Senin, 03 Desember 2018

[Resensi] Aku Radio bagi Mamaku - Abinaya Ghina Jamela

Judul Buku: Aku Radio bagi Mamaku
Penulis: Abinaya Ghina Jamela
Penyunting: Asef Saeful Anwar
Desain Sampul: Andi Susilo & Wien Muldian
Penerbit: Gorga Pituluik
Tahun terbit: Oktober 2018
Tebal buku: 93 halaman
ISBN: 9786025262739



BLURB

Tapi warna-warna krayon itu juga mengingatkanku pada sampah-sampah yang berserakan di jalan raya. Sampah-sampah seperti tak pernah hilang di sepanjang jalan. Ada saja yang bertebaran. Aku juga pernah melihat orang yang membuang bungkus makanan dari mobil mereka. Sehingga aku bingung dengan warna apa tangan-tangan mereka yang membuang sampah itu harus aku warnai. Aku takut akan merusak warna krayonku.

(Aku Suka Bermain dengan Krayonku)


RESENSI

Setelah sebelumnya menulis buku kumpulan puisi, kali ini Abinaya Ghina Jamela menulis sebuah kumpulan cerita pendek berjudul Aku Radio bagi Mamaku. Penulis cilik yang masih berusia 9 tahun ini menulis cerpen-cerpen dalam buku tersebut di saat ia merasa mandeg untuk melanjutkan novelnya. Ketika ia tak mampu memikirkan sesuatu untuk dituliskan dalam novelnya, ia melepaskan "sampah-sampah" pikirannya ke dalam cerpen-cerpen dalam buku ini. Bisa dibilang ini adalah ceracauan Naya yang telah mengendap di benaknya.

Kalian tidak akan menemukan kota ini di peta mana pun. Hanya sebuah kota kecil bernama Sunopa. Tidak ada yang istimewa dari kota ini. Aku pun sekadar ingin menceritakan kisah yang mungkin tidak ingin kalian dengar. Tapi aku akan bercerita dengan jujur. (Hlm. 1)

Benar, Sunopa memang tidak ada di peta mana pun. Namun, Sunopa adalah kota kecil yang kemudian menjadi menarik ketika diceritakan dari sudut pandang seorang anak kecil bernama Alinka. Dengan kekritisannya yang polos, Alinka mengungkapkan betapa lucunya sistem dan tabiat penduduk kota itu. Melalui 10 cerita pendek yang terdapat dalam buku ini, pembaca diajak masuk ke dunia Alinka yang lugas. Bersiaplah karena Alinka tak segan-segan mencurahkan protesnya akan hal-hal aneh yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Dan ia sungguh-sungguh jujur tentang apa yang dirasakannya.

Anak-anak dilarang masuk ke perpustakaan jika bukan jadwalnya. Aku menceritakannya pada Mama. Anak Untuk Pemula hanya boleh berkunjung satu kali dalam seminggu. Anak Untuk Pemula tidak boleh meminjam buku. Itu hal bodoh, menurutku.
"Tidak semua anak Untuk Pemula bisa membaca," jawab Mama.
"Tapi seharusnya kami boleh masuk ke perpustakaan setiap hari!" (Perpustakaan Sekolah yang Membuatku Bersin - hlm. 19-20).

Cerpen berjudul Aku Bosan dengan Menu Bekalku menjadi cerita pembuka yang sangat menarik karena dengan piawainya Abinaya membuat pembaca pun ikut terlarut dalam rasa penasaran tentang menu bekal Alinka bahkan hingga akhir cerita. Dalam cerpen Hukuman dari Mama juga terlihat betapa terampilnya Abinaya mengolah ide dalam kepalanya. Ia menjadikan dirinya sendiri sebagai tokoh cerita di dalam dunia Alinka. Ketika Alinka dihukum menulis sebuah cerita, ia membuat kisah tentang seorang gadis kecil bernama Naya dan monster tembok.
Jika cerita tentang monster tembok saja sudah terasa menegangkan saat dibaca, cerpen Permainan yang Membuat Aku Deg-degan benar-benar membuat pembaca berdebar-debar karena terbawa imajinasi Abinaya... Atau mungkin itu sebenarnya hanya imajinasi Alinka saja. Apapun itu, bagi saya ini adalah cerpen penutup terbaik. Penutup yang sempurna karena membuat saya merasa "lapar" sekaligus puas dalam waktu bersamaan.

Kesepuluh cerita pendek yang ditulis oleh Abinaya mengalir dengan ringan namun sarat kritik sosial sesuai dari sudut pandang anak-anak. Kehidupan keseharian seorang anak yang sederhana ternyata bisa disajikan dengan penuh bobot. Sosok Alinka banyak menceritakan tentang teman-teman sekolahnya, keluarganya, hobinya, penulis dan buku-buku yang dibacanya, juga imajinasinya. Terlebih harus diakui kepiawaian Abinaya menulis metafora membuat cerita-cerita dalam buku ini menjadi lebih hidup.

Aku berbalik dan melihat seorang perempuan berambut merah, dengan lipstik merah, dengan baju merah, dengan celana merah, dengan sepatu merah, berdiri di hadapanku. Dia wanita yang sangat kurus, seperti pensil berwarna merah. Wajahnya menampakkan marah. Dia mamanya Bose. Dan, ahh! aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. (Benarkah Anak Perempuan Manja? - hlm. 41).

Aku Radio bagi Mamaku menjadi sebuah kumpulan cerpen yang memberi warna tersendiri bagi sastra anak di Indonesia. Buku ini membawa harapan akan berkembangnya tema bacaan yang bisa dibaca anak-anak usia sekolah dasar. Karena terus terang, sebagai orang tua, saya cukup kesulitan mencari buku yang pas untuk dibaca oleh anak seusia dan dengan jenis kelamin sesuai anak saya. Pada akhirnya, kumcer ini membuat saya semakin tak sabar menunggu terbitnya novel Abinaya.

Senin, 26 November 2018

[Review & Giveaway] Basirah - Yetti A.K.A

Judul buku: Basirah
Penulis: Yetti A.K.A
Penyunting: Misni Parjiati
Tata sampul: Sukutangan
Penerbit: Diva Press
Tahun terbit: Oktober 2018
Tebal buku: 184 halaman
ISBN: 978-602-391-625-2



BLURB

Langit berwarna merah pekat.
Seorang perempuan orang tua tunggal
membaca pertanda alam lewat kartu tarot.
Seekor anjing raksasa mati dibunuh dengan cara mengenaskan.
Seorang perempuan tua yang lebih suka bercakap-cakap dengan arwah anak dan suaminya.
Anak gadis berjiwa dewasa terperangkap dalam kekeliruan.

Di Kota Basirah ini semua hal tidak masuk akal bisa terjadi. Mungkin, sesuai arti namanya, kota ini menunjukkan inti perasaan terdalam penghuninya, yang tak selalu seputih kapas, tapi juga sehitam malam.

RESENSI

Sebagai pengagum cerpen-cerpen koran Yetti A.K.A, memang baru kali inilah saya membaca utuh karya novelnya. Bagi saya Yetti A.K.A adalah penulis perempuan yang punya tempat di hati saya melalui kisah-kisahnya. Saya selalu suka dengan dunia yang dibangun Yetti A.K.A yang membuat saya kadang tenggelam dan terpesona.
Demikian pula dengan Basirah, sebuah kota kecil yang magis, di mana kisah-kisah "aneh" bersemayam. Di sanalah tinggal seorang gadis kecil berusia 8 tahun yang di kepalanya begitu penuh dengan pemikiran-pemikiran. Begitu riuhnya isi kepala Imi, demikian nama gadis mungil ini, dalam menghadapi kejadian demi kejadian di kehidupannya.

Imi menjadi sentral cerita dalam Basirah. Bagaimana ia menjalani kehidupan bersama mamanya, seorang single parent yang kabur dari masa lalunya dan memilih berdiam di Basirah. Imi banyak bercerita tentang hubungannya dengan Mama, perasaannya akan Mama, juga kritik-kritiknya terhadap sikap Mama.
Selain mereka berdua, masih ada Bolok, seekor anjing raksasa yang menjadi bagian keluarga mereka. Mereka hidup baik-baik saja bertiga, hingga hal tragis menimpa Bolok.
Ada juga Nenek Wu, seorang nenek tua yang tinggal di sebuah pondok dan tak mau berbicara dengan siapa pun kecuali roh-roh suami dan anak-anaknya. Hanya Imi yang berani mendekati Nenek Wu dan berteman dengannya. Imi seolah bisa memahami perempuan tua itu.
Rupanya sosok Nenek Wu merupakan tokoh tak kalah penting dalam kisah ini karena ia mendapat porsi untuk bercerita. Nenek Wu adalah kunci yang menjawab mengapa Imi sedemikian istimewa. Siapa Imi sebenarnya? Apa kaitan Imi dengan seorang anak perempuan yang telah mati bunuh diri hampir seabad lalu?

Aliran kisah menjadi tak terduga, membawa saya menebak-nebak apa yang terjadi, apa yang menimpa mereka, apa alasannya. Persis seperti yang dirasakan Imi. Saya seperti terseret dan terperangkap dalam pemikiran polos Imi. Bagaimana ia bercerita dengan tuturan khas anak kecil. Melompat ke sana dan kemari. Menceritakan apa yang menurutnya menarik dan tiba-tiba membelokkan cerita itu ke cerita lainnya. Saya benar-benar merasa seperti sedang mendengarkan seorang anak yang berbicara.

Semakin ke belakang, benang merah cerita ini semakin tampak. Timeline ceritanya yang jelas membuat saya tidak merasa kebingungan mengaitkan kisah seratus tahun lalu dengan kisah masa kini. Semakin menarik mengikuti kelamnya kehidupan yang dijalani para wanita dalam cerita ini. Nenek Wu dan tragedi bertubi yang menimpa dan menempanya, Mama yang harus berjuang sendiri, serta Imi yang berusaha tabah dan mandiri sebagai anak dari orang tua tunggal. Meski begitu, jawaban misteri hilangnya Imi jauh dari ekspektasi saya. Mungkin itu karena saya sudah merasa dijejali kejanggalan-kejanggalan dari sudut pandang Imi sebagai bocah. Saya terlanjur percaya pada pikiran kanak-kanak Imi, dan mempercayai bahwa mama sangat memahami Imi. Hahaha~

Yah, Basirah memang kisah yang ajaib, yang membuat kita menyadari betapa kuatnya wanita walau jalan hidupnya berdarah-darah dan menanggung luka batin. Namun, sebagai seorang ibu saya lebih ingin menggarisbawahi fakta ini: bagaimana pun dibalik senyum seorang anak, tersimpan perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran yang ia sembunyikan dari orang dewasa. Apa pun itu, ia memilih untuk menyimpannya sendiri. Saya menyadari walau Imi terkesan begitu dewasa jauh dari usianya, tetap saja ada jiwa kanak-kanak yang harus dipenuhi haknya oleh orang dewasa di sekitarnya. Basirah merupakan sebuah cerita menarik tentang anak perempuan yang memeluk ketidakbahagiaannya sendirian, dan berusaha menampakkan diri sebagai anak manis hadiah terbaik dalam hidup mamanya.


*********** GIVEAWAY TIME ************

Haiiii.... bagaimana, sudah membaca review saya tentang Basirah? Seru kaaan~?
Nah kali ini saya punya satu eksemplar novel Basirah bagi kamu yang beruntung. Caranya mudah saja kok:

1. Kamu adalah warga negara Indonesia dan memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

2. Follow akun divapress di twitter (@diva_fiction) atau akun IG @fiksi.divapress juga akun saya @kendengpanali 

3. Share review dan giveaway ini di akunmu (twitter/IG/IG story) dan jangan lupa tag akun kami

4. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar dengan menyertakan nama, akun medsos kamu, dan link share :

Pernahkah kamu pura-pura bahagia di depan orang tuamu? Kapankah itu?

5. Jawaban ditunggu sampai tanggal 30 November 2018 pukul 23.59 WIB.

6. Yang terakhir jangan segan colek saya jika masih ada pertanyaan. Good luck :)

**** UPDATE ****

Terima kasih untuk para peserta giveaway yang sudah mau berbagi tentang kebahagiaan kalian. Aku doakan semoga kalian selalu berbahagia tanpa perlu berpura-pura.

Akhirnya saya harus memilih satu jawaban sebagai pemenang dan.. yang beruntung adalaaaaaahh....
Selamat kepada:

Dini
@redddddn

Selamat kamu beruntung mendapatkan satu novel Basirah. Kirim data diri kamu selengkapnya melalui DM atau email nurinawidiani84(at)gmail(dot)com. Jika dalam kurun waktu 2 x 24 jam pemenang belum menghubungi saya, maka saya akan memilih pemenang pengganti.

Sekali lagi terima kasih kepada para peserta yang telah berpartisipasi, jangan sedih dan nantikan giveaway-giveaway berikutnya ;)


Kamis, 08 November 2018

[Blogtour & Giveaway] Tapak Setan - Haditha

Judul buku: Tapak Setan
Penulis: Haditha
Penyunting: Dion Rahman
Penata Letak: Divia Permatasari
Ilustrasi Isi: Haditha
Desainer Sampul: Dedy Koerniawan Susanto
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2018
Tebal buku: 217 halaman
ISBN: 978-602-04-7989-7



BLURB

Ada tidak sih cara menghukum orang yang tingkahnya kayak setan kalau tidak dengan cara yang lebih setan lagi?

Aku, Atarjoe, setiap pagi bangun dengan tangan berlumuran darah dan berbau bangkai. Coba bayangkan kalau harimu diawali dengan itu. Setiap hari aku harus berkutat dengan rutinitas macam itu. Menjijikkan. Lama-lama kuketahui, ada setan yang memperalat tanganku untuk berburu mangsa darah. Enak saja, ini tanganku, aku tak sudi dipakai seperti itu. Maka aku rebut balik kendali atas tanganku. Dari setan itu aku tahu tanganku mampu menyedot setan-setan lain untuk kemudian dipakai sebagai senjata.

Hidupku ini dipenuhi orang celaka yang membuat orang-orang sengsara. Melalui tapak setan ini aku menyalurkan dendam orang-orang yang tak bisa melawan itu. Kugantikan tugas si setan. Aku berburu orang-orang laknat yang bikin banyak orang susah. Tinggal kuraup muka mereka dan mereka akan kerasukan setan seumur hidup, dan setiap hari mereka akan melukai diri sendiri, tanpa bisa mati. Pembalasan yang memuaskan, bukan?

RESENSI

Ini adalah pengalaman kedua saya membaca karya Haditha, sebuah pengalaman yang berbeda walau masih bercerita tentang dunia yang sama. Tapak Setan memang begitu berbeda dengan Karung Nyawa, terutama dari segi emosi dan suasana yang disuguhkan dalam ceritanya.

Coba aku tanya, kalian pernah bangun tidur lalu melihat tangan kalian bersimbah darah?
Pernah? Tidak?
Aku setiap hari! (hlm. 2)

Semula Atarjoe hanyalah seorang pemuda belasan tahun yang tinggal di kawasan kumuh dan harus menghadapi kehidupan yang pahit. Ia dikuasai kemarahan karena melihat ibunya yang bekerja sebagai pelacur sering dimanfaatkan terutama oleh seseorang yang disebutnya sebagai Si Bangsat. Hingga ia mendapati setiap pagi saat terbangun tangannya selalu bersimbah darah dan berbau bangkai. Itulah pembuka jalan bagi Atarjoe untuk melampiaskan kemarahan dan dendamnya.

Membaca Tapak Setan membuat saya jadi sering merinding. Bagaimana tidak, kehidupan Atarjoe yang tragis dari satu kehilangan ke kehilangan yang lain membuat buku ini terasa emosional. Sedikit demi sedikit, dari hari ke hari, Atarjoe dibimbing oleh Setan Bocel untuk mengumpulkan amarahnya. Ketika amarah itu telah terkumpul, pelepasannya sungguh mengerikan. Namun puaskah Atarjoe?
Yang menarik adalah, setelah mengetahui fungsi dari telapak tangannya, Atarjoe memilih untuk berburu setan-setan baru dan menggunakannya untuk menghukum orang-orang yang dianggapnya telah melakukan dosa. Beragam setan pun bermunculan, bahkan jenis-jenis yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Selain Setan Bocel ada Setan Cebol, Tuyul Dubur, dan yang paling mengerikan yaitu Setan Klobot.
Semua setan ini memiliki keistimewaan dan tingkat kengerian masing-masing. Ada yang menjijikkan, ada yang mesum, tapi ada juga yang pendiam.

Fokus novel ini memang amarah dan dendam. Ceritanya penuh dengan kematian dan darah. Kematian yang membuat trenyuh, yang membuat bergidik, dan juga kematian yang memuaskan. Bagaimana seseorang berusaha menyembuhkan kesedihan dan lukanya dengan melampiaskannya kepada orang-orang penuh dosa. Walau Atarjoe beberapa kali menyebut dirinya sebagai bos para setan, saya merasa bias siapa yang menjadi budak siapa. Kemarahan Atarjoe di sisi lain membuatnya menjadi sesuatu yang lebih mengerikan dari setan.
Saya menemukan beberapa sentilan yang cukup mengena pada situasi lingkungan kita saat ini. Orang-orang mementingkan diri sendiri, memuja orang yang salah, main keroyokan... pada akhirnya orang-orang sok suci justru memiliki dosa juga melalui tangan orang lain. Maka di situlah Atarjoe nuncul untuk membasmi mereka.

Gaya bahasa yang digunakan Haditha dalam novel ini pun begitu kelam. Sadis dan bikin mual kalau saya boleh bilang. Saya bisa merasakan kebrutalan dalam diri Atarjoe melalui cerita yang keseluruhannya berupa narasi ini. Namun rasa penasaranlah yang membuat saya tak bisa berhenti membaca novel ini. Selain petualangan Tapak Setan begitu mendebarkan, ada misteri dibaliknya yang membuat saya terus terseret dalam alurnya. Kemana semua ini akan berujung? Bagaimana nasib Atarjoe nantinya? Apakah Tapak Setan itu sebenarnya?
Semua pertanyaan saya itu terjawab dengan klimaks yang luar biasa mencengangkan. Ah... saya rasa semua ini belumlah berakhir.

Tentu saja bagi kalian yang menyukai cerita horor dan terbiasa dengan hal-hal tragis dan sadis, saya merekomendasikan novel ini. Walau ada beberapa bagian yang membuat saya mual membacanya tapi karena jalan ceritanya yang seru, saya anggap novel ini layak untuk dibaca.

********** GIVEAWAY **********


Ada satu novel Tapak Setan yang bisa kalian dapatkan melalui blogtour kali ini. Kalian hanya perlu melakukan photo challenge yang tata caranya bisa disimak di akun instagram saya @kendengpanali πŸ€—
Buruan ya karena photo challenge ini hanya berlangsung tiga hari saja dari tanggal 8 - 10 November 2018. Ditunggu yaa partisipasinya :)

Kamis, 13 September 2018

[Resensi] Sayap Besi vol. 1 - Anggaditya Putra & Ikhromi Oktafiandi | E for Erlan

Judul buku: Sayap Besi vol. 1
Penulis: Anggaditya Putra & Ikhromi Oktafiandi
Penyunting: Juliagar R. N.
Desainer cover: Budi Setiawan
Ilustrator: Kresnha Adhitya Zulkarnaen
Penerbit: Mediakita
Tahun terbit: 2017
Tebal buku: 154 halaman
ISBN: 978-979-794-538-1



BLURB

"Lo tahu ada berapa belokan dari sekolah kita sampe saat ini?" tanya Erlan sambil menatap langit-langit bus. Mansa agak terkejut dengan pertanyaan Erlan yang agak di luar konteks. Mansa pun mengubah posisi duduknya.
"Well, jawabannya adalah dua. Belokan ke kiri dan ke kanan." Mansa mengambil kacamata yang disimpannya di saku depan baju. Rasa kantuk yang tadi dirasakannya sudah menghilang.
"Kurang tepat."
"Lha, ya terus apa?"
"Bukan apa, tapi berapa, Mansa." Erlan menatap Mansa serius.
"Lima puluh tujuh belokan sudah kita lalui. Tiga puluh tiga belokan ke kanan, dan dua puluh empat belokan ke kiri."
"Ahaha, gila lo, Lan." Mansa mencoba tertawa, menganggap itu adalah upaya Erlan untuk melucu. Namun, ternyata wajah Erlan tetap datar. "Eh, serius?" Raut wajah Mansa segera berubah. Ia membuka laptopnya. "Duh, sayang kita di daerah yang gak ada sinyal. Gue harus itung manual dari digital map yang ada."
"Iya, coba aja, tapi kalo sekarang udah 58, Man," ujar Erlan.
-------------------------------------------------------
Dalam perjalanan karyawisata, Erlan, si anak baru di sekolah Bibit Bangsa, bertemu dengan Mansa, si jago komputer. Pertemuan itu sekaligus memulai jalinan persahabatan antara Erlan, Mansa, Cinta, dan Clara. Bersama-sama, mereka bekerja sama memecahkan misteri di sekitar mereka, sekaligus juga saling menyembuhkan satu sama lain.

Buku volume pertama dari sebuah webseries yang bercerita tentang misteri dan persahabatan, dengan tambahan cerita bonus yang belum pernah dipublikasikan.


RESENSI

"Bukan, Man. Itu yang otak gue lakukan secara otomatis. Lapar akan informasi. Memprosesnya adalah kenikmatan buatnya. Ya, buat gue juga." - Erlan (hlm. 23)

Bagaimana rasanya kalau kita punya detektif SMA yang gak kalah hebat dari Shinichi Kudo? Seorang remaja yang bukan hanya ahli menganalisa, tapi juga mampu merekam jejak informasi ke dalam otaknya dengan begitu mendetail. Yap itulah Erlangga Quantum Putra, alias Erlan, sang tokoh yang ahli memecahkan misteri dalam novel Sayap Besi.

Novel tipis berjumlah 154 halaman ini terbagi dalam tiga kasus besar, setelah sebelumnya dibuka dengan "pemanasan" kecil berupa analisa Erlan di hadapan guru dan teman sekelasnya tentang peluang. Sebuah awal yang cukup rapi sebagai pembuka jalan bagi Erlan untuk bisa bertemu teman-teman setimnya; Mansa dan Cinta.
Kasus pertama yang harus dihadapi Erlan, Mansa dan Cinta sungguh sangat mendebarkan untuk dibaca. Sebuah perjalanan karyawisata yang berujung maut. Bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan hingga terbalik 90° dan terkubur tanah bercampur lumpur yang longsor akibat derasnya hujan. Di sinilah ketrampilan dan kecepatan berpikir Erlan diuji. Ia berlomba dengan waktu untuk bisa menyelamatkan seluruh penumpang, atau mereka akan mati kehabisan udara.

Kasus yang kedua adalah menghilangnya kucing kesayangan kepala sekolah. Kasus yang awalnya seolah sepele tapi membawa mereka pada kejahatan besar yang sedang menunggu mereka. Pada kasus ini muncullah Clara yang akhirnya ikut bergabung dengan Erlan, Mansa, dan Cinta untuk memecahkan misteri dan kemudian membentuk sebuah klub ekskul.
Sayangnya ruangan yang disediakan untuk klub mereka adalah ruangan lama tak terpakai yang berhantu. Lagi-lagi, keempat siswa-siswi dengan kemampuan luar biasa ini kembali diuji untuk menyingkap misteri yang mencengangkan.

Sebagai sebuah novel misteri-detektif, Sayap Besi volume 1 ini dikemas dengan apik. Penokohannya kuat dan konstan. Walau terus terang saya tetap saja berpikir bahwa Erlan mirip dengan Shinichi dari segi kemampuan analisanya, Mansa mirip dengan Profesor Agassa yang pintar mengutak-atik komputer, Cinta mirip dengan Ran yang ahli beladiri dan kekuatannya luarrrrr biasa, sementara Clara yang sinis itu mirip dengan Haibara. Ya walau tentu saja di dalam novel ini Erlan lebih hebat karena mampu mempraktekkan tindakan darurat hanya karena pernah menontonnya di acara Gray's Anatomi!!! Saya sempat merasa speechless saat membacanya.
Selain Erlan, ada Mansa yang juga menjadi tokoh dengan kemampuan luar biasa karena mampu membobol web manapun. Ia yang bertugas untuk mencari data bahkan dari situs yang paling sulit dibobol sekalipun. Cool hacker. Ada pula Cinta yang mampu menguasai beberapa seni beladiri dan memiliki kekuatan dasyhat. Beberapa kali tekniknya berhasil menyelamatkan teman-temannya. Clara menjadi tokoh yang teoritis dan pemberani walau terkadang sinis. Tentunya perbedaan karakter mereka berempat ini menjadi bumbu yang manis dan terkadang menghibur dalam persahabatan mereka.

Selain kekuatan tokohnya novel ini juga cukup rapi dan enak dibaca. Timeline-nya jelas, settingnya cukup mendetail. Informasinya nggak berlebihan. Narasi, deskripsi dan dialog disajikan dengan seimbang. Percakapan antar tokohnya luwes dan nyambung, kecuali untuk bagian Bu Anjali yang terasa sedikit maksa untuk terlihat sebagai guru badass.  

Kini saya tiba di bagian terbaik. Penutup yang manis. Sebuah kilas peristiwa dimana Erlan mengenang kembali kejadian sebelum ia dipindahkan ke sekolah Bibit Bangsa. Anak yang istimewa yang sering dianggap sebagai sumber masalah, yang tak bisa diterima di manapun, akhirnya dipertemukan dengan kawan-kawan yang istimewa juga. Satu momen yang menurut saya manis dan membuat saya ingin melanjutkan petualangan mereka berempat di Sayap Besi vol 2.

Overall, Sayap Besi adalah sebuah novel remaja yang kental dengan misteri yang seru dan persahabatan yang manis. Saya sangat merekomendasikan novel ini buat kalian para pencinta kisah misteri-detektif. 

Rabu, 08 Agustus 2018

[Resensi] Diajeng - Netty Virgiantini | Camilan dan Cinta Segitiga

Judul buku: Diajeng - Camilan, Gembolan, dan Cinta yang Belingsatan
Penulis: Netty Virgiantini
Editor: Wiwien Wintarto
Desain sampul: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2018
Tebal buku: 264 halaman
ISBN: 9786020380810



BLURB

Di tengah semangatnya merintis usaha Cenil Snack untuk membiayai kuliah, Diajeng tertipu oleh Angga, seorang sales yang mengajaknya bekerja sama. Dengan harapan bisa memperoleh keuntungan lebih besar, ia mempertaruhkan seluruh tabungan yang dimilikinya. Cobaan bertambah ketika dagangan yang dititipkannya di sebuah minimarket ludes dalam musibah kebakaran.

Dalam keadaan terpuruknya, Ardi, laki-laki matang yang berprofesi sebagai guru SD, melamarnya dan menawarkan banyak solusi untuk masalahnya. Diajeng terbelit dalam kebimbangan karena diam-diam ia juga menyukai Aslan Satriawan, mantan teman sekolahnya yang sudah didekati oleh sahabatnya sendiri. Seperti sebuah nasihat, setelah kesusahan pasti ada kemudahan, ia pun kemudian mendapat kejutan tak terduga dalam hidupnya. 

RESENSI

Satu hal yang saya suka dari novel-novel karya Netty Virgiantini adalah karakter tokoh ceweknya yang tangguh, glenyengan, rada konyol, dan sederhana. Sedemikian halnya dengan Diajeng, tokoh utama dalam novel Diajeng - Camilan, Gembolan, dan Cinta yang Belingsatan. Sebuah novel yang termasuk dalam Gemblongers Series, yaitu serial di mana masing-masing novel menceritakan tentang para anggota geng Gemblongers yang ditulis oleh empat penulis yang berbeda. Anggota Gemblongers sendiri terdiri dari empat cucu perempuan Mbah Atmosukarto, seorang kakek yang masih gagah dan suka melemparkan pantun geje alias gak jelas kepada cucu-cucunya. Seru kan?

Diajeng sedari awal ditampilkan dengan menonjolkan sikap pekerja keras dan cuek. Tanpa rasa malu dia berkeliling kota Semarang dari satu warung ke warung yang lain untuk menitipkan dagangan cemilannya. Dari hasil keringatnya sendiri, dia berusaha membiayai kuliahnya di Universitas Terbuka. Selain itu Diajeng juga begitu lugu dalam hal menyikapi perasaannya. Dia mundur dan diam saat tahu Arina juga menyukai Aslan. Bahkan saat Ardi melakukan pendekatan padanya, Diajeng jadi belingsatan saking bingungnya. Keluguan Diajeng pula yang membuatnya tertipu oleh teman sesama sales. Jelas, konflik batinnya semakin memuncak karena harus memikirkan uang tabungannya yang ludes.

Gaya bercerita Netty Virgiantini yang khas sangat terasa dalam novel ini. Kekonyolan dihadirkan dalam profil keluarga Diajeng, melalui sifat Bapak dan Ibu Diajeng yang drama abis. Belum lagi adanya Mbah Atmosukarto yang sangatlah geje itu, yang suka melemparkan pantun ajaib pada cucu-cucunya. Keunikan keluarga Diajeng ini yang bikin saya sebagai pembaca merasa terhibur karena rada-rada absurd. Tapi begitulah keluarga, bukan? Seaneh dan seabsurd apa pun, merekalah selimut hangat yang paling mampu memeluk dan meredakan kegelisahan kita. Begitupun keluarga Diajeng.
Kemudian muncullah dua pria yang bisa membuat Diajeng belingsatan, yang satu karena rasa cinta terpendam yang satu karena rasa segan dan hormat. Aslan yang pendiam dengan sikapnya yang membingungkan itu rasanya bikin gemas. Membuat saya bertanya-tanya akan bagaimana akhir kisah cinta segitiga ini. Sementara Ardi yang dewasa memang sedikit "menyeramkan" dengan keinginannya untuk membuat hubungan yang lebih serius lagi. Bikin grogi dan belingsatan.

Novel Diajeng mengambil latar kota Semarang sebagai sentra ceritanya. Netty Virgiantini sangat cermat dalam menggambarkan kota ini lengkap dengan cuacanya yang puanaaasss. Setiap nama tempat, nama jalan dan rute yang dilalui Diajeng tentulah mampu membangkitkan nostalgia akan kota ini. Membuat saya sebagai pembaca benar-benar merasakan atmosfer dan suasana kota Semarang.

Saya pikir saya begitu tertarik dengan isu pernikahan yang ada dalam novel ini. Beberapa pertanyaan selalu ditujukan kepada perempuan selepas kami lulus SMA: kenapa tidak menikah saja?
Diajeng pun mendapat tawaran untuk menikah di tengah keruwetan masalahnya. Begitu tipisnya garis godaan itu untuk dilangkahi. Seandainya ia menikah, ia tak perlu pusing memikirkan biaya kuliah, tak perlu berpanas-panas ria di jalanan kota Semarang demi mengantar cemilan, masa depannya bisa lebih jelas. Namun benarkah nilai perempuan hanya cukup sampai di situ? Benarkah pernikahan adalah sebuah solusi? Saya merasa harap-harap cemas membaca Diajeng yang sedang mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Karena saya tak ingin Diajeng berhenti berjuang, saya tak ingin Diajeng menyerah. Karena menjadi istri ataupun tidak, perempuan harus tetap bisa berdiri sendiri.

Ini adalah kisah tentang gadis tangguh yang dengan gagah berani berjuang demi masa depannya sendiri. Siapa sangka jika ia merasa minder dan tak berani jujur akan perasaannya. Tentu sangat menarik untuk mengikuti perjuangannya dalam mengembangkan usaha cemilan dan berusaha percaya diri meraih lelaki yang dicintainya. Ringan, gayeng, tapi juga bikin mewek... benar-benar seru buat dibaca.

Sabtu, 19 Mei 2018

[Resensi & Giveaway] Karung Nyawa - Haditha

Judul buku: Karung Nyawa
Penulis: Haditha
Penyunting: MB Winata
Penyelaras Aksara: Nomena Hutahuruk
Desainer sampul: Haditha
Penyelaras desain sampul: Raden Monic
Penerbit: Bukune
Tahun terbit: Maret 2018
Tebal buku: 220 halaman
ISBN: 978-602-220-265-3



BLURB

Johan Oman, Pemilik Konter Pulsa
Ah, kejadian lagi, padahal belum juga hilang ingatanku akan kejadian mengerikan itu! Udahlah, tutup konter saja!

Janet Masayu, Pemandu Karaoke
Pacarku memang benar-benar trauma akan kejadian itu. Sekarang dia nggak mau keluar sama sekali dari konter pulsa kecilnya. Harus bagaimana ya kalau sudah begini...

Zan Zabil Tom Tomi, Penjaga Warnet
Menarik! Polisi saja tidak sanggup memecahkan misteri ini.
Sepertinya sudah perlu detektif partikelir yang lama nganggur ini turun tangan.

Tarom Gawat, Cucu Dukun
Gawat... gawat... GAWAT!

Empat pemuda bekerja sama menyelidiki kasus ganjil yang menggegerkan desa. Mereka tidak pernah menyangka akan berada di ranah klenik nan mistik yang membuka rahasia masa lalu kelam Purwosari.
Bukan hanya soal pesugihan dengan tumbal, tapi jauh lebih mengerikan lagi, perihal legenda Toklu--Pemulung pemburu kepala manusia yang mungkin benar adanya.

Kini mereka harus menghadapi tantangan terbesar ketika mendapati bahwa pemburu dan mangsa terakhir dari semua ini lebih dekat dari yang mereka kira.

RESENSI

Saya paling suka dengan cerita yang berbau misteri-misterian, bagaimana satu kasus bisa membawa kita ke berbagai macam fakta yang mengejutkan. Namun, kalau misteri itu ada aroma kleniknya saya nggak yakin, karena kalau dalam istilah jawa, saya ini mudah tom-tomen. Saya gampang ketonto, tiap kali mengalami satu kejadian, atau baca buku yang terlalu dihayati, atau bahkan hanya mendengar percakapan orang lain yang merasuk ke pikiran saya, pasti malamnya bakal saya mimpikan. Itu sebabnya baca Karung Nyawa karya Haditha ini beneran ngeri-ngeri sedap.

Dari awal bab saja, Karung Nyawa sudah bikin geger. Saya diajak melihat Johan Oman, yang saat itu baru berusia dua belas tahun, bertaruh nyawa melawan arus sungai dengan berpegangan pada sesosok mayat tanpa kepala. ASTAGA GAWAT!!!
Bisa dibayangkan kengerian yang dialaminya dan bagaimana hal itu kemudian membuatnya trauma. Kasihan, ganteng-ganteng tapi yang ngedatengin tiap malam adalah sesosok mayat tanpa kepala. Tentunya tak mudah menghilangkan rasa traumanya.

Rupanya kegegeran itu masih belum usai. Tujuh tahun kemudian, kejadian munculnya mayat wanita tanpa kepala kembali terulang. Kali ini Zan Zabil Tom Tomi alias Jabil, merasa terpanggil untuk menyelidiki dan mengungkap kejadian misterius itu. Ia membujuk Johan Oman, yang kembali mengurung diri karena dilanda trauma, untuk bergabung. Atas bujukan kekasihnya, Janet Masayu, Oman pun akhirnya mau bergabung. Ketika penyelidikan awal Jabil membawanya ke ranah klenik, Jabil pun meminta bantuan Tarom Gawat, seorang pemuda yang mendapat anugerah ganjil yang berhubungan dengan makhluk halus. Berempat mereka berusaha mengusut isu-isu mistis yang berkelindan di desa mereka.

Mengikuti petualangan mereka berempat sungguh membuat jantung saya nggak karuan. Untungnya Haditha memiliki kepekaan yang bagus untuk menyelipkan beberapa lelucon di saat yang tepat. Paling tidak itu membantu saya yang penakut ini untuk terus membuka lembaran kisahnya.
Settingnya juga terbangun dengan kuat karena penyebutan tempat-tempat yang spesifik dan pengaruh dialek lokal yang digunakan para tokohnya. Hal ini membuat suasananya terasa cair dan dekat dengan keseharian saya. Membuat saya terikat makin erat dengan alur kisahnya.

Dari keempat tokoh utama ini, mereka begitu mudah untuk disukai. Terutama Jabil yang terasa kedewasaannya, juga Tarom yang ganjil dan misterius. Walau saya bakal mikir sejuta kali kalau punya pacar kayak Tarom. Hih gawat! πŸ˜‘
Pengkarakteran mereka begitu kuat dan konsisten, mewujud bukan hanya dari gaya bicara, tingkah laku tapi juga gerak-gerik yang berciri khas. Semua memiliki porsi peranan yang pas dan menjadi magnet tersendiri bagi pembaca.

Yang menjadi menarik adalah, munculnya legenda-legenda mistis yang pernah saya dengar di masa kecil. Tentang Toklu yang begitu akrab dengan ketakutan saya semasa kecil (ya, saya dulu ketakutan banget sama pemulung yang bawa karung), juga munculnya cerita-cerita pesugihan yang dilakukan beberapa orang yang mewarnai perjalanan Jabil memburu kebenaran. Kisah-kisah mistis ini walau menakutkan, tapi dihadirkan dengan rapi oleh Haditha. Membuat saya ikut penasaran juga, tapi ogah kalau diajak Jabil ketemu langsung sama para jinnya. 😭😭😭

Well, saya memang takut. Terus terang saya kancilen sampai pukul satu pagi setelah baca buku ini. Tapiiii... saya nggak menyesal dan malah ketagihan. Tetap saja rasanya seru membuntuti Jabil dan Tarom mengusut hal-hal mistis ini. Hmm~ apalagi ada satu petuah penting yang saya dapatkan dari buku ini:

Ada horor yang datangnya selain dari makhluk gaib, itulah rayuan utang. (hlm. 120)

Huhuu~ tepat sekali πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜­πŸ˜­

****** GIVEAWAY TIME ******



Nah para unyureaders tersayang, terima kasih sudah membaca ulasan saya tentang Karung Nyawa. Kini saatnya saya mau bagi-bagi buku "misterius" persembahan Haditha dan Bukune. Siapa yang mauuu???

Caranya mudah kok:

1. Peserta berdomisili atau memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

2. Follow akun-akun twitter @hahahaditha @bukune dan @KendengPanali. Jika tidak ada Twitter silakan bisa  like FB page Fiksi Klenik atau bisa juga follow IG @haditha_m @bukune dan @kendengpanali.

3. Jangan lupa share/repost info giveaway ini di akun twitter/IG kalian dengan memention ketiga akun di atas.

4. Follow blog ini bisa melalui email, G+ atau GFC (opsional saja bila dirasa blog ini berguna bagi kalian 😘)

5. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar dengan menyertakan
Nama | akun twitter/IG | jawaban

Kalau kalian memiliki bakat istimewa untuk melihat makhluk halus seperti Tarom, apa yang akan kalian lakukan?

6. Giveaway dibuka mulai hari ini dan akan ditutup pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 23.59 WIB.

7. Jika masih ada pertanyaan, jangan segan untuk colek-colek akun saya. Good luck πŸ˜‰

Kamis, 17 Mei 2018

[Resensi] Topi Hamdan - Auni Fa | Buah Kesabaran Hamdan

Judul buku: Topi Hamdan
Penulis: Auni Fa
Editor: Iswan Heriadjie
Desain sampul dan isi: Prasetyo
Penerbit: Metamind
Tahun terbit: November 2017
Tebal buku: 346 halaman
ISBN: 978-602-9251-40-1



BLURB

Inilah kisah tentang Hamdan, laki-laki sederhana yang berulang kali dihantam prahara.
Kehidupannya kacau ketika sang ibu meninggal. Mulai putus sekolah, sampai dipaksa bekerja untuk
menghidupi ayah serta adik tiri yang pendengki dan berkelakuan buruk. Menjelang dewasa, masalah tak
kunjung pergi dari hidupnya. Sebuah fitnah besar akhirnya menggiring Hamdan ke balik terali besi.
Ia jatuh, terpuruk, nyaris tak kuat menahan perih hidup. Namun, suatu ketika ia teringat akan
dongeng-dongeng ibunya. Dongeng yang diceritakan semasa ia kecil, ternyata menyimpan
kebijaksanaan dan kekuatan dalam setiap kisahnya. Dongeng itu mampu membangkitkan lagi keteguhan
hati Hamdan yang hampir tenggelam.
Di sini, akan Anda temukan bentuk cinta kasih ibu dan caranya memberi pelajaran hidup kepada
sang anak melalui dongeng-dongeng yang menakjubkan. Genggam buku ini dan temukan hikmah yang
tersembunyi dari setiap lembarannya. 

RESENSI

Topi Hamdan adalah sebuah kisah kesabaran yang paling bikin saya ngelus dada berulang-ulang. Bisa dibilang Auni Fa cukup 'kejam' dalam merangkai kisah hidup Hamdan. Kejadian-kejadian yang menguji Hamdan sungguhlah sangat luar biasa, membuat saya lumayan gregetan karena Hamdan tak benar-benar berusaha melawan. Saya juga sempat bertanya-tanya bagaimana mungkin tak ada kebaikan sekecil pun dari orang-orang di sekitarnya.

Sumber kebahagiaan dan kekuatan Hamdan adalah dongeng-dongeng yang pernah diceritakan almarhumah ibunya. Itulah yang mampu membuat Hamdan bertahan dan bersabar menjalani prahara kehidupannya. Dongeng-dongeng yang diceritakan dalam buku ini memang sangat menarik, dan memberikan hikmah yang bijak. Sayang Hamdan terkesan sangat pasrah di usia mudanya.
Sungguh berat membayangkan kesendirian dan kesepian yang harus dialaminya. Hingga secercah kebaikan itu muncul. Walau sedikit tapi ada. Meski tetap saja jalan yang harus dihadapi Hamdan masih berliku. Padahal usianya telah menginjak angka 70-an, tapi buah kesabaran Hamdan belum kunjung tiba.

Ini adalah kisah yang hampir menguras kesabaran saya, hampir membuat saya frustasi karena sedikitnya kebaikan dan belas kasih dari orang lain. Namun itulah yang membuat Hamdan menghargai persahabatannya dengan Amir dan Paino. Setelah diterjang beragam prahara, pertemuannya dengan sesama orang tua dan Melisa bagai oase.
Cukup menarik juga melihat Hamdan yang telah bertahun-tahun pasrah dan sabar, ternyata bisa melakukan tindakan (walau tetap kurang bijak) demi Melisa.

Walau ada beberapa lubang dalam konstruksi ceritanya, namun alur kisahnya cukup menarik diikuti. Hanya saja untuk dialog masih terasa kurang hidup, belum terlalu menyatu dengan sosok Hamdan. Penokohannya lumayan berkarakter. Hamdan jelas-jelas lugu dan pasrah, mudah dibodohi dan penakut. Kedua sahabat barunya juga kurang lebih apatis terhadap hidup. Melisa lumayan memberi warna bagi kisah ini walau akhirnya menjadi labil.

Pada akhirnya saya menganggap kisah ini adalah kisah yang mengajarkan kita untuk bersabar. Namun sabar pasti ada batasnya, dan kita harus mengambil tindakan. Kalau kita tetap pasrah pada keadaan, tanpa melawan atau membuktikan jika kita benar... mungkin kita akan berakhir seperti Hamdan. Masih untung Hamdan menemukan kebahagian (saya bicara tentang persahabatan dan kehangatan cinta—dan bukan tentang harta) walau sebentar.

Rabu, 09 Mei 2018

[Resensi] Flipped - Wendelin van Draanen | Jungkir Balik di Sudut yang Tepat

Judul buku: Flipped
Penulis: Wendelin van Draanen
Penerjemah: Sylvia L'Namira
Penyunting naskah: Rahmadiyanti & Richanadia
Desain sampul: Windu Tampan
Penerbit: Orange Book
Tahun terbit: Agustus 2011
Tebal buku: 272 halaman
ISBN: 978-602-8851-80-0



BLURB

Juli: Pertama kali bertemu Bryce Loski, aku jungkir balik. Sungguh, seperti orang gila. Pasti karena matanya. Ada sesuatu di matanya. 

Bryce: Apa ya cara yang tepat mengusir Juli? Bagaimana cara terbaik mengatakan padanya, “Juli, kamu tuh bukan tipeku?” 

***

Juli Baker sangat yakin akan tiga hal: keajaiban pohon—terutama pohon sikamor kesayangannya, kebaikan telur ayam, dan suatu saat ia dapat mencuri hati Bryce Loski. Sayangnya, Bryce tidak memiliki perasaan yang sama. Baginya, Juli adalah gadis yang aneh. Kalau bukan aneh, gadis macam apakah yang sangat gemar memelihara ayam dan duduk berlama-lama di atas pohon? 

Namun, keadaan terbalik saat mereka menapak remaja. Bryce mulai melihat keanehan dan kebanggaan Juli terhadap keluarganya sebagai hal yang hebat. Sebaliknya, Juli berpikir mata Bryce yang dikaguminya itu kosong dan tak berarti apapun lagi. 

Flipped bukan sekadar kisah cinta yang manis, tapi juga kisah tentang memandang orang dari sisi siapa mereka sesungguhnya, bukan dari sisi bagaimana penampilan mereka.


RESENSI

Kapan kamu merasa jungkir balik saat melihat seseorang? Sesaat setelah bertemu? Ataukah lama setelahnya saat kau akhirnya menemukan sudut yang tepat?
Bagaimana jika dua orang merasakan jungkir balik terhadap satu sama lain, tapi di waktu yang tak sama?
Coba carilah jawabannya dalam Flipped :)

Flipped merupakan novel karya Wendelin Van Draanen yang ditulis pada tahun 2001. Maka keseluruhan settingnya hampir bisa dipastikan berkisar pada tahun 90-an. Ini terlihat dari suasana, latar sosial serta interaksi yang masih menggunakan alat komunikasi lama yang menjadi ciri periode masa itu. Tentu saja bagi saya, ini membuat Flipped terasa begitu dekat dan membuat saya sedikit bernostalgia.

Flipped menyajikan kisah cinta yang polos dan sederhana khas cinta monyet remaja. Kisah ini berawal dari kepindahan keluarga Bryce Loski ke depan rumah Julianna Baker, ketika kedua anak itu hendak masuk kelas 2 SD. Di pertemuan pertama mereka, begitu menatap Bryce, Juli merasa jungkir balik, dan menganggap Bryce pun merasakan hal yang sama. Padahal di sisi lain, Bryce menganggap Juli terlalu sok dan menbuatnya ketakutan.
Begitulah selama bertahun-tahun, Juli memuja Bryce, dan Bryce mati-matian menghindar. Namun perasaan tak ada yg abadi, rasa suka, rasa benci, semua akan berubah. Entah berganti, berkurang, atau bertambah. Itulah yang mereka rasakan beberapa tahun kemudian.

Banyak hal menggugah yang saya temukan dalam novel yang jalan ceritanya tampak sederhana ini. Betapa seringnya kita memandang dan mengagumi sesuatu hanya dari tampak kulitnya saja. Pun sebaliknya, betapa mudahnya kita menghakimi sesuatu hanya dalam sekali pandang. Dua keluarga, dengan rumah saling berhadapan, bertahun-tahun hanya menatap sisi luarnya, berasumsi sendiri-sendiri. Namun ketika mereka mulai saling mengenal, saling melongok ke dalam kehidupan masing-masing, terlihat jelas mana yang busuk dan mana yang segar, mana yang dingin dan mana yang hangat. Siapa yang sebenarnya paling menyedihkan.

"Beberapa orang mengeluarkan aura datar, beberapa terlihat seperti satin, dan yang lainnya terlihat berkilau... Tapi kadang-kadang kita bertemu seseorang dengan aura warna-warni, dan yang itu sulit dilupakan karena nggak ada bandingannya." (Hal. 114)

Bicara soal adegan favorit, ada banyaaaak sekali adegan yang saya suka. Salah satunya adalah saat Juli berusaha mempertahankan pohon sikamor. Kemudian momen ketika Bryce menjadi cowok pembawa keranjang dan jadi bahan lelang (omong-omong, saya sudah nonton filmnya setelah membaca buku ini, dan adegan ini sering saya ulang-ulang saking sukanya πŸ˜‚). Lalu tentu saja, yang membuat saya terharu adalah ketika kedua kakak lelaki Juli membuktikan bahwa anggapan ayah Bryce salah besar. Mereka membalikkan keadaan dengan sempurna.

Seperti yang saya bilang di atas, novel ini bukan saja bercerita tentang cinta kanak-kanak yang polos, tapi juga makna keluarga. Keluarga yang seutuhnya, yang sebenar-benarnya, yang menerima apa adanya dan bukan yang menuntut kesempurnaan demi terlihat baik dari luar.

Jika kamu suka dengan kisah cinta yang sederhana dan jalinan kisah keluarga yang mengharukan, saya rekomendasikan buku ini untuk kalian. Oh dan jangan lupa, filmnya pun luaaarr biasaa.

Rabu, 18 April 2018

[Review] Hijab fo Sisters - Anastasha Hardi | Ujian Berat Asha dan Khalda

Judul buku: Hijab for Sisters
Penulis: Anastasha Hardi
Penyunting: Dion Rahman
Perancang sampul: Ulayya Nasution
Rated: 13+
Genre: Novel Islami
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2018
Tebal buku: 264 halaman
ISBN: 9786020453798



BLURB

Di hari pembagian rapor, Asha yang menjadi langganan juara umum di Pondok Pesantren Modern Putri Siti Fatimah, dikejutkan oleh pengumuman Ustazah Nurul mengenai beasiswa yang akan diberikan pihak pesantren. Namun karena nilainya nyaris seimbang dengan Khalda, para ustazah bingung menentukan siapa yang laik diterbangkan ke Jerman untuk mendapat pendidikan yang diimpi-impikan banyak santri. Seakan masih kurang mengejutkan, pesantren mengirim keduanya untuk mengikuti satu semester pendidikan di sekolah umum sebagai tes akhir siapa yang lebih berhak mendapatkan beasiswa. Rangkaian tes ini sangat penting, karena baik Asha maupun Khalda bisa langsung menerapkan ilmu-ilmu agama yang sudah dipelajarinya di tengah-tengah siswa-siswi yang majemuk.

Mampukah keduanya bersaing dengan sehat selama berada di sekolah umum yang terasa asing bagi mereka? Lantas, setelah mengalami berbagai kejadian yang membuat keduanya kian dekat, apakah pengumuman siapa yang akan mendapat beasiswa tersebut masih penting?

RESENSI

Sebenarnya saya telah menyelesaikan novel ini beberapa hari yang lalu, tapi ternyata menuliskan resensinya tidaklah semudah membacanya. Memilah kata dan menyaring yang ingin saya sampaikan ternyata lebih berat, karena saya takut pernyataan saya mungkin bisa ditangkap keliru. Saya butuh mengendapkan dan meredakan riuhnya suara-suara di kepala saya untuk sementara waktu. Karena jujur, isi novel ini, terutama salah satu karakternya, berbeda dengan cara pandang saya. Fiuuhh... but here we go.

Sebagai (mantan) siswi yang menghabiskan masa sekolah di sekolah umum, novel Hijab for Sisters ini sangat menggelitik hati saya. Betapa tidak, Asha dan Khalda, dua gadis manis yang menjadi tokoh utama kisah ini nerupakan siswi yang menuntut ilmu di pondok pesantren khusus putri. Mereka adalah siswi terbaik di angkatan mereka yang kemudian harus berkompetisi untuk mendapatkan beasiswa ke Jerman. Para ustadzah mereka menganggap ujian yang paling pas adalah mengirim mereka ke sekolah umum untuk menguji kesiapan adaptasi mereka secara langsung. Jelas mereka ketakutan... dan saya bisa memahami ketakutan itu. Asingnya kehidupan sekolah yang heterogen di mata mereka, sama asingnya dengan kehidupan pergaulan homogen di mata saya.

Tentu saja Hijab for Sisters menjadi menarik karena perubahan drastis yang harus dilakoni para tokohnya. Jalan cerita seperti ini biasanya tak pernah gagal untuk membuat pembaca khusyuk mengikuti alurnya. Semula saya mengira novel ini akan menjadi serius, tapi rupanya Anastasha Hardi cukup cerdik untuk menyelipkan adegan absurd dan kocak yang membuat novel ini ringan dan enak dibaca.
Pertentangan pertama saya dengan novel ini terjadi ketika Asha dan Khalda membayangkan betapa jeleknya pergaulan di sekolah umum, betapa buruk moral para siswanya dan banyak perilaku menyimpang yang dilakukan di sana. Aww... ini menyakitkan untuk dibaca. Namun saya kemudian menyadari, tentunya itu hanyalah imajinasi yang terbentuk karena terdorong oleh rasa cemas berlebih dari seseorang yang akan memasuki kehidupan yang sepenuhnya berbeda. Beberapa orang mengalaminya, bukan? 

Nyatanya ketika hari pertama Asha dan Khalda menginjakkan kaki di sekolah umum... apakah berlebihan jika saya mengatakan seolah mereka membuka pintu ke Narnia? Wkwkwk~
Baru di hari pertama saja, Asha telah bertemu dengan Aidan, siswa ganteng idola sekolah yang sepertinya menaruh minat besar padanya. Tapiiii.... ada yang lebih seru dong. Pertemuan pertama Asha dan Khalda dengan Kepala Sekolah. Astaga! Sumpah saya nggak berhenti ngakak karena Pak Kepsek yang suka iseng ini.

"Diutus? Mendengar kata-katamu, Bapak jadi gemeteran. Bapak merasa seolah sekolah ini adalah sebuah desa jahiliyah yang kedatangan dua orang utusan Tuhan untuk menyampaikan kebenaran." (hlm. 41)

Berawal dari situlah, petualangan Asha dan Khalda semakin menarik dari hari ke hari. Mereka membangun persahabatan dengan beragam orang, termasuk dengan Susanto, siswa ngondek yang menjadikan novel ini terasa segar. Susanto inilah yang membuat Khalda selalu mengucap istighfar πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚.
Mereka menghadapi konflik yang umum dihadapi remaja seusia mereka. Asha dan Khalda bukan hanya mencoba bertahan dengan prinsip mereka, tapi juga mencoba mengisi masa remaja mereka, bukan dengan kekosongan tanpa arah, tapi dengan sesuatu yang bermanfaat bagi diri mereka dan orang lain. Membangun kepercayaan, membentuk komunitas yang bukan mengeksklusifkan diri tapi merangkul siapa saja. Bukan membentuk benteng, tapi membentuk tapis, demi tetap bisa menyerap hal-hal baik yang ditawarkan dunia ini.

Pada awalnya saya cukup jengah dan terganggu oleh salah satu tokoh dalam novel ini. Khalda saya rasa sedikit berlebihan dan terlalu ceplas-ceplos. Seperti yang kita lihat di media sosial sekarang, banyak sekali orang-orang yang menghakimi perbuatan sesamanya, bahkan kadang seseorang yang lebih muda berani menegur dengan frontal orang yang lebih tua, hanya karena menurutnya perbuatan orang itu salah. Demikian pula Khalda di mata saya, dia main tegur saja tanpa memerhatikan situasi atau perasaan orang yang ditegurnya. Dan bagian konyol dari perasaan saya adalah, saya kok nggak terima dia berasal dari Yogya ya.. Wkwk~ Entahlah, hidup di kota ini, melihat orang-orangnya yang terbuka, yang menerima perbedaan dan luwes, saya kok merasa sedih. Well, tapi mungkin Khalda ini tinggal di sisi kota dan kehidupan yang berbeda dengan saya. πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…
Sementara Asha lebih menyenangkan, dia lebih tenang dan bisa menahan diri. Ya walau dalam hal kegigihan, Khalda lebih kuat. Itu sebabnya Asha lebih mudah dijebak dan menyebabkan konflik semakin memuncak. Asha juga lebih pandai berkata-kata, pidato singkat yang ia sampaikan pada pak kepsek sangat mengena tapi tetap terasa santun. Bahkan, Pak Kepsek pun sampai kehilangan kata-kata :))))

Bagian seru dari novel ini tentunya adalah kehadiran Susanto. Sayangnya apa penyebab Susanto ngondek tidak dijelaskan banyak dalam novel ini, padahal seandainya Asha, Khalda dan Aidan ingin Susanto berubah, mestinya didalami juga penyebabnya. Seseorang yang merasa gendernya tidak sesuai dengan jenis kelaminnya tentu ada alasan dan pencetusnya, dan untuk menyembuhkan gangguan (gender dysphoria) itu biasanya dibutuhkan proses terapi. Saya memahami betapa menjadi Susanto sungguh tak mudah, ia bisa bertingkah centil di hadapan orang-orang, bersikap cuek pada omongan orang, padahal mungkin di dalam hatinya ia terus merasa kebingungan. Poor but tough Susanto :"

Secara keseluruhan saya menikmati novel ini, saya suka dengan perkembangan karakter yang dialami para tokohnya. Sebuah kisah yang terlahir dari kekhawatiran akan pergaulan remaja di zaman yang semakin melesat ini. Sebuah petualangan kecil para remaja yang berusaha memegang prinsip tapi tetap fleksibel dan bergaul sesuai norma. Hijab for Sisters tentunya sangat cocok dibaca para remaja karena betapa dekatnya kisah ini dengan kehidupan remaja masa kini. Di sini kita bisa menemukan kekuatan tekad, persahabatan dan apa makna agama bagi hidup kita. Saya, Asha, Khalda, Aidan dan yang lain telah menemukannya, sekarang giliran kalian πŸ˜‰

Senin, 05 Maret 2018

[Blogtour: Review + Giveaway] Your Lies - Rara Rachel

Judul: Your Lies
Penulis: Rara Rachel
Penyunting: Avifah VΓ©
Penyelaras Akhir: RA-in
Tata Sampul: Amalina Asrari
Penerbit: Diva Press
Tahun terbit: Maret 2018
Tebal buku: 288 halaman
ISBN: 978-602-391-517-0



BLURB

Rangga Gemilang. Nama tersebut selalu menjadi prioritasku saat chatting, salah satu orang yang paling berharga dalam hidupku, yang menjadi partnerku dalam hampir segala hal. Ringga dan otaknya tak pernah berhenti membuatku takjub. Aku tak yakin kalau ada sesuatu tentangku yang tidak Ringga tahu. Dia orang yang detail dan cermat, jadinya wajar kalau membaca gerakanku semudah membaca alur cerita Sir Arthur Conan Doyle, penulis favoritnya.
Sampai di kemudian hari, satu kebohongan besar yang aku lakukan membuat Ringga menutup pintu maaf dan aku terpaksa memutuskan untuk meninggalkan Ringga beserta segala kenangan manis di antara kami sampai waktu yang sangat lama...


RESENSI

Berapa banyak persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang bisa bertahan selamanya? Apakah debaran-debaran yang kita rasakan terhadapnya adalah cinta atau hanya rasa nyaman karena kita telah sangat terbiasa dengannya? Jika seandainya kemudian kita membuat kesalahan yang baginya tak termaafkan, akankah dia sanggup menyingkirkan kita dari hidupnya?

Your Lies merupakan novel remaja muda karya Rara Rachel yang awalnya berasal dari wattpad. Dari segi premis mungkin bisa dibilang kisah ini sangat klise, dan sangat mudah ditebak. Namun dari segi alur, konstruksi cerita, dan beberapa dialog, novel ini terasa memuaskan. Puncak konfliknya mengena banget dan sampai bikin saya mewek. Serius. Yaaaa, walau saya terhitung memang gampang mewek saat baca novel, tapi saya selalu memberi nilai plus pada novel-novel yang bisa membangkitkan emosi saya, termasuk novel Your Lies ini.

Pada awalnya saya lumayan terganggu dengan gaya narasi Your Lies yang lebih mirip seperti curhatan diary. Cara perkenalan tokoh dan penggambaran situasinya seolah-olah sedang membaca status, notes atau chat seorang teman. Penggunaan sudut pandang orang pertama yang serba tahu semakin memperkuat kesan itu. Namun karena jalan ceritanya yang runtut dan padat, semakin ke belakang saya mulai bisa menerima dengan ikhlas. Apalagi ketika mendekati konflik yang sangat menguras emosi itu. Huhuuu~~

Setting novel ini berada di Jakarta, Bandung, dan kemudian DΓΌsseldorf dan KΓΆln. Memang novel ini tak begitu detail dalam penggambaran setting, tapi suasananya yang diungkapkan secara ringkas cukup membuat perbedaan antara satu tempat kejadian dengan tempat kejadian lainnya. Walau saya berharap penulis untuk ke depannya bisa lebih berani dalam hal riset dan menambahkan detail-detail untuk mempercantik ceritanya. Misalnya saja ketika Bu Sri sakit dan Ringga harus menjelaskan kondisi Bu Sri yang gawat kepada Atha. Tentunya akan lebih menarik jika penjelasan itu disampaikan secara mendetail, sedangkan pada novel ini hanya diungkapkan melalui kalimat: Ringga menceritakan detail masalah penyakit ibunya. Aku menyimak dengan serius, pantas saja Ringga sangat khawatir sampai menangis tadi malam. "Gitu, Tha," tutup Ringga. (hlm. 148).
Hal ini membuat seolah ada jurang yang memisahkan antara tokoh "aku" dan pembaca, karena ada yang diketahui si tokoh utama tapi tak bisa dipahami oleh pembaca.

Namun naik turunnya persahabatan Ringga dan Atha saaaangat menarik untuk diikuti. Bagaimana cheesy dan sweetnya interaksi mereka, bagaimana kode yang dilemparkan Ringga yang bisa bikin baper, banter yang mereka lakukan, juga pasang surutnya hubungan mereka.
Karakter dalam novel ini juga begitu hidup. Ringga begitu mengagungkan kejujuran, dia benci kebohongan dan paling benci dibohongi. Beberapa kali dia menegaskan pada Atha agar jangan bohong kepadanya. Sikap cuek dan masa bodohnya kontras dengan sikap penuh perhatiannya terhadap Atha, tapi kalau sudah marah.... bye aja, mendingan kabur saya mah kalau disembur murka begitu. 😭😭😭
Atha di sisi lain juga cukup unik, jago masak tapi juga jago main PES. Idaman banget kan tuh. Atha juga bijaksana dan sangat setia. Kebohongan terbesarnya terhadap Ringga pun sebenarnya tak ingin dia lakukan. Ah memang bagian ini yang bikin saya termehek-mehek.

Overall, saya cukup menyukai novel ini. Enak untuk dibaca karena ringan tapi juga bikin baper. Bagi kalian yang suka kisah sahabat jadi ehem ehem, kalian boleh banget baca novel ini πŸ˜‰


********GIVEAWAY TIME********



Nah... siapa yang sudah kangen ikutan kuis di blog ini???
:)))))))
Huhuuu... setelah menyepi sebentar, sekarang Nurina Mengeja Kata kembali buat membagi satu eksemplar novel Your Lies karya Rara Rachel ini.

Syaratnya gampang seperti biasanya kok:

1. Peserta berdomisili atau memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

2. Follow twitter @divapress01 @DIVA_fiction dan @KendengPanali atau like fanpage Penerbit DIVA Press di facebook.

3. Jangan lupa share info blogtour ini dengan hashtag #YourLiesGA dan mention ketiga akun di atas.

4. Follow blog ini bisa via GFC atau email (opsional, hanya kalau kalian merasa blog ini berguna bagi kalian saja).

4. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar di bawah dengan format:
Nama | akun twitter | alamat email

Kebohongan terbesar apa yang pernah kalian lakukan/ucapkan kepada sahabat kalian?

5. Giveaway akan berlangsung selama 7 hari dan berakhir pada tanggal 11 Maret 2018 pukul 23.55 WIB.

6. Jika ada pertanyaan jangan sungkan untuk colek saya di twitter. Yang terakhir, good luck πŸ˜‰

********UPDATE********

Akhirnya genap sepekan sudah giveaway di blog ini berlangsung. Terima kasih kepada para peserta yang telah ikut meramaikan giveaway di lapak ini dan dengan suka rela menuliskan "dosa" yang pernah diperbuat kepada sahabat.
Kebohongan yang tentunya diucapkan bukan dengan niat jahat untuk menyakiti sahabat tapi justru demi sang sahabat dan keutuhan persahabatan. Sama seperti kebohongan yang dibuat Atha kepada Rangga. White Lie. Walau kebohongan tetaplah kebohongan.

Kini tiba saatnya saya umumkan pemenang yang berhasil mendapatkan satu eksemplar novel Your Lies pekan ini, dan dia adalah:

Intan Ayu
@intanayues

Selamat kepada pemenang, saya tunggu konfirmasi data nama dan alamat kamu via DM atau email nurinawidiani84(at)gmail(dot)com paling lambat 2 x 24 jam. Jika konfirmasi tidak dilakukan dalam jangka waktu yang ditentukan, maka akan dipilih pemenang lainnya.

Bagi unyureaders yang belum beruntung, jangan sedih karena masih ada kesempatan mendapatkan novel ini di bloghost selanjutnya. Atau nantikan keseruan lain di blog ini. Terima kasih :)

Senin, 19 Februari 2018

[Resensi: The Maddening Lord Montwood - Vivienne Lorret] Jatuhnya Sang Bujangan Perayu Terakhir

Judul buku: The Maddening Lord Montwood
Penulis: Vivienne Lorret
Alih bahasa: Katherin Handayani S
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: Oktober 2017
Tebal buku: 372 halaman
ISBN: 978-602-04-4722-3



BLURB

Para bujangan perayu wanita dari Fallow Hall bertaruh tidak akan pernah menyerah pada cinta, namun akankah si perayu terakhir menemukan pasangannya?

Frances Thorne bisa mengatasi persoalan apa saja, kecuali kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan ayahnya yang dipenjara dalam satu hari. Maka, ketika ada tawaran bantuan jatuh ke pangkuannya, dia sangat bersyukur, sekalipun itu terlihat terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Hal terakhir yang dibutuhkannya adalah Lord Lucan Montwood, yang menawan, menyebalkan sekaligus menjengkelkan, menghalangi jalannya.

Akhir dari taruhan sudah dekat, dan Lucan Montwood bisa mengecap aroma kemenangan, asalkan dia bisa menjauhi wanita yang mampu melihat menembus penampilan luarnya. Namun, ketika mengetahui bahwa Frances dalam kesulitan, Lucan tidak dapat menyangkal bahwa dirinya rela melakukan apa saja demi membantu. Meyakinkan wanita itu untuk memercayainya adalah bagian yang sulit, menolaknya hampir mustahil, tapi jatuh cinta padanya? Mungkin itu terlalu sederhana.


RESENSI

Sejak kemunculan Lucan Montwood yang misterius, kelam, tapi memesona di The Devilish Mr. Danvers, saya sudah dibuat penasaran akan seperti apa perjalanan cinta pria satu ini. Atau lebih tepatnya, akan seperti apa ia melawan takdirnya untuk jatuh cinta. Karena berdasarkan kisah-kisah sebelumnya dalam serial The Rakes of Fallow Hall, Lucanlah yang telah menanamkan ide pertaruhan sebesar sepuluh ribu pound bagi yang mampu membujang hingga akhir tahun. Lucan telah mencium bau kemenangan setelah Everhart dan Danvers menikah. Tinggal sisa enam bulan lagi, tentunya itu waktu yang terlalu singkat untuk membuatnya jatuh cinta dan menikah, bukan? Atau... ia salah?

The Maddening Lord Montwood dibuka dengan latar tahun 1822 pada musim dingin di St. James. Ini adalah saat dimana Lucan sekali lagi harus mendapati kelicinan dan kelicikan ayahnya, yang menyebabkan sang Marquess lolos dari tiang gantungan dan malah menimpakan kesalahan pada Thorne, salah satu pekerjanya. Lucan harus mencari cara untuk membebaskan Thorne. Inilah asal mula Lucan memiliki utang besar dan kelak mendorongnya untuk bertaruh dengan teman-temannya.
Kurang lebih dua setengah tahun kemudian, Lucan harus menghadapi kemarahan Frances Thorne. Karena kehidupan Thorne tak juga membaik, dan Frances harus jungkir balik untuk menghidupi dirinya dan ayahnya. Tentu saja, hal termudah adalah mencari kambing hitam dan ia menyalahkan Lucan.
Frances menjadi tokoh yang kadang mengagumkan dan kadang menjengkelkan. Mengagumkan saat melihat kegigihannya mempertahankan hidup dan menghadapi ayahnya yang mulai kacau. Menjengkelkan saat ia hanya melihat hal-hal yang ada di permukaan. Sebagai seseorang yang hidup di jalanan dan mengajar seni membela diri tentunya ia harus waspada pada kebaikan terselubung, tapi Frances tetap keras kepala dan mendewakan pria yang berkali-kali menyebut dirinya murah hati.

Konflik dalam novel ini tak terlalu menegangkan. Mungkin karena sang penjahat telah diketahui sejak awal, sehingga pembaca hanya dibuat menebak-nebak apa motifnya. Mengikuti perjalanan naik-turunnya hubungan Lucan dan Frances juga ternyata tak semenarik novel pendahulunya. Sebagai bujangan yang menolak menikah ternyata Lucan mudah untuk menerima takdir cintanya dan sama sekali tak menyangkal.
Hubungan persahabatan dalam novel ini masih sangat hangat. Hal inilah yang membuat saya jatuh cinta pada serial ini. Persahabatan ketiga malaikat terbuang begitu akrab dan terasa kuat chemistry-nya. Saya menyukai dialog yang saling mereka lemparkan juga gestur mereka terhadap satu sama lain. Calliope dan Hedley juga begitu cair dalam lingkaran kecil persahabatan itu. Saya suka mendapati bahwa Hedley dan Lucan masih punya hubungan 'istimewa' seperti yang mereka tunjukkan di novel sebelumnya.

Secara keseluruhan The Maddening Lord Montwood cukup memuaskan. Melalui Lucan Montwood saya memahami bahwa kadang kita tak bisa mengambil kesimpulan terhadap seseorang hanya karena tampak luarnya saja, dan bahwa segala yang tampak begitu baik belum tentu benar-benar baik. Dan pada akhirnya yang membuat saya jatuh cinta tetaplah covernya yang memikat dan benar-benar merepresentasikan cerita di dalamnya. Setiap melihat sampulnya, saya membayangkan ketika Frances berjalan membawa lilin di lorong galeri rumah Whitelock sambil berharap suara Lucan muncul dari bayang-bayang kegelapan. Perfect!

Rabu, 14 Februari 2018

[Resensi: The Harlot Countess - Joanna Shupe] Pembalasan Dendam Sang Countess

Judul buku: Masa Lalu Sang Countess
Judul asli: The Harlot Countess
Penulis: Joanna Shupe
Alih bahasa: Nin Bakdisoemanto
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: Juni 2016
Tebal buku: 426 halaman
ISBN: 978-602-02-8753-9



BLURB

Maggie, Lady Hawkins, memiliki debut yang lebih suka dilupakannya—bersama pernikahan pertamanya. Kini, kartunis politik itu adalah seorang wanita baru. Seorang wanita yang benar-benar modern. Sedemikian modern sampai-sampai khalayak ramai memercayai bahwa dia adalah seorang laki-laki...

FAKTA: Menggambar menggunakan nama samaran laki-laki, Maggie dikenal sebagai Lemarc. Objek favoritnya: Simon Barrett, Earl of Winchester. Pria itu adalah bintang yang baru naik pamor di Parlemen—dan mantan orang yang dipercaya dan dicintai Maggie, tapi memercayai rumor yang sampai detik ini masih menyakitkan bagi Maggie.

FIKSI: Maggie adalah Perempuan Jalang Setengah Irlandia yang merayu suami sahabatnya pada malam pernikahan mereka. Wanita ini harus ditakuti dan dibenci karena dia akan mengangkat roknya kepada lelaki mana pun.

Masih hancur oleh pengkhianatan Simon, Maggie tidak berniat membiarkan seluruh ton menghancurkan dirinya. Malah, kartun Lemarc telah membuat Simon menjadi bahan tertawaan ... tapi sekarang sepertinya Maggie mungkin telah salah mengenai apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu, dan bahwa Simon diam-diam merindukan dirinya sejak ... lama sekali. Mungkinkah pada akhirnya hati lebih kuat daripada pena dan pedang?


RESENSI

Disakiti oleh seseorang yang pernah kita cintai, tentunya sungguh menyesakkan. Membuat hati dipenuhi oleh amarah dan dendam. Maggie mengubah rasa dendam itu menjadi sesuatu yang produktif, yang bisa membuatnya puas: membuat karikatur tentang Simon Barret, Earl of Winchester. Karikatur Winejester yang mengolok-olok Simon, dan menjadi perbincangan panas di kalangan atas. Tak ada yang akan mencurigai Maggie karena ia menggunakan nama samaran laki-laki, Lemarc.

Novel ini dibuka dengan adegan pertemuan kembali antara Simon dan Maggie setelah perpisahan mereka yang menyakitkan sepuluh tahun lalu. Pertemuan yang menunjukkan kepada pembaca bahwa ternyata mereka masih punya perasaan mendamba terhadap satu sama lain. Dari sisi Maggie, sebenarnya jelas, bagaimanapun ia tetap melukis Simon walau dalam bentuk olok-olok. Hal itu menunjukkan bahwa sebenarnya ia tak bisa melepas ingatan akan Simon.
Sebenarnya, premis cinta lama bersemi kembali dan dendam asmara selalu menarik minat baca saya, terutama jika berbau-bau skandal. Ini sebabnya saya langsung bersemangat untuk menuntaskan novel ini begitu membuka halaman pertamanya.

The Harlot Countess pada awalnya bersetting di London pada tahun 1819. Isu politik yang diangkat dalam novel ini adalah tentang hak wanita korban perkosaan. Simon sendiri merupakan bagian dari Parlemen yang cukup disegani, tentu saja kedudukan ini diperoleh secara turun temurun dalam sejarah keluarganya. Ia meneruskan jejak para pendahulunya untuk menjadi bagian dari Parlemen, walau tetap saja, ia telah bekerja keras membangun sekutu untuk membuatnya disegani. Hingga muncullah karikatur Winejester yang menjadi olok-olok bagi sosok Simon. Meskipun justru kartun itu malah semakin meningkatkan pamornya.

Simon sendiri di depan dan di belakang Maggie sungguh sangat bertolak belakang. Mungkin memang benar, jika pria sudah cemburu buta, ia akan bersikap sangat tolol. Banget. Sepanjang kisah ini, saya cukup jengkel dengan asumsi-asumsi dan penghakiman yang dibuat oleh Simon terhadap Maggie. Sungguh, dibutuhkan kesabaran luar biasa untuk tetap diam menerima tuduhan itu dan menghitung kapan waktu terbaik menjatuhkan bom untuk menyadarkan si dungu Simon.

Maggie menjadi representasi kaum wanita di era tersebut yang masih kesulitan untuk melawan kaum pria. Meskipun sama-sama berstatus bangsawan, nyatanya toh khalayak tetap mempercayai para pria. Seandainya ada perempuan yang muncul dari kegelapan dengan pakaian terkoyak, wanitalah yang disalahkan. Wanitalah yang dianggap penggoda dan pelacur. Sungguh saya mengagumi kekuatan diri Maggie untuk tetap berdiri tegak saat tudingan-tudingan diarahkan padanya, saat kalangan atas mengucilkannya, saat lelaki yang ia percaya akan membelanya ternyata ikut berpaling. Maggie mampu menghadapi segala sakit hati itu selama sepuluh tahun dan produktif. Sungguh saya jatuh cinta pada ketabahan dan kekuatannya.
Walau mungkin agak disayangkan, setelah ia menjanda dan bertemu kembali dengan Simon, ia dengan mudahnya takluk kembali pada pesona Simon. Beberapa wanita mungkin akan menganggap Simon tak layak mendapatkan maaf, dan betapa murahannya Maggie karena mudah melompat ke ranjang Simon. Well, saya sendiri sebenarnya maklum. Hahaha... sebagai seorang janda yang pernikahannya kering akan cinta, dan betapa ia masih mencintai Simon, saya maafkan kalau seandainya Maggie memang jadi bitchy saat bersama Simon.
Lagi pula, dari sudut pandang Simon, saya sudah menangkap penderitaannya. Simon masih terlihat tergila-gila dan posesif hingga rasanya menyakitkan terhadap Maggie.

Saya sangat menikmati membaca novel ini, narasi, deskripsi, dialog dan chemistry-nya pas banget. Konfliknya juga cukup seru dan menegangkan. Adegan ranjangnya bertebaran dengan penerjemahan yang cukup bagus. Sepertinya saya bakal memasukkan nama Joanna Shupe sebagai penulis historical romance yang layak dibaca.

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon