Jumat, 22 Desember 2017

[Review] Grand Story Magazine: Liberating Literacy | Semangat Berbagi dalam Literasi

Nama Majalah: Grand Story Magazine
Project Director: Rudy Harsono
Editor in Chief: Fiqih A. Dennoto
Media Reporter: Yoshica Putri & Dedy Tri Sulistyadi
Copywriter: Sekar Wulandari Yogaster
Photographer: M. Edo Barrudy & Aryanda Nugraha
Cover: Betrayer Family
Cover Writer: Kurniawan Gunadi
Illustrator: Ifada Nisa
Writer: Shevani Thalia, Marina Sybille, & Hestia Istiviani



Sebagai individu yang tumbuh besar bersama majalah, hal yang masih jadi kebiasaan saya adalah: membuka halaman majalah dari belakang, alias dari halaman terakhir ke muka. Ini kesenangan utama saya dari membaca majalah ataupun tabloid, karena tentu saja saya nggak bisa melakukannya terhadap buku, novel dan komik, kan?
Bahkan hingga sekarang saat majalah yang saya konsumsi hanyalah majalah bobo dan mombi yang saya baca bersama anak-anak saya, anak-anak yang awalnya heran pun sekarang terbiasa dengan habit saya ini.

Ketika sebuah email datang dari Sekar Wulandari di bulan Agustus lalu (huhuu, maafkan jika review saya berselang cukup lama), untuk menawari saya mereview sebuah majalah tematik, tentunya ini menarik minat saya dan saya menyetujuinya. Majalah ini tiba di bulan September dan benar-benar membuat saya penasaran karena Grand Story Magazine yang dikirimkan kepada saya kebetulan bertema Liberating Literacy.
Desain covernya cakep banget. Sebuah gambaran tentang manusia saat menerima dan mengolah arus informasi, diilustrasikan dengan sangat apik dan detail dalam tinta emas dengan latar hitam. Dan ternyata, cover ini punya makna mendalam yang diulas sendiri dalam Cover Story... waaah rupanya konsep untuk cover pun dipikirkan secara matang 😍

"Menerima dengan indera.
Memilah dengan pikiran.
Mencintai dengan hati.
Menjadikannya kebaikan."

Demikian secuil inti dari cover story yang rasanya mengena di hati, dan membuat saya meresapinya lamat-lamat.

Grand Story Magazine memiliki konsep yang rapi. Disajikan dengan dwibahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, majalah ini nyaman untuk dibaca. Walau saya membaca dari belakang, tapi saya tetap akan menjabarkannya dari depan, sehelai demi sehelai. Kkk~
Selain Cover Story, majalah ini juga menghadirkan Flash Story, Main Story, Figure Story, Advertising Story, Community Story, Our Story, Event Story dan After Story. Wow... komplit banget, kan?

Dalam Flash Story disajikan berita-berita ringkas tentang perkembangan terkini sesuai tema. Karena edisi ini temanya adalah literasi, tentunya dalam Flash Story muncul berita-berita terkini tentang literasi, yang tentunya sangat penting untuk diketahui.
Ada tiga artikel utama dalam Main Story yaitu: Mengedukasi Lewat Literasi, Mematahkan Stereotipe Lewat Pembaharuan Perpustakaan, dan Kejayaan Industri Buku, Pekerjaan Rumah Literasi Indonesia. Masing-masing artikel menghadirkan perspektif yang matang dan disampaikan dengan apik.



Memasuki Figure Story ada tokoh-tokoh hits dalam dunia literasi yang memeriahkan isi majalah ini. Mereka adalah Aan Mansyur, Agustinus Wibowo, Dewi Lestari, dan Kathleen Azali. Jawaban-jawaban yang mereka berikan dalam sesi question & answer dalam majalah ini begitu jujur, penuh dedikasi dan menginspirasi.
Dalam advertising story, ada tips-tips yang dibagikan kepada pembaca tentang periklanan, dan yang lebih penting yang masih berkaitan atau sesuai dengan tema.

Dua komunitas literasi kota Surabaya bercerita secara bergantian dalam Community Story. Sebagai kota yang mendeklarasikan diri sebagai Kota Literasi, komunitas-komunitas literasi mulai tumbuh dan menyemarakkan Surabaya, seperti Aliansi Literasi Surabaya dan Komunitas Kota Jancuk yang tampil dalam majalah ini. Kisah dan kegiatan yang mereka kemukakan tentunya diharapkan bisa menginspirasi para pembaca.
Dalam Our Story terdapat artikel-artikel tentang industri kreatif yang muncul untuk memberikan kesegaran. Yang menarik tentu saja ada pada artikel travel, di mana muncul sisi lain kekayaan Surabaya yang ditampilkan melalui potret-potret yang luar biasa indah. Foto-foto yang mampu 'berbicara' bahkan tanpa narasi apa pun. Selain itu ada juga Book Review, Our Recommendation dan Our Opinion yang melengkapi bagian ini.



Beberapa kegiatan yang telah diadakan di Surabaya muncul dalam Event Story. Sedangkan After Story menjadi penutup yang merangkum keseluruhan tema, memberikan penutup yang membuat pembaca merasa tergugah dan berpikir untuk lebih kreatif lagi, terutama dalam menyebarkan semangat literasi.

Secara keseluruhan tampilan Grand Story Magazine sangat menarik. Tata letaknya nyaman untuk dibaca, penempatan dan pemilihan foto-fotonya pun indah dilihat. Iklan-iklannya tidak mengganggu baik dari segi penempatan maupun porsinya. Grand Story bukan hanya sebuah majalah yang menyajikan tema-tema terkini tapi juga memanjakan pembacanya.
Untuk berlangganan atau informasi lainnya bisa dengan menghubungi via email marketing.grandstorymagz@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon