempat tak terbayangkan untuk mencari ahli waris Sri Ningsih. Yang tak bisa Zaman duga adalah, penyusuran ini membawanya pada kisah yang memilukan, tentang kesabaran, persahabatan, keteguhan hati, cinta, dan memeluk semua rasa sakit.

---------------------

Tentang Kamu menjadi kisah yang luar biasa dan saya merasa begitu sayang untuk berhenti membacanya. Betapa tidak, saya dibawa berpetualang menyusuri kota demi kota, masa demi masa, dan saksi demi saksi. Perjalanan yang seru banget dan bikin berdebar-debar. Membaca novel ini bukan hanya sekedar menelusuri dan menguak jejak kisah hidup Sri Ningsih, tetapi juga menapaki kebaikan dan kepolosan seorang gadis yang tangguh.

Banyak pertanyaan yang meliar dalam benak saya sejak awal kisah, karena begitu minimnya informasi yang ada. Dan Tere Liye merupakan penulis yang sabar, memberikan kepingan puzzlenya secuil demi secuil dalam waktu yang tepat. Paling tidak ini membuat perjalanan Zaman menelusuri siapa Sri Ningsih sepanjang 524 halaman bukanlah hal yang membosankan.
Apalagi deskripsi setting tempatnya luar biasa detail. London, Paris, Sumbawa, Surakarta, Jakarta. Semua tempat begitu terasa nyata latar dan atmosfernya.
Saat Zaman menggali informasi dari saksi-saksi hidup yang mengenal Sri, saya dibawa pada sejarah-sejarah yang telah dilewati Sri. Betapa Sri telah melewati segalanya, masa kemerdekaan, masa politik komunis, masa peristiwa malari bahkan euforia pernikahan Lady Diana dan Pangeran Charles. Tere Liye mengaitkan kehidupan Sri dengan peristiwa-peristiwa penting sehingga rasanya Sri begitu istimewa.

Zaman adalah tokoh sentral novel ini, sebagai pengacara muda berbakat ia memiliki prinsip dan integritas luar biasa. Bertekad baja dan pekerja keras. Pantang menyerah sebelum menuntaskan misinya. Betapa gigihnya ia menelusuri petunjuk sekecil apa pun. Sedangkan Sri merupakan tokoh utama di atas segalanya. Penderitaan dan kehilangan bertubi-tubi menderanya, tapi ia tetap tersenyum, tetap tabah. Kepolosan dan kesucian pikirannya benar-benar langka bahkan mungkin di masanya. Namun kesabaran dan kegigihannyalah yang membawanya sejauh itu, seagung itu.
Cukup banyak tokoh sampingan dalam novel ini, tapi semuanya memberi peran penting, nggak ada tokoh yang hanya selintas lewat. Bisa dibilang semuanya punya detail karakter yang sangat kuat.

Tentang Kamu memang merupakan novel paket komplit. Semacam mencicipi gado-gado yang disajikan dengan baik dan terasa lezat. Ada tragedi, komedi, thriller dan romantisme yang manis, yang diramu dalan porsi yang pas. Ditambah lagi banyak trivia sejarah dan pengetahuan umum dalam novel ini. Bagaimana saya nggak jatuh cinta membacanya?
Meski saya merasa ada bagian-bagian yang terasa kaku dalam interaksi antar tokohnya, mungkin karena beberapa tokohnya memang dibuat unik dan berbeda. Jujur saya memang nggak bisa membayangkan logat dan cara bicara Rajendra Khan. Bisa jadi karena saya jarang menonton film india tanpa dubbingan. Karena sungguh sebenarnya Rajendra ini kocak banget dan semestinya bisa mencairkan suasana.

Secara keseluruhan, Tentang Kamu menjadi kisah yang membuka mata. Seorang gadis dari pulau kecil yang menerima kebencian, penderitaan, pengkhianatan dan kehilangan dengan sabar. Ia melihat masa lalu hanya sebagai kenangan dan kekuatan untuk terus maju. Kegigihan dan ketabahan adalah pesona utama novel ini. Dan Tere Liye menyampaikannya dengan begitu baiknya.


**********GIVEAWAY TIME***********




Nah, sudah baca review Tentang Kamu? Sudah merasa penasaran? Tenang... Saya punya DUA eksemplar novel Tentang Kamu yang akan dibagikan bagi pemenang yang beruntung ;)

Caranya mudah saja seperti biasa:

1. Peserta adalah warga negara Indonesia atau memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

2. Follow akun twitter @bukurepublika dan akun saya @KendengPanali 

3. Share info giveaway ini dengan hashtag #TentangKamu dan jangan lupa memention kedua akun di atas.

4. Boleh banget kalau mau follow blog ini via email, G+ atau GFC yang bisa dilihat di bagian samping postingan ini. (Optional saja dan nggak memaksa).

5. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar dengan menyebutkan nama | akun twitter | domisili | alamat email. Dan pertanyaannya adalah:

Jika kamu harus memilih antara sahabat sejati atau kebenaran, mana yang akan kamu pilih?

6. Giveaway akan berlangsung selama lima hari dan ditutup pada tanggal  18 November 2016 pukul 23.59 WIB.

7. Jika ada pertanyaan, jangan segan colek saya di akun saya, ya. Good luck :))

*******UPDATE*******

Yuhuu... akhirnya blogtour Tentang Kamu sudah berakhir di blogku. Sungguh luar biasa merasakan semangat teman-teman mengikuti blogtour ini. Jawaban yang diberikan pun benar-benar luar biasa.
Sebenarnya ujian antara kebenaran dan persahabatan, juga harus dihadapi Sri Ningsih dalam episode hidupnya, dan saya bisa memetik pelajaran darinya.

Jadi pemenang kali ini adalah mereka yang jawabannya paling mendekati situasi Sri Ningsih dan mereka adalah...

Nama: Nur Rachmawati. Z
Twitter: @OmbakBintang

Nama : Viby Diana
Twitter : @vibydiana

Selamaaaat kepada dua orang yang beruntung. Saya tunggu data nama dan alamat kalian di nurinawidiani84(at)gmail(dot)com paling lambat 2 x 24 jam ya.

Bagi yang belum beruntung, jangan sedih. Masih ada dua bloghost yang akan memandu blogtour Tentang Kamu. Keep reading ya guys ;)

Minggu, 13 November 2016

[Resensi] Typo - Christian Simamora

Judul buku: Typo
Penulis: Christian Simamora
Editor: Alit Tisna Palupi
Designer sampul: Dwi Anissa Anindhika
Ilustrasi isi: Maillor
Penerbit: Twigora
Tahun terbit: Juli 2016
Tebal buku: 476 halaman
ISBN: 9786027036277



BLURB

KETIKA TUHAN TAK MERENCANAKAN
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK BERJODOH,
PARA ORANGTUA AKAN TURUN TANGAN 
UNTUK MENYATUKAN MEREKA. 

Di usianya yang keempat belas tahun, Maisie Varma dijodohkan dengan Josh Mallick oleh kedua ayah mereka. Meskipun sama-sama tak suka dengan keputusan sepihak itu, Mai dan Josh memilih untuk belajar beradaptasi dengan satu sama lain ketimbang membangun nyali untuk menentangnya. 

Tapi kemudian, di malam pergantian tahun, Oma Josh yang baru mendengar tentang perjodohan itu langsung protes keras. Bukan itu saja, beliau memaksa para ayah untuk membatalkan pertunangan malam itu juga. Semuanya pun kembali seperti semula—kecuali bagi Mai. Dia sungguh-sungguh tak menyangka, status tunangan Josh selama beberapa hari membuatnya jatuh cinta untuk kali pertama.

Novel #jboyfriend kali ini merupakan kronologis cinta putri satu-satunya keluarga Varma. Tentang gelenyar yang membungkus perasaan Mai dalam bahagia, juga tentang hal-hal manis yang membuat pipinya sering merona merah. 

Novel ini juga akan bercerita banyak tentang anak bungsu keluarga Mallick. Si mantan tunangan yang bertanggung jawab membuat Mai jatuh hati sekali lagi, juga yang mengingatkannya bahwa perasaan itu tak lebih dari sekadar typo. Kesalahan hati yang harus Mai koreksi. 


Selamat jatuh cinta,

CHRISTIAN SIMAMORA 


RESENSI

What your heart feels now is a typo... (hlm. 348)

Sejak kemunculan novel ini saya sibuk bertanya-tanya sendiri, mengapa judulnya TYPO? Tadinya saya kira ini singkatan, tapi ternyata judulnya memang Typo, yang merujuk pada typography. Nah...nah... apa pula hubungannya novel romance dengan kesalahan eja? Jelas saya makin penasaran.

Saya lumayan keder juga dengan ketebalannya, dan ternyata saya memang kesulitan menyelesaikan novel ini. Rasanya nggak kelar-kelar juga. Bagi saya, Typo memang cukup membosankan di awalnya, beberapa adegan terasa klise, bagi pembaca romance seperti saya, bisa dibilang sudah ratusan kali saya mrmbaca adegan jilat-emut jari. Atau pijit-kaki-lecet-karena-sepatu. Biasanya saya suka adegan-adegan novel Christian Simamora yang cheesy tapi unik, punya cita rasa sendiri, tapi di dalam Typo adegan cheesynya terasa boring dan biasa.
Untungnya seorang teman menyemangati saya dan menyuruh saya membaca sampai akhir. Yah, tanpa disuruh pun sebenarnya saya pasti bakal membaca tuntas. Saya bukan jenis pembaca DNF, apalagi ini novel penulis favorit saya. Dan benar saja, setelah setengah buku berlalu, novel ini makin seru.
Adalah adegan tarik ulur yang saya suka. Apalagi adegan Josh merana. Huaaa... Saya suka bangeeeeett. Wkwkwk~
Bicara soal adegan, favorit saya adalah saat Josh menawarkan page marker yang sengaja dibawanya. Awww... itu sweet banget buat saya. Tindakan paling manis dari seorang cowok adalah ketika dia menyadari apa yang dibutuhkan ceweknya dan membekali dirinya sendiri.

Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan fokus utama bergantian pada Josh dan Mai. Settingnya mengambil tempat di Jakarta dan Bali. Detail tempatnya juara banget, Christian Simamora selalu bisa menyertakan pernik yang seru untuk mendeskripsikan settingnya. Seperti novel-novel sebelumnya juga, detail tentang busana bertaburan di dalam Typo. Gaya bertutur yang lincah membuat novel ini enak diikuti, dialognya pun menunjukkan betapa kuat chemistry antar tokohnya.

"Relationship itu lebih dari sekadar berpelukan, berpegangan tangan, berciuman... Relationship isn't about who you can see your life with, but who you can't see your life without." (hlm. 31)

Christian Simamora memang paling jago untuk ngajak baper. Bukan hanya dialog yang quotable tanpa berkesan menggurui, tapi novelnya juga selalu menyajikan quote-quote keren di awal bab dan yang lebih menggoda lagi adalah ilustrasi yang kece badai. Benar-benar memanjakan saya yang menyukai novel historical romance.
Apalagi, Mai digambarkan sebagai seorang readet yang  gemar melahap novel-novel karya Carina St. Tropez. Mungkin itulah yang bikin saya merasa terkoneksi dengan Mai. Saya merasa nyambung dengannya.

Karakter dalam novel ini loveable banget. Baik Josh maupun Mai. Tentang Mai saya suka karena dia cerdas, mandiri dan seru. Saya suka ikatan persahabatannya dengan Duchess, bersahabat dengan orang-orang yang sangat berbeda dengannya, tapi Mai tetap jadi diri sendiri. Saya suka gayanya.
Sedangkan Josh benar-benar adorable. Tindak-tanduknya manis banget dan penuh perhatian. Dan saya juga suka dengan hubungannya yang mesra dengan kakak-kakaknya. Super sweet.

Adegan panasnya saya anggap lumayan hot. Selain lebih dari sekali, gambarannya juga cukup detail. Seru dan nggak monoton karena Mai dan Josh bisa dibilang mencoba beberapa posisi. So, novel ini memang benar-benar novel dewasa sesuai dengan labelnya yang ada di halaman belakang.
Maka saya rekomendasikan novel ini buat para pencinta hisrom, buat para ratu baper seperti Mai, dan tentunya buat kalian yang telah dewasa ;)

Selasa, 08 November 2016

[Blogtour & Giveaway] Seaside - Zee

Judul buku: Seaside
Penulis: Zee (Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie)
Penyunting: Misni Parjiati
Tata sampul: Amalina
Penerbit: Senja
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 236 halaman
ISBN: 978-602-391-263-6



BLURB

Awalnya, dia hanya gadis biasa. Juga mulai terbiasa menghadapi guncangan besar ketika ayahnya masuk penjara akibat ulah musuh-musuhnya. Tapi, begitu dibutakan oleh amarah, dia mulai mengumpulkan setiap informasi dan menyusun rencana balas dendam.

Gadis itu membuat kesepakatan dengan iblis. Langkah penuh risiko dia lalui, dibantu oleh seseorang yang masih misterius.

Satu demi satu targetnya berjatuhan. Dan dia menikmati setiap tetes darah yang mengalir di tangannya. Apakah masih ada tempat untuk nurani? Apakah dia masih mampu memaafkan?


RESENSI

Ketika sang papa yang sedang menyelidiki kasus korupsi dijebak dan dijebloskan ke dalam penjara, Aku merasa berang. Papa adalah satu-satunya keluarga yang Aku miliki, setelah Aku merasa kecewa karena sang mama dan saudara-saudaranya menolak mendukung papa. Dengan hati-hati, Aku merencanakan balas dendamnya. Baginya tak cukup dengan mata dibalas mata, Aku menginginkan lebih. Aku menginginkan nyawa mereka yang telah membuat papanya dipenjara. Para pejabat korup, dan juga para penegak hukum yang mudah tergiur uang.
Aku mulai menyusuri jalan kelamnya. Memulai dari sang informan, Aku bertemu dengan Anon, seseorang yang melatih fisik dan mentalnya sebagai pembunuh tak kenal ampun. Namun bukan hanya dari Anon, Aku mengasah dirinya. Aku juga bertemu pemuda seusianya, yang melatihnya sebagai pelacur, demi bisa mendekati para pejabat korup. Dan dari pemuda itu pula, Aku menemukan kenyamanan dan kepercayaan. Namun bisakah rencananya berjalan mulus hingga akhir?

------------------------------

Seaside merupakan karya ketiga Ziggy yang telah saya baca. Dan saya masih saja dibuat terpukau dengan betapa bunglonnya gaya bertutur Ziggy. Sudah tiga bukunya saya baca, tapi saya menemukan dimensi yang lain dari novel-novel sebelumnya. Membaca Seaside seperti menyusuri labirin Square Maze di acara Benteng Takeshi. Tahu kan? Itu lho labirin dengan banyak pintu dan 2 algojo kekar yang bisa-bisa tiba-tiba ada di balik pintu. Nah, seperti itulah yang saya rasakan saat membaca novel ini, prepare for the worst but still hoping for the best. Jadi saya hanya mampu mengikuti laju kisah ini dan berharap dengan berdebar-debar. Karena saya percaya, Ziggy selalu mampu mengejutkan saya dengan twistnya, dan benar saja. Ha!

Membuka bagian awal novel ini, yang langsung menarik perhatian saya adalah judul tiap babnya. Semua judul diawali dengan sea: Seance, Sealion, Seaweed, Seabed, Seafood, Seasick, Search, dan seterusnya. Total ada sebelas part dan satu epilog yang menggunakan judul dengan kata sea. Hal yang cerdas dan unik menurut saya.

Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu Aku, sehingga saya dihanyutkan pada seluk beluk pikiran Aku yang diliputi dendam dan kecurigaan. Menarik untuk ditelusuri dan bikin bergidik di beberapa bagiannya. Saya merasakan kengerian, kesadisan dan kecemasan yang melingkupi kisah ini. Namun saya juga menemukan romantisme yang manis di tengah keriuhan dendam. Membuat saya sempat berharap.
Seaside mengambil beberapa setting tempat, di Lampung, Bandung, Jakarta, bahkan hingga ke Scheveningen. Semua settingnya dideskripsikan dengan detail yang apik dan rapi. Diksi yang digunakan Ziggy dalam Seaside begitu kaya dan unik, benar-benar enak untuk dinikmati. Dialognya begitu luwes dan hidup. Ini sebabnya saya sangat menyukai Seaside, karena chemistrynya pun terasa sangat tebal dan kuat.

Membaca novel ini adalah mencecap rasa karya Ziggy yang lain; rasa yang lebih menyengat, rasa yang membuat bergidik, rasa yang lebih brutal. Ziggy cukup terperinci dengan adegan pembunuhan para target Aku. Semua dengan cara yang berbeda, dan semua menakjubkan. Tapi meski berdarah-darah dan berlumur dendam, Ziggy mengimbangi kesadisan Aku dengan romance gelap yang dirasakan Aku. Walau haus darah, Aku nyatanya toh tetap gadis polos yang bisa jatuh cinta.

Ziggy pernah memukau saya dengan musik-musik klasik yang berjejalan di dalam novelnya, di Seaside pun, Ziggy masih melakukannya. Beberapa judul lagu, nama penyanyi dan nama band bertebaran di dalam novel ini, menarik dan bikin penasaran. Terutama lagu yang kemudian seolah menjadi soundtrack Aku dalam melakukan pembunuhan.

"Peristiwa yang mengubah manusia itu selalu menarik. Perubahan manusia sendiri menarik. Dan manusia yang berubah... they're more than fascinating." (hlm. 145)

Karakter dalam novel ini begitu bulat dan matang. Saya merasakan transformasi Aku dari gadis biasa namun keras kepala menjadi mesin pembunuh andal dan berdarah dingin. Bisa dibilang ia menghabisi para targetnya tanpa berkedip, tanpa ragu. Aku hanya merasakan saat-saat emosional saat bersama partner in crimenya. Tokoh-tokoh yang bergantian muncul untuk membantunya pun punya karakter yang khas. Mereka muncul dan langsung memikat saya, dengan gaya yang asyik, rasanya mudah saja untuk menyukai mereka.

"Bahkan meskipun mereka nggak akan menghargai pengorbanan kamu, pada akhirnya kalau kamu berjuang, kamu nggak akan pernah menyesal. Mungkin saja kamu salah. Mungkin saja kamu kalah. Tapi kamu nggak jatuh tanpa perlawanan. Meski kamu bisa saja kecewa dengan hasilnya, kamu nggak akan kecewa dengan prosesnya. Dan itu yang membuat kamu kuat—itu yang membuat kamu berarti." (hlm. 111)

Dari Seaside saya merasa Ziggy ingin menyentil hukum yang kadang begitu mudah dibeli. Kadang hukum begitu mudah mengkhianati kebajikan dan malah memuja uang. Di situlah balas dendam berbicara. Namun sekali Aku mengambil langkah ke dalan rasa dendam yang kelam, nggak ada jaminan untuk kembali. Nggak ada waktu untuk menyesali, selain maju dan menuntaskan semuanya hingga akhir. Dan menanti. Apakah dendam bisa berhenti. Atau justru dendamnya memunculkan rasa dendam yang lain lagi.
Saya sungguh sangat menikmati buku ini, sampai-sampai saya mempertanyakan diri saya sendiri, apa saya diam-diam punya jiwa psikopat? Namun terlepas betapa mengerikannya aksi Aku, keahlian bercerita Ziggylah yang membuat novel ini begitu hidup. Namun saya tetap merekomendasikan novel ini bagi dewasa muda, atau bagi yang kuat membaca adegan pembunuhan.


*******GIVEAWAY TIME*******



1. Peserta adalah warga negara Indonesia atau memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

2. Follow akun twitter @divapress01 dan akun saya @KendengPanali juga like fanpage Penerbit Diva Press

3. Share info giveaway ini dengan hashtag #GASeaside dan jangan lupa memention kedua akun di atas.

4. Boleh banget kalau mau follow blog ini via email, G+ atau GFC yang bisa dilihat di bagian bawah postingan ini. (Optional saja dan nggak memaksa).

5. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar dengan menyebutkan nama | domisili| akun twitter | alamat email. Dan pertanyaannya adalah:

Pernahkah kamu merasa dendam? Apa yang kamu lakukan untuk mengatasinya?

6. Giveaway akan berlangsung selama sepekan dan ditutup pada tanggal 14 November 2016 pukul 23.59 WIB.

7. Pengumuman pemenang akan diumumkan tanggal 15 November 2016, bagi yang belum beruntung bisa mengikuti GA di bloghost selanjutnya: Alvina

8. Jika ada pertanyaan, jangan segan colek saya di akun saya, ya. Good luck :))

******UPDATE******

Haii... sepekan sudah giveaway novel ini berlangsung. Terima kasih yaa untuk para peserta yang luar biasa. Jawaban kalian banyak yang bijak meski ada juga yang lucu. Tapi yang terpenting ternyata teman-teman keren banget karena bisa menyisihkan dendam dan amarah.

So, sekarang saya akan mengumumkan satu nama yang beruntung karena jawabannya saya anggap lumayan kocak, mengimbangi kelamnya novel ini, dan karena mengingatkan saya pada Anon 😉 Dan yang beruntung adalaaaaah....

Dani N.
@dnv22

Selamaaaaat... Saya tunggu data nama dan alamat lengkap kamu lewat dm atau email saya nurinawidiani84(at)gmail(dot)com paling lambat 2 x 24 jam.

Bagi yang belum beruntung jangan sedih yaaa... Karena masih ada dua host lagi yang menyelenggarakan blogtour ini. Dan karena saya masih punya dua giveaway buku unyu di bulan ini.
Keep reading ya, gaeesss 😊😊

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon