Sabtu, 07 November 2015

[Resensi: Sepatu sang Raja dan Dongeng-Dongeng Indah Lainnya - Djokolelono] Mendongeng Sambil Bersajak


Judul buku: Sepatu sang Raja dan Dongeng-Dongeng Indah Lainnya
Penulis: Djokolelono
Ilustrasi: Chandra Purnama, de Elite Team, Riwisoto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: September 2015
Tebal buku: 96 halaman
ISBN: 978-602-03-2030-4
Available at: bukupedia.com



BLURB

Sepatu sang Raja dan Dongeng-Dongeng Indah Lainnya merupakan kumpulan dongeng yang sarat moral.
Lewat enam kisah di dalamnya,
anak-anak diajak untuk lebih memedulikan sesama,
menghargai kelebihan orang lain,
dan bertanggung jawab.

"Mendongeng merupakan pengalaman kreatif yang sangat menyenangkan bagi anak-anak.
Jangan sekadar membacakan dongeng-dongeng ini, tapi ceritakan dengan kata-kata dan gaya sendiri." (Djokolelono)

Enam dongeng dalam buku ini:
1. Sepatu sang Raja
2. Mawar yang Angkuh
3. Kamar Raffi
4. Si Utuk dan Si Meri
5. Ibing si Kecebong
6. Biri-biri yang Cerdik

RESENSI

Buku Sepatu sang Raja dan Dongeng-Dongeng Indah lainnya memuat enam cerita yang menggelitik rasa dan batin. Diiringi dengan ilustrasi yang menarik, dongeng-dongeng di dalamnya memberi pembaca pesan moral yang dalam.

1. Sepatu sang Raja
Dikisahkan seorang raja yang bijaksana hendak melakukan blusukan untuk mencari tahu keresahan rakyatnya. Ia pun menyamar dan menjelajah dari desa ke desa, dan dari kota ke kota. Sekembalinya raja ke istana, raja menunjukkan kakinya yang lecet-lecet dan berdarah. Keputusan apa yang diambil sang raja untuk mengatasinya? Bijaksanakah keputusan itu?

2. Mawar yang Angkuh
Semua penghuni hutan telah mengenal kecantikan bunga Mawar yang bak ratu. Keharuman dan keindahannya membuatnya selalu dipuji, hingga ia menjadi sombong. Bunga Matahari mencoba menasihati, tapi bunga Mawar makin menjadi-jadi bahkan mengejek Kaktus yang jelek. Hingga tibalah musim kemarau. Apakah Bunga Mawar akan tetap tinggi hati?

3. Kamar Raffi
Raffi memiliki kamar sendiri, sayang berantakannya setengah mati. Padahal, bukankah dengan memiliki kamar sendiri berarti Raffi harus bertanggung jawab terhadap kamarnya. Bunda selalu menegur, tapi Raffi selalu punya alasan. Bagaimana ya, cara Bunda memberi Raffi pelajaran agar mau membereskan kamarnya?

4. Si Utuk dan Si Meri
Utuk adalah seekor anak ayam yang bersahabat dengan Meri, si anak itik. Jika melihat Meri, Utuk selalu menertawakannya. Lihat saja, jari-jari kaki Meri bergandengan, mulutnya juga terlalu lebar! Dengan kekurangannya itu, bukankah Meri tak bisa mengais tanah dan mematuk cacing? Meri pun melemparkan tantangan pada Utuk. Apa tantangannya? Dan siapa yang menang?

5. Ibing si Kecebong
Ibing si kecebong merasa iri pada katak-katak muda karena mereka bisa keluar dari air. Ibing menganggap dirinya pasti mampu melompat-lompat di atas tanah, karena ia telah memiliki dua kaki belakang. Lagipula ia kuat. Ibing pun naik ke daratan. Tapi oh, apa yang akan terjadi ya, jika Ibing tetap nekat?

6. Biri-biri yang Cerdik
Seekor anak biri-biri yang nakal, suka sekali berlari menjauhi kawanannya yang sedang merumput. Kali ini ia pun bermain semakin jauh dari rombongannya. Tapi tiba-tiba, muncul serigala dari balik semak-semak. Serigala senang karena berhasil menemukan santapan. Lalu apa akal tang digunakan anak biri-biri agar bisa lolos? Dan apakah ia berhasil?

------------

Sepatu sang Raja dan Dongeng-dongeng Indah Lainnya langsung menjadi favorit putra-putra saya. Tentu karena ilustrasinya yang menarik, cerah dan full color dan dicetak di kertas glossy. Perpaduan warnanya menggambarkan keceriaan yang terbawa ketika membaca cerita-cerita di dalamnya.

Bahasa yang ditulis sederhana namun indah. Indah karena menggunakan bahasa berima. Hampir mirip seperti membaca sajak.

Di antara bunga-bunga itu,
sebatang pokok mawar tumbuh bagai ratu.
Bunganya mekar indah selalu,
menebar wangi ke semua penjuru
. (hlm. 26)

Diksi yang digunakan ini membuat putra saya bisa belajar pola berima. Pilihan katanya juga nggak terlalu sulit dibaca bagi anak yang sedang belajar membaca seperti putra saya. Bahkan saya sempat mengajarinya membaca buku dongeng ini dengan gaya deklamasi. Mereka senang sekali saat melakukannya. :))

Selipan moral di dalamnya pun sangat tepat karena menyangkut pola keseharian anak-anak. Beberapa anak suka mengejek teman karena berbeda, merasa diri paling hebat dan memandang rendah anak lain, juga bersikap gegabah dalam mengambil keputusan. Ada banyak hal yang bisa digali bersama anak dari dongeng-dongeng ini. Dan pemikiran mereka seusai menyelesaikan satu bacaan kadang luar biasa dan diluar perkiraan orangtua.

Mungkin yang agak kurang pas hanya cerita tentang Kamar Raffi yang lebih mengarah ke cerita anak daripada dongeng. Karena cerita lainnya adalah kisah fabel dan dongeng kerajaan, maka cerita Kamar Raffi ini menjadi anomali yang lebih mengarah ke realita kehidupan nyata.

Saya rekomendasikan buku dongeng ini bagi putra-putri kita tercinta. Karena mereka akan menemukan dongeng pengantar tidur yang indah dan gambar-gambar cantik yang akan membuat mereka tertarik.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon