Minggu, 26 April 2015

[Resensi Gloomy Gift - Rhein Fathia] Menghadapi Ketakutan Terbesar dalam Cinta


Judul buku    : Gloomy Gift
Penulis          : Rhein Fathia
Penyunting   : Pratiwi Utami
Perancang sampul  : Wahyudi
Pemeriksa aksara   : Septi Ws
Foto sampul  : iStock
Penerbit        : Bentang Pustaka
Tahun terbit : 2015
Tebal buku    : 284 halaman
Dimensi         : 20,5 cm
ISBN               : 978-602-291-089-3
Available at   : bukupedia



BLURB

Kupandangi kamu dengan wajah memelas. Berharap kamu menyingkap apa yang sedang kita alami sekarang. Kamu tetap pada pendirianmu, bungkam. Pura-pura tak ada hal besar yang baru saja terjadi.
Bagaimana mungkin semua baik-baik saja? Di hari pertunangan kita, segerombolan orang menyerbu rumah. Tembakan diletuskan. Peluru. Jeritan orang-orang. Dan, kamu membawaku kabur masih dengan kebaya impian yang kini terasa menyiksa dipakai di saat yang tak sepantasnya.
Hari yang seharusnya bahagia, menjelma tegang dan penuh tanya. Kenapa kita harus lari? Belum cukupkah aku mengenalmu sejauh ini?
Aku tak siap menyambut kenyataan. Tak siap jika harus kehilangan. Tak kuat menahan rasa takut yang berkepanjangan.


RESENSI

Di hari pertunangannya, Kara Arkana mendapati kejutan, sayangnya itu bukan kejutan yang menyenangkan. Begitu prosesi pertunangan selesai dan para tamu - yang hanya kerabat dekat - bersantai, beberapa pria menyerbu rumah Kara dan melepaskan tembakan sambil mencari Zeno, tunangan Kara. Seketika Kara panik, apalagi Zeno tanpa memberi penjelasan apa-apa mengajaknya kabur. Terjun dari jendela kamarnya di lantai dua, berlari telanjang kaki di jalanan, kabur dengan motor yang terparkir di ujung gang dan bersembunyi dari satu tempat ke tempat yang lain. Di tengah pelarian mereka, Kara mendapat panggilan telepon dari salah satu kliennya yang mewanti-wanti Kara, agar berhati-hati terhadap Zeno, karena Zeno adalah seorang pembunuh.
Kara semakin panik, beberapa kali ia mencoba kabur dari Zeno, tapi nyaris pula terbunuh. Siapa yang harus Kara percayai? Zeno, tunangan yang telah -atau baru- dikenalnya 1,5 tahun tapi ternyata belum benar-benar ia kenal atau Pak Raymond, klien (yang menurut Kara) kebapakan yang mengaku putranya telah dibunuh oleh Zeno?
Saat Kara menemukan kenyataan bahwa profesi Zeno berbahaya, apakah ia memilih bersembunyi bersama traumanya akibat kehilangan papa atau tetap memilih bersama Zeno?

Rhein tidak banyak basa-basi dan langsung memberi gebrakan action di bab awal. Terus-menerus tanpa jeda. Hingga akhir novel. Saya serasa sedang menonton film action. Menonton? Iyaa, benar. Menonton. Karena Rhein bertutur dengan detil deskripsi yang lengkap. Suasana di sekitar, raut ekspresi tokoh utama, terbayang dengan mudahnya di kepala saya.
Plotnya mengalir dengan rapi. Saya senang karena Zeno dan Kara tidak 'tiba-tiba' menemukan motor-yang-diparkir-oleh-entah-siapa di pinggir jalan, atau kebetulan penjahatnya bisa membaca pikiran tokoh utama dan tahu ke mana larinya. Tidak. Tidak ada kebetulan-kebetulan dalam novel ini. Saya merasa tidak menemukan celah logika dalam novel ini. Hanya hukuman yang diterima penjahatnya yang hanya sebulan yang saya herankan. Membunuh di tempat umum loh, masak cuma sebulan??

POV menggunakan orang ketiga dan all of characters are soooo lovelly! Sungguh, saya bingung kok saya bisa jatuh cinta sama kesemua tokohnya seperti ini. Zeno yang tenang, tangkas dan dewasa, Dhewa yang tajam dan cerdas meski kadang kekanakan, Violet yang jenius dan unyu banget karena diam-diam iri sama Kara, Adrian yang cool meski porsinya cuma sedikit, daaan Furky yang keren dan asyik banget, terutama keterampilannya dan profesi ayahnya. Wow! Saya ternganga karena cewek ini.
Cuma Kara saja sih, yang nggak saya suka. Dia terlalu lemah hati dan girly sebagai heroine. Sebagai penyuka heroine yang kuat dan bertekad baja semacam Miriam di komiknya Kyoko Hikawa, saya geregetan banget sama Kara. Wkwkwkkk… Meskipun, bisa dibilang itulah mengapa Zeno bisa jatuh cinta padanya. Zeno memang butuh perempuan yang seperti Kara. Justru karakter jadi berimbang dengan girl stuff-nya Kara.
Saya suka chemistry antara Kara dan Zeno, kelihatan banget nyambungnya dan nyamannya mereka satu sama lain.

Desain sampulnya keren. Saya sih suka. Kesan misteriusnya ada, kesan macho-nya ada, kesan romantisnya juga ada.

Ada beberapa typo dalam novel ini, seperti :

- menggosok-gosokan -> menggosok-gosokkan (hal. 64)
- berada gedung sebelah -> berada di gedung sebelah (hal. 129)
- ada saku bagian dalam -> ada di saku bagian dalam (hal. 127)
- keluar kota -> ke luar kota (hal. 166)
- disekitarnya -> di sekitarnya (hal. 233)
- kebelakang -> ke belakang (hal. 234)
- ternyata dia ternyata -> ternyata dia / dia ternyata (hal. 258)

Konflik novel ini terfokus pada satu masalah. Saya merasa oke-oke saja, tapi mungkin untuk beberapa pembaca yang menginginkan drama, akan kecewa karena kurangnya intrik. Zeno dan Kara terlalu 'asyik' diburu Bos Lintang Samudra hingga tidak sempat menerima konflik lain selain konflik batin Kara yang trauma masa lalunya kembali.
Saya tau rasanya trauma hingga harus konsultasi ke psikolog. Hingga saya pikir traumanya Kara ini karena sesuatu yang really shocked her semacam melihat ayahnya terbunuh di hadapannya. Tapi kalau ternyata itu hanya karena takut kehilangan orang yang dicintai, ugh… itu keterlaluan nyebelinnya. Saya rasanya pengen ngejitak Kara, deh. Hahaha…
Dan lagi, kembali ke tag line di sampulnya "Terkadang cinta adalah tentang menghadapi ketakutan terbesarmu". Saya rasa wujud kalimat itu belum ada. Tokoh-tokohnya belum benar-benar menghadapi ketakutan terbesar mereka.

Saya harap sih untuk sekuelnya, eh ada sekuelnya kan, ya? Hihihi… Harus kalau menurut saya. Kalau enggak ada sekuel, kasihan itu hubungan Dhewa dan Vio, mereka manis banget. Karena saya ingin di kisah selanjutnya Kara bisa benar-benar menghadapi ketakutannya.

Saya suka twist-nya. Sungguh ada banyak kejutan dalam novel ini. Kalian harus baca sendiri agar bisa deg-degan dan terpesona sendiri.
Saya beri 4 bintang untuk Gloomy Gift.


TEBAR-TEBAR QUOTE

"Papa tidak pernah pergi dari hati Mama, juga dari hatimu, Kara Sayang." ( hal. 57)

Kadang kala selembar foto bisa menjadi benda mengerikan, hanya karena kemampuannya menghadirkan sosok yang tiada menjadi ada. (hal. 83)

"Konon, setiap anak perempuan selalu mencari sosok calon suami yang mirip ayahnya."
Kara menoleh cepat dan memandang Zeno sinis. (hal. 95)

Benar kata Ayah, cinta bisa membuatmu melakukan apa pun, termasuk melukai sosok yang kau cintai. (hal. 129)

"Kebanyakan pria menganggap wanita hanya sebagai makhluk yang ditakdirkan untuk ditaklukkan, bukan untuk dilindungi. Materi sebanyak apa pun tidak akan memenuhi 'rasa terlindungi' yang wanita butuhkan." (hal. 133)

"Jika masih rasional, itu bukan jatuh cinta, Ayah." (hal. 138)

Sometimes, someday means "I know it will never happen". (hal. 139)

"She's the girl my brother loves so much." Dhewa melirik Violet, yang sedetik berubah muram. And I'm in love with a girl who loves my brother so much. (hal. 148)

"Karena setiap orang butuh kambing hitam untuk penderitaan yang dia rasakan," lirihnya. "Bukankah menyedihkan ketika kamu menderita dan tidak tahu harus menyalahkan siapa?" (hal. 155)

"Muaythai."
"Itu olahraga favoritmu. Apalagi selain menembak?"
"Terjun payung, panjat tebing, menyelam …"
"Ke dalam lautan?" Mata Kara membulat takjub.
"Termasuk ke dalam hatimu." (hal. 181)

"Mama akan lebih menyesal jika tidak hidup dengan seseorang yang Mama cintai." (hal. 242)



Yang ini "Zeno dan Dhewa" milik saya, novel Gloomy Gift- pun jadi rebutan mereka seperti biasa. Haha…




Minggu, 19 April 2015

[Resensi Cinta Sehangat Pagi - Aimee Karenina] Ketika Hangatnya Cinta Dihadang Badai Gelap

Judul buku   : Cinta Sehangat Pagi
Penulis         : Aimee Karenina
Editor           : Donna Widjajanto
Desain sampul : Suprianto
Tata letak isi     : Shinzy & Fajarianto
Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit     : 2014
Jumlah halaman : 211 halaman
ISBN                  : 978-602-03-0924-8
Available at: bukupedia






BLURB


Mengimamimu adalah mimpi terbesarku.
Bagi Nino, Selma adalah pelabuhan terakhirnya. Dia bahkan bersedia melanggar sumpahnya untuk tidak berpacaran sebelum menikah, ketika bertemu Selma. Sayangnya, walau didesak bagaimanapun, Selma tidak mau buru-buru menikah.


Dia mengajakku menikah sebulan sekali. Aku bahkan sulit percaya kalau dia serius!
Bagi Selma, Nino adalah pria sempurna-blasteran Spanyol, aktivis lingkungan yang cerdas, dan gentleman yang alim. Tapi, yang diinginkan Selma bukanlah pernikahan, melainkan karier yang cemerlang.



AKU BISA MENGORBANKAN SEGALANYA DEMI DIA. AKU TAHU BAGAIMANA CARA MENCINTA.
Saat bermain tarik-ulur dalam hubungan mereka, Nino dan Selma tidak menyadari ada pihak lain yang menyelinap datang dengan obsesi siap menghancurkan tali kasih yang rapuh inu. Akankah Nino dan Selma teguh bersatu, atau malah mengalah pada permainan takdir?



RESENSI

Cinta Sehangat Pagi dibuka dengan acara makan malam antara Selma Zafir dan Nino Fahim Santos. Nino secara to the point mengajak Selma menikah. Selma terperanjat, bukan hanya karena baginya hubungan ini baru berjalan 8 bulan, tapi juga karena ini ajakan menikah yang ke-8 dari Nino! Selma tentu saja ngambek karena baginya Nino tidak romantis, terburu-buru dan sederet alasan lainnya. Selma ingin mengejar karier terlebih dahulu. Dibesarkan dalam keluarga yang membebaskan perempuan mengejar karier setinggi-tingginya, Selma ingin sukses sebagai wanita karier seperti ibu dan tantenya.
Sementara Nino sendiri, yang alim dan berpegang teguh pada agama, merasa pacaran selama 8 bulan sudah sangatlah cukup. Ia sudah menentang prinsipnya sendiri dan mengajak Selma berpacaran dengan segala persyaratan yang aneh. Di saat kegamangan mereka itulah, orang ketiga berdatangan di antara mereka. Ada Titus, yang merupakan teman kerja Dija, adik Selma; Regina, sahabat Nino semasa kuliah; dan Camilla, teman SMP Nino. Salah satu dari mereka telah membuat rencana matang untuk memisahkan Selma dan Nino dan berniat menempuh segala cara untuk mendapatkan sang pujaan hatinya.

Cinta Sehangat Pagi merupakan novel Islami berbalut thriller. Plotnya mengalir dan ketegangannya masuk secara perlahan-lahan. Bertambah dengan porsi yang pas di tiap babnya. Pelaku sengaja disamarkan untuk membuat pembaca menebak-nebak siapa orang ketiga yang sangat mengancam ini.

Nino menjadi tokoh yang memegang peranan nuansa Islami. Nino selain digambarkan sebagai pria blasteran Indonesia-Spanyol yang merupakan aktivis lingkungan dan alim, Nino ini juga hormat sama perempuan dan terutama nggak pernah maksa-maksa Selma untuk menunaikan kewajiban sebagai muslimah. Hayooo susah nggak mencari cowok seperti Nino di dunia nyata? :D
Selma sendiri merupakan perwujudan gadis masa kini; cantik, independen dan mendahulukan karier. Makanya transformasi Selma yang sedikit demi sedikit memenuhi perintah Allah sungguh menarik. Meski Selma ini karakternya kok sedikit mbulet dan ribet. Susah gitu dibujukin nikah. :D

Desain sampul novel ini manis dan hangat banget. Sepasang tangan yang bergandengan itu diblur, mungkin untuk menggambarkan gaya pacaran kedua tokohnya. Tapi menurut saya, fashion yang dipakai tokoh cewek di cover nggak menggambarkan pribadi Selma. Gimana ya, kesannya gadis yang di cover itu lebih sederhana kalau dilihat dari model pakaiannya.

Cinta Sehangat Pagi merupakan novel yang komplit. Roman dengan unsur Islami, thriller, juga isu penyelamatan lingkungan diramu dengan apik. Hanya saja untuk latar rasanya belum masuk ke cerita. Berulang kali saya lupa kalau setting-nya ada di Medan, entah kenapa benak saya malah membayangkan cerita ini terjadi di Jakarta. Lokasi dan kulinernya sedikit kurang tergali dan terdeskripsi.

Tapi nilai plus novel ini adalah:

  1. Isu penyelamatan Paus.
Aimee menyoroti perburuan paus yang terjadi di perairan dunia. Sungguh mengagumkan kalau benar-benar ada orang Indonesia yang menjadi aktivis melawan tradisi perburuan paus di Kepulauan Faroe. Karena sungguh, membunuh paus-paus itu adalah perbuatan keji dan biadab :'(
Makanya saya senaaaang sekali karena penulis mengangkat tema itu.

2.  Yang kedua tentang Pseudocysis.

Pseudocysis atau kehamilan palsu adalah kondisi yang terjadi dimana seorang wanita merasa hamil padahal secara medis tidak hamil sama sekali. Juga tentang penyakit kegilaan yang mungkin saja bisa terjadi pada orang-orang di sekitar kita.
Tambahan pengetahuan buat pembaca, nih :)


TEBAR-TEBAR QUOTE


"Kalau bicara tentang kepuasan, manusia nggak akan pernah puas, Sel! Tiap kali maju satu langkah, tujuan malah bergerak menjauh empat langkah. Begitulah kira-kira. Kita sendiri yang harus tahu, kapan saatnya berhenti." (hal. 5)

"Orang sering menyalahkan cinta atau kecocokan. Pada kenyataannya, manusia memang tidak akan pernah cocok satu sama lain dengan sempurna, kok! Pasti ada saja perbedaan di sana-sini yang harus diatasi. Tapi, dengan cinta semua perbedaan itu mudah dijembatani. Namun, saat cinta sudah hilang, perbedaan kecil pun bisa menjadi perang dahsyat." (hal. 8)

"Kalau tahu punya banyak kekurangan, kenapa tidak berusaha memperbaikinya?" (hal. 25)

"Aku memang bukan cermin perempuan yang taat beragama. Aku masih mengabaikan perintah untuk menutup aurat. Tapi, apakah itu berarti kamu lebih baik dibanding aku? Aku jadi sungguh-sungguh ingin tahu, apakah jika seseorang berhijab lantas boleh seenaknya melontarkan perkataan yang bisa menyakiti hati orang lain? Apakah hijab itu lantas menjadikanmu kebal dari segala dosa?" (hal. 52)

"Apakah aku lantas menjadi perempuan bejat karena tidak menutup aurat?" tanya Selma dengan suara tersendat. "Apakah hanya kalian yang berhak mendapatkan kebaikan dalam hidup ini? Dan untuk orang-orang sepertiku yang belum siap berhijab, hanya keburukan yang pantas kudapatkan? Tidak peduli seberapa kerasnya aku ingin menjadi manusia yang baik?" (hal. 60)

Untuk setiap sesuatu yang diambil, harus ada pula sejumlah imbalan. Cukup adil, kan? (hal. 88)

Cinta pada dasarnya adalah soal perasaan terdalam yang hanya dimiliki untuk seseorang yang istimewa. Hubungan seperti itu sama sekali tidak melibatkan kemewahan dan materi. Tidak ada tempat untuk hal-hal seperti itu dalam cinta sejati. (hal. 125)


Saya beri 3 bintang untuk Cinta Sehangat Pagi.

Kamis, 16 April 2015

[Resensi] Gifts of Love - Kado Cinta dalam Keajaiban Natal

Judul buku : Gifts of Love
Sub judul : Kado cinta
Penulis : Lisa Kleypas & Kay Hooper
Penerbit : Dastan Books
Penerjemah : Endang Sulistyowati
Penyunting : Mehong F. Purba
Genre : Historical romance
Tahun terbit : Juni 2013
Jumlah halaman : 356 halaman
Dimensi : 11 x 18 cm
Desain sampul : m.shuzue@yahoo.com
ISBN : 978-602-247-104-2





BLURB

Holiday Spirit
Countess of Ware berusaha menjodohkan kembali cucunya, Antonia, dengan Richard Allerton, Duke of Lyonshall. Richard diundang untuk merayakan Natal bersama di Wingate Castle. Pertunangan serta rencana pernikahan Antonia dan Richard sebelumnya telah gagal karena Antonia, dan hanya Antonia yang tahu mengapa dirinya membatalkan pernikahan itu. Di malam-malam bersalju menjelang Natal, Antonia dan Richard melihat pemunculan hantu-hantu yang mengungkapkan rahasia penghuni kastil di masa lalu, peristiwa tersebut mendekatkan kembali mereka berdua. Richard yang masih mencintai Antonia terus berusaha meluluhkan kembali hati Antonia, sementara itu Antonia merasa tak berdaya dengan perasaannya kepada Richard yang masih ada di hatinya.

Surrender
Jason Moran adalah orang kaya dan sukses dari hasil kerja kerasnya. Ia berusaha menaikkan statusnya dengan menikahi Laura Prescott, gadis keturunan bangsawan di Boston. Namun pernikahan tersebut seolah-olah tak bermakna. Jason merasa bahwa dirinya dinilai tidak pantas menikahi Laura, sementara Laura merasa Jason begitu dingin kepadanya. Laura bahkan berpikiran bahwa pernikahan mereka telah salah sejak awal. Namun, kesalahpahaman yang memuncak di antara mereka berdua mulai mencair ketika mereka mengikuti acara Natal keluarga Prescott. Mungkin segalanya belum terlambat bagi pernikahan mereka berdua.


RESENSI

Gifts of Love berisi dua novella dari dua penulis berbeda. Lisa Kleypas dan Kay Hooper.
Dalam Holiday Spirit yang ditulis Kay Hooper diceritakan bahwa Countess of Ware mengundang Richard Allerton ke pesta Natal pribadi keluarga mereka. Tentu saja tujuan utamanya adalah menjodohkan Richard kembali dengan cucunya, Antonia. Dua tahun lalu Antonia secara sepihak memutuskan pertunangannya dengan Richard dan menyimpan sendiri alasannya. Meski menjadi skandal, ia tetap teguh menolak berhubungan kembali dengan Richard. Tapi sang nenek dibantu oleh cuaca badai yang akan membuat mereka terpencil di Wingate Castle, telah menempatkan mereka berdua di sayap selatan kastil. Antonia mengira neneknya sengaja mengatur agar ia dan Richard hanya berdua di sayap selatan agar kisah cinta di antara mereka berdua timbul kembali. Ternyata ia salah. Sang Countess bukan hanya mengharap bantuan dari cuaca tapi juga dari hantu-hantu leluhur Antonia yang muncul di kamar Antonia dan Richard! Pada akhirnya, Antonia harus mengungkapkan alasan apa yang membuatnya memutuskan Richard dan mencoba menemukan kembali kepercayaannya terhadap Richard.

Kisah Surrender dimulai dengan kunjungan Jason Moran ke rumah teman kampusnya yang sama-sama kuliah di Harvard, Hale Prescott. Untuk pertama kalinya ia bertemu dengan Laura Prescott yang masih belia. Jason yang merupakan pria keturunan Irlandia memutuskan ia akan menikahi Laura Prescott untuk menaikkan status sosialnya. Saat Jason berhasil mewujudkannya, ia mengira Laura jijik padanya dan bersedia menikah hanya karena hartanya. Padahal Laura yang lugu, yang tak pernah mengenal pria sebelumnya, selalu takut membuat Jason marah. Sehingga dua bulan pernikahan mereka berjalan dengan kesalahpahaman. Hale yang menyadari ketidakberesan hubungan mereka terpaksa sedikit turut campur. Berbekal informasi dari Hale, Jason menemani Laura untuk mengikuti acara Natal keluarga Prescott. Di sana mereka saling menemukan kebenaran perasaan-perasaan mereka. Mengapa Laura bersedia menikah dengan Jason yang bukan bangsawan murni? Dan mengapa Jason begitu membenci darah Irlandia-nya? Yang pasti Lisa Kleypas tidak pernah mengecewakan dalam memberi ending yang manis.

Sebagai penggemar Lisa Kleypas saya kembali menemukan plot yang menarik dari Lisa. Setelah kecewa membaca Stranger in My Arms sebelumnya, saya kembali jatuh cinta pada hero dan heroine dalam novella ini. Saya suka sifat Laura yang berani dan tahu apa yang diinginkannya. Ia benar-benar cocok mendampingi Jason yang temperamental. Dialog mereka cerdas dan menarik, begitu hidup dan menghibur.

Untuk Holiday Spirit, ini pertama kalinya saya membaca karya Kay Hooper. Cukup menarik sebagai permulaan bahkan saya rasa plotnya mengalir dan membuat berdebar-debar. Hanya saja untuk novella yang bertema Natal, kesan natalnya masih kurang. Berbeda dengan Surrender milik Lisa Kleypas yang meskipun tokoh-tokohnya memiliki ketegangan, namun orang-orang di sekitar mereka begitu ceria dan bergembira dalam nuansa Natal.

Untuk desain sampul, saya suka. Warnanya begitu syahdu dan menggambarkan magisnya musim dingin. Tapi karena novel ini bertema Natal, saya rasa kecantikan sampulnya tidak pas dengan tema.

Penerjemahannya bagus tapi ada sedikit sekali typo.

"Aku tahu apa yang niatmu, dan aku tidak mau bercinta denganmu di atas salju." (Hal. 293)

Mungkin maksudnya 'apa niatmu' atau 'apa yang menjadi niatmu'.

Juga yang ini:

Laura melihat bahwa apa pun yang dugaan Jason tentang reaksinya, yang pasti bukan ini. (Hal. 305)

Kata 'yang' sekali lagi tidak tepat penulisannya.


TEBAR-TEBAR QUOTE


"Aku heran kenapa hantu memilih untuk berkeliaran saat cuaca sedang buruk. Dan kenapa tengah malam sepertinya menjadi waktu khusus mereka." (Hal. 51)

"Cinta adalah… tuan yang sangat menuntut." (Hal. 144)

"Lebih baik mengeluarkan amarah sekaligus dan menyelesaikannya." (Hal. 253)


3 bintang untuk Holiday Spirit dan 4 bintang untuk Surrender, jadi Gift of Love saya beri 3,5 bintang.
 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon