Senin, 26 November 2018

[Review & Giveaway] Basirah - Yetti A.K.A

Judul buku: Basirah
Penulis: Yetti A.K.A
Penyunting: Misni Parjiati
Tata sampul: Sukutangan
Penerbit: Diva Press
Tahun terbit: Oktober 2018
Tebal buku: 184 halaman
ISBN: 978-602-391-625-2



BLURB

Langit berwarna merah pekat.
Seorang perempuan orang tua tunggal
membaca pertanda alam lewat kartu tarot.
Seekor anjing raksasa mati dibunuh dengan cara mengenaskan.
Seorang perempuan tua yang lebih suka bercakap-cakap dengan arwah anak dan suaminya.
Anak gadis berjiwa dewasa terperangkap dalam kekeliruan.

Di Kota Basirah ini semua hal tidak masuk akal bisa terjadi. Mungkin, sesuai arti namanya, kota ini menunjukkan inti perasaan terdalam penghuninya, yang tak selalu seputih kapas, tapi juga sehitam malam.

RESENSI

Sebagai pengagum cerpen-cerpen koran Yetti A.K.A, memang baru kali inilah saya membaca utuh karya novelnya. Bagi saya Yetti A.K.A adalah penulis perempuan yang punya tempat di hati saya melalui kisah-kisahnya. Saya selalu suka dengan dunia yang dibangun Yetti A.K.A yang membuat saya kadang tenggelam dan terpesona.
Demikian pula dengan Basirah, sebuah kota kecil yang magis, di mana kisah-kisah "aneh" bersemayam. Di sanalah tinggal seorang gadis kecil berusia 8 tahun yang di kepalanya begitu penuh dengan pemikiran-pemikiran. Begitu riuhnya isi kepala Imi, demikian nama gadis mungil ini, dalam menghadapi kejadian demi kejadian di kehidupannya.

Imi menjadi sentral cerita dalam Basirah. Bagaimana ia menjalani kehidupan bersama mamanya, seorang single parent yang kabur dari masa lalunya dan memilih berdiam di Basirah. Imi banyak bercerita tentang hubungannya dengan Mama, perasaannya akan Mama, juga kritik-kritiknya terhadap sikap Mama.
Selain mereka berdua, masih ada Bolok, seekor anjing raksasa yang menjadi bagian keluarga mereka. Mereka hidup baik-baik saja bertiga, hingga hal tragis menimpa Bolok.
Ada juga Nenek Wu, seorang nenek tua yang tinggal di sebuah pondok dan tak mau berbicara dengan siapa pun kecuali roh-roh suami dan anak-anaknya. Hanya Imi yang berani mendekati Nenek Wu dan berteman dengannya. Imi seolah bisa memahami perempuan tua itu.
Rupanya sosok Nenek Wu merupakan tokoh tak kalah penting dalam kisah ini karena ia mendapat porsi untuk bercerita. Nenek Wu adalah kunci yang menjawab mengapa Imi sedemikian istimewa. Siapa Imi sebenarnya? Apa kaitan Imi dengan seorang anak perempuan yang telah mati bunuh diri hampir seabad lalu?

Aliran kisah menjadi tak terduga, membawa saya menebak-nebak apa yang terjadi, apa yang menimpa mereka, apa alasannya. Persis seperti yang dirasakan Imi. Saya seperti terseret dan terperangkap dalam pemikiran polos Imi. Bagaimana ia bercerita dengan tuturan khas anak kecil. Melompat ke sana dan kemari. Menceritakan apa yang menurutnya menarik dan tiba-tiba membelokkan cerita itu ke cerita lainnya. Saya benar-benar merasa seperti sedang mendengarkan seorang anak yang berbicara.

Semakin ke belakang, benang merah cerita ini semakin tampak. Timeline ceritanya yang jelas membuat saya tidak merasa kebingungan mengaitkan kisah seratus tahun lalu dengan kisah masa kini. Semakin menarik mengikuti kelamnya kehidupan yang dijalani para wanita dalam cerita ini. Nenek Wu dan tragedi bertubi yang menimpa dan menempanya, Mama yang harus berjuang sendiri, serta Imi yang berusaha tabah dan mandiri sebagai anak dari orang tua tunggal. Meski begitu, jawaban misteri hilangnya Imi jauh dari ekspektasi saya. Mungkin itu karena saya sudah merasa dijejali kejanggalan-kejanggalan dari sudut pandang Imi sebagai bocah. Saya terlanjur percaya pada pikiran kanak-kanak Imi, dan mempercayai bahwa mama sangat memahami Imi. Hahaha~

Yah, Basirah memang kisah yang ajaib, yang membuat kita menyadari betapa kuatnya wanita walau jalan hidupnya berdarah-darah dan menanggung luka batin. Namun, sebagai seorang ibu saya lebih ingin menggarisbawahi fakta ini: bagaimana pun dibalik senyum seorang anak, tersimpan perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran yang ia sembunyikan dari orang dewasa. Apa pun itu, ia memilih untuk menyimpannya sendiri. Saya menyadari walau Imi terkesan begitu dewasa jauh dari usianya, tetap saja ada jiwa kanak-kanak yang harus dipenuhi haknya oleh orang dewasa di sekitarnya. Basirah merupakan sebuah cerita menarik tentang anak perempuan yang memeluk ketidakbahagiaannya sendirian, dan berusaha menampakkan diri sebagai anak manis hadiah terbaik dalam hidup mamanya.


*********** GIVEAWAY TIME ************

Haiiii.... bagaimana, sudah membaca review saya tentang Basirah? Seru kaaan~?
Nah kali ini saya punya satu eksemplar novel Basirah bagi kamu yang beruntung. Caranya mudah saja kok:

1. Kamu adalah warga negara Indonesia dan memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

2. Follow akun divapress di twitter (@diva_fiction) atau akun IG @fiksi.divapress juga akun saya @kendengpanali 

3. Share review dan giveaway ini di akunmu (twitter/IG/IG story) dan jangan lupa tag akun kami

4. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar dengan menyertakan nama, akun medsos kamu, dan link share :

Pernahkah kamu pura-pura bahagia di depan orang tuamu? Kapankah itu?

5. Jawaban ditunggu sampai tanggal 30 November 2018 pukul 23.59 WIB.

6. Yang terakhir jangan segan colek saya jika masih ada pertanyaan. Good luck :)

**** UPDATE ****

Terima kasih untuk para peserta giveaway yang sudah mau berbagi tentang kebahagiaan kalian. Aku doakan semoga kalian selalu berbahagia tanpa perlu berpura-pura.

Akhirnya saya harus memilih satu jawaban sebagai pemenang dan.. yang beruntung adalaaaaaahh....
Selamat kepada:

Dini
@redddddn

Selamat kamu beruntung mendapatkan satu novel Basirah. Kirim data diri kamu selengkapnya melalui DM atau email nurinawidiani84(at)gmail(dot)com. Jika dalam kurun waktu 2 x 24 jam pemenang belum menghubungi saya, maka saya akan memilih pemenang pengganti.

Sekali lagi terima kasih kepada para peserta yang telah berpartisipasi, jangan sedih dan nantikan giveaway-giveaway berikutnya ;)


Kamis, 08 November 2018

[Blogtour & Giveaway] Tapak Setan - Haditha

Judul buku: Tapak Setan
Penulis: Haditha
Penyunting: Dion Rahman
Penata Letak: Divia Permatasari
Ilustrasi Isi: Haditha
Desainer Sampul: Dedy Koerniawan Susanto
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2018
Tebal buku: 217 halaman
ISBN: 978-602-04-7989-7



BLURB

Ada tidak sih cara menghukum orang yang tingkahnya kayak setan kalau tidak dengan cara yang lebih setan lagi?

Aku, Atarjoe, setiap pagi bangun dengan tangan berlumuran darah dan berbau bangkai. Coba bayangkan kalau harimu diawali dengan itu. Setiap hari aku harus berkutat dengan rutinitas macam itu. Menjijikkan. Lama-lama kuketahui, ada setan yang memperalat tanganku untuk berburu mangsa darah. Enak saja, ini tanganku, aku tak sudi dipakai seperti itu. Maka aku rebut balik kendali atas tanganku. Dari setan itu aku tahu tanganku mampu menyedot setan-setan lain untuk kemudian dipakai sebagai senjata.

Hidupku ini dipenuhi orang celaka yang membuat orang-orang sengsara. Melalui tapak setan ini aku menyalurkan dendam orang-orang yang tak bisa melawan itu. Kugantikan tugas si setan. Aku berburu orang-orang laknat yang bikin banyak orang susah. Tinggal kuraup muka mereka dan mereka akan kerasukan setan seumur hidup, dan setiap hari mereka akan melukai diri sendiri, tanpa bisa mati. Pembalasan yang memuaskan, bukan?

RESENSI

Ini adalah pengalaman kedua saya membaca karya Haditha, sebuah pengalaman yang berbeda walau masih bercerita tentang dunia yang sama. Tapak Setan memang begitu berbeda dengan Karung Nyawa, terutama dari segi emosi dan suasana yang disuguhkan dalam ceritanya.

Coba aku tanya, kalian pernah bangun tidur lalu melihat tangan kalian bersimbah darah?
Pernah? Tidak?
Aku setiap hari! (hlm. 2)

Semula Atarjoe hanyalah seorang pemuda belasan tahun yang tinggal di kawasan kumuh dan harus menghadapi kehidupan yang pahit. Ia dikuasai kemarahan karena melihat ibunya yang bekerja sebagai pelacur sering dimanfaatkan terutama oleh seseorang yang disebutnya sebagai Si Bangsat. Hingga ia mendapati setiap pagi saat terbangun tangannya selalu bersimbah darah dan berbau bangkai. Itulah pembuka jalan bagi Atarjoe untuk melampiaskan kemarahan dan dendamnya.

Membaca Tapak Setan membuat saya jadi sering merinding. Bagaimana tidak, kehidupan Atarjoe yang tragis dari satu kehilangan ke kehilangan yang lain membuat buku ini terasa emosional. Sedikit demi sedikit, dari hari ke hari, Atarjoe dibimbing oleh Setan Bocel untuk mengumpulkan amarahnya. Ketika amarah itu telah terkumpul, pelepasannya sungguh mengerikan. Namun puaskah Atarjoe?
Yang menarik adalah, setelah mengetahui fungsi dari telapak tangannya, Atarjoe memilih untuk berburu setan-setan baru dan menggunakannya untuk menghukum orang-orang yang dianggapnya telah melakukan dosa. Beragam setan pun bermunculan, bahkan jenis-jenis yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Selain Setan Bocel ada Setan Cebol, Tuyul Dubur, dan yang paling mengerikan yaitu Setan Klobot.
Semua setan ini memiliki keistimewaan dan tingkat kengerian masing-masing. Ada yang menjijikkan, ada yang mesum, tapi ada juga yang pendiam.

Fokus novel ini memang amarah dan dendam. Ceritanya penuh dengan kematian dan darah. Kematian yang membuat trenyuh, yang membuat bergidik, dan juga kematian yang memuaskan. Bagaimana seseorang berusaha menyembuhkan kesedihan dan lukanya dengan melampiaskannya kepada orang-orang penuh dosa. Walau Atarjoe beberapa kali menyebut dirinya sebagai bos para setan, saya merasa bias siapa yang menjadi budak siapa. Kemarahan Atarjoe di sisi lain membuatnya menjadi sesuatu yang lebih mengerikan dari setan.
Saya menemukan beberapa sentilan yang cukup mengena pada situasi lingkungan kita saat ini. Orang-orang mementingkan diri sendiri, memuja orang yang salah, main keroyokan... pada akhirnya orang-orang sok suci justru memiliki dosa juga melalui tangan orang lain. Maka di situlah Atarjoe nuncul untuk membasmi mereka.

Gaya bahasa yang digunakan Haditha dalam novel ini pun begitu kelam. Sadis dan bikin mual kalau saya boleh bilang. Saya bisa merasakan kebrutalan dalam diri Atarjoe melalui cerita yang keseluruhannya berupa narasi ini. Namun rasa penasaranlah yang membuat saya tak bisa berhenti membaca novel ini. Selain petualangan Tapak Setan begitu mendebarkan, ada misteri dibaliknya yang membuat saya terus terseret dalam alurnya. Kemana semua ini akan berujung? Bagaimana nasib Atarjoe nantinya? Apakah Tapak Setan itu sebenarnya?
Semua pertanyaan saya itu terjawab dengan klimaks yang luar biasa mencengangkan. Ah... saya rasa semua ini belumlah berakhir.

Tentu saja bagi kalian yang menyukai cerita horor dan terbiasa dengan hal-hal tragis dan sadis, saya merekomendasikan novel ini. Walau ada beberapa bagian yang membuat saya mual membacanya tapi karena jalan ceritanya yang seru, saya anggap novel ini layak untuk dibaca.

********** GIVEAWAY **********


Ada satu novel Tapak Setan yang bisa kalian dapatkan melalui blogtour kali ini. Kalian hanya perlu melakukan photo challenge yang tata caranya bisa disimak di akun instagram saya @kendengpanali 🤗
Buruan ya karena photo challenge ini hanya berlangsung tiga hari saja dari tanggal 8 - 10 November 2018. Ditunggu yaa partisipasinya :)
 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon