Rabu, 29 Juli 2015

[Resensi: Ally-All These Lives by Arleen A] Menjelajahi Banyaknya Alam Semesta Bersama Ally


Judul buku : Ally - All These Lives
Penulis : Arleen A
Editor : Dini Novita Sari
Desain sampul : Iwan Mangopang
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 22 Januari 2015
Tebal buku : 264 halaman
ISBN : 978-602-03-0884-5
Available at: bukupedia




BLURB

Apa yang akan kaulakukan jika satu menit yang lalu kau anak tunggal orangtuamu, lalu satu menit kemudian ada seseorang yang muncul entah dari mana dan duduk di sampingmu mengaku sebagai adikmu? Apa yang kau lakukan jika kau menemukan foto di meja, menampilkan dirimu dan seseorang yang belum pernah kaulihat? Apa yang kaulakukan jika kau pulang ke rumah dan menemukan bahwa di dalam rumah itu sudah ada dirimu yang lain?

Kehidupan Ally memang bukan kehidupan biasa. Kerap kali ia mendapati dirinya ditempatkan dalam kehidupan yang seolah miliknya, tapi ternyata bukan. Dan tiba-tiba kata "pulang" punya makna yang baru. Apakah Ally akan memiliki kesempatan untuk "pulang"? Akankah ia bisa kembali pada cinta yang ditinggalkannya di kehidupan yang lain?

Ini bukan kisah biasa. Ini kisah yang akan membuatmu berpikir kembali tentang arti hidup dan arti cinta yang sebenarnya.


RESENSI

Semua bermula ketika Ally baru berusia sepuluh tahun. Gadis kecil itu duduk di dapur dan berbicara tentang ulangan matematikanya ketika Mamanya mengeluarkan seloyang kue kering cokelat dari oven. Tiba-tiba Ally merasakan seolah ada seekor semut berjalan di lengan kirinya. Namun ketika mengusapnya, tidak ada semut di sana. Justru tiba-tiba semua yang ada di sekitarnya… menghilang!
Meja, kursi, kotak makan, dan botol minum menghilang. Bahkan Mamanya dan seloyang kue kering juga menghilang. Ally terperangkap dalam sebuah ketidakberadaan. Tak ada kegelapan dan tak ada yang bisa ia lihat.
Lalu ketika Ally kembali melihat warna-warna dan mulai fokus, betapa terkejutnya ia karena ia mendapati ada di tempat yang sama, namun dalam versi dunia yang berbeda. Ally mendapati dirinya berada di dapur bersama mama yang memasak sup dan ada seorang anak laki-laki berusia kira-kira lima tahun yang tak lain adalah adiknya.
Saat ia bersikeras bahwa ia tadinya adalah anak tunggal, ia dibawa ke psikiater. Ally kebingungan. Tak tahu apa yang terjadi. Hingga peristiwa ketidakberadaannya yang kedua terjadi saat ia SMA.
Kali itu, Ally datang ke versi kehidupan di mana Albert, adiknya, telah meninggal dalam kecelakaan. Kemudian Saat Ketidakberadaan Ally datang lebih sering. Tak terduga dan tak terantisipasi. Setiap kali terjadi, selalu ada yang berubah dalam hidup Ally. Ally pun mendapat jawaban ketika mengikuti kelas astronomi, saat Profesor Fraknoi berbicara tentang beberapa alam semesta yang tumpang tindih. Itulah mulanya Ally mengenal adanya "Dunia yang Banyak". Teori yang merumuskan bahwa alam semesta terbelah dan terbagi setiap kali keputusan dibuat.
Ally pun menemui seorang ilmuwan yang mengajar di Universitas Oxford bernama Profesor David El Drone dengan harapan sang profesor bisa menemukan sesuatu untuk menghentikan 'perpindahannya'. Tapi hasilnya nihil. Ally tetap saja mengalami Saat Ketidakberadaan, hingga akhirnya ia pun pasrah. Menerima dan menjalani versi kehidupan mana pun ia ditempatkan.
Tapi tetapkah Ally pasrah saat ia bertemu seseorang yang istimewa? Bagaimana cara Ally tetap berusaha ada di dekat orang-orang yang ia cintai? Apakah ia bisa memilih versi kehidupannya sendiri? Dan apakah hanya Ally satu-satunya orang yang bisa menjelajah "Dunia Banyak"?

--------

Saya sangat menyukai Arleen sebagai penulis cerita anak. Setiap kali ada yang bertanya atau minta rekomendasi buku cerita anak, saya pasti menyebut nama penulis ini ^^
Maka ketika saya mendapat novel ini dari editornya, Dini Novita Sari, saya girang banget. Akhirnya saya bisa membaca novel beliau. Saya penasaran apakah saya akan menyukai novelnya sebesar saya menyukai buku cerita anaknya 😊

Tema dalam novel Ally benar-benar menarik. Saya sungguh senang ada penulis Indonesia yang berani menulis dengan tema Banyaknya Alam Semesta. Saya tidak merasakan adanya lubang menganga dalam alur kisahnya. Semua begitu rapi terjalin dan menggiring saya terhanyut dalam petualangan Ally.

Diceritakan dengan sudut pandang orang pertama yaitu Ally, saya dibawa ke dunia Ally dalam versi yang berbeda-beda. Dan entah kenapa, membaca penuturan Ally membuat saya teringat novel The Time Traveler's Wife. Apa karena mereka sama-sama sebagai 'aku' dan mengalami 'saat pertama' mereka ketika kecil, ya?

Untuk setting awalnya saya agak kebingungan akan latar tempatnya. Karena kalau saya nggak salah ingat, baru di bab enam lah disebutkan Ally tinggal di San Francisco.

Ally sungguh karakter yang kuat. Diambil dari satu versi kehidupan dan ditempatkan ke versi kehidupan lain sungguh menakutkan. Ia tidak tahu akan kehilangan siapa atau menemukan siapa di versi kehidupan barunya. Tapi ia menghadapinya dengan tabah. Ally juga terasa optimis saat ia berusaha mencari orang-orang yang ia sayangi di versi kehidupan barunya.
Sedangkan untuk karakter Kevin dan James, saya masih merasa mereka adalah satu orang. Tidak ada perbedaan mencolok di antara keduanya dalam hal 'bersuara'.
Cukup banyak narasi dalam novel Ally, tapi nggak membosankan. Mungkin hanya terasa repetitif ketika Saat Ketidakberadaan Ally datang, narasi penjelasan tentang suasana dan sensasinya diulang kembali dengan hampir sama.

Saya suka twist endingnya. Jujur saya nggak bisa menebak bagaimana kehidupan Ally akan berakhir. Dan ketika saya merasa kehidupan Ally telah stabil, saya mendapat kejutan. Yah, meskipun saya rasa Ally terlalu banyak mendapat 'keberuntungan' pada akhirnya :))

Saya suka konsep covernya. Elegan dan menggambarkan banyaknya dunia Ally. Yang kurang menarik hanyalah perpaduan warnanya menurut saya.

Saya sudah yakin akan menikmati novel ini tanpa halangan (baca: typo). Tentu saja karena nama penulis dan editornya. Dan terbukti saya nggak menemukan typo, hanya ada kekurangan tanda titik dan kesalahan peletakan tanda koma di halaman 153.

Saya rekomendasikan novel Ally-All These Lives karena saya menjadi memaknai setiap orang yang hadir dalam versi kehidupan saya dan semakin mempertimbangkan masak-masak tiap keputusan yang saya ambil 😉
Saya beri 4 bintang untuk Ally-All These Lives.


TEBAR-TEBAR QUOTE

Setiap kali Saat Ketidakberadaan-ku datang, aku jadi merasa bahwa dunia sedang memainkan sebuah permainan dan aku telah ditinggalkan. (hal. 25)

"Berarti ada banyak sekali alam semesta karena ada begitu banyak manusia dan masing-masing dari mereka membuat begitu banyak keputusan di dalam hidup mereka? Dan setiap kali keputusan dibuat, entah itu keputusan sederhana seperti menu makan pagi atau keputusan besar seperti pemilihan profesi dan pasangan hidup, maka alam semesta akan terbagi?" (hal. 36)

"Tapi kata siapa hidup ini adil? Paling tidak, orang harus menanggung risiko dan konsekuensi dari semua keputusan yang diperbuatnya." (hal. 42)

Alam semesta ini tidak mempunyai Kevin di dalamnya. Sekarang, bagaimana caraku untuk bisa hidup di sebuah alam semesta yang tidak punya Kevin dan Albert di dalamnya? (hal. 86)

"Aku tidak bilang bahwa kau dapat mengendalikan hidupmu. Aku bilang kau dapat memutuskan untuk menerimanya. Jika kau menerimanya, kau akan lebih menghayati hidupmu yang sekarang. Tapi jika tidak, kau hanya akan menjadi seorang turis yang hidup dari sebuah koper, menantikan penerbanganmu selanjutnya." (hal. 121)

"Tuhan, tolong beri aku keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah, beri aku kedamaian untuk menerima hal-hal yang tidak dapat kuubah, dan beri aku kebijaksanaan untuk membedakan keduanya." (hal. 150-151)


2 komentar:

Fikriah mengatakan...

Ally! Ah mau curcol di sini ah. Aku udah penasaran sama buku ini sebelum terbit, lalu udah baca bab 1 nya juga, dan emang sepertinya keren banget. Dan setelah terbit, aku main ke Gramed sama tanteku, ini buku sudah terbeli, sudah ada di tanganku! Eh pas sampai rumah tanteku nyadar kalau di belakang buku ada label 'Novel Dewasa'. Udah. Ally disita deh. Huhu #Syedih.

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Hmm~ kalau nggak salah ingat sepertinya nggak ada adegan dewasanya kok. Mungkin temanya saja yg dianggap agak "berat".

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon