Jumat, 13 November 2015

[Resensi: Renjana Dyana - adimodel] Kekuatan Rasa Hati Dyana


Judul buku: Renjana Dyana
Penulis: adimodel (Adi Kurniadi)
Editor: Alodia
Desain, ilustrasi & cover: adimodel
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: Mei 2015 (Cetakan pertama)
Tebal buku: 293 halaman
ISBN: 978-602-02-6449-3


BLURB

Gairah adalah cinta yang tersulut api.

Aku menginginkan api itu dalam cintaku. Aku ingin api yang benar-benar membakar, bukan hanya sekadar menghangatkan. Aku ingin api yang ke dalamnya aku rela terjun mengorbankan diri, demi sebuah kenikmatan.

Mencintaimu adalah satu-satunya hal yang membuatku hidup.
Mencintaimu membuatku tergila-gila, tetapi juga membuatku sembuh dari kegilaan-kegilaanku. Kau penawar sekaligus racun bagiku.

Tetapi api gairah itu menyilaukan mata. Membuatku rapuh dan jatuh ke dalam lubang hitam yang mengisapku begitu liar. Aku merasa seperti orang bodoh, yang selalu kembali dan kembali kepada rasa sakit yang tak pernah kuizinkan pergi.

Kau akan selalu kembali kepada orang yang kau sayangi, sampai kau terbangun dari mimpi-mimpi yang mengelabui hati. 
Dan di saat itulah, cinta berubah menjadi
sebilah pisau yang menikam dalam kegelapan.

Namaku Dyana...
Gairah-gairahku ingin menguasaimu
dalam seluruh mimpiku
dengan segenap hidupku.



RESENSI

Kamar. Air mata. Stasiun kereta. Metronom. Celah sempit. Seks. Gila. Benci. Darah. Ibu. Belati. Malam. Orgasme. Dendam. (prolog - hlm. 6)

Di stasiun kereta yang lengang itu pertama kalinya Aku melihatnya. Pertemuan pertama yang langsung menghantarkan halilintar di siang benderang dan menghentikan dunia sekitar.
Bagi Aku yang tak mudah terpana akan pesona pria, entah bagaimana Aku bisa terpikat seketika. Sejak itu, Aku pun mencarinya setiap hari demi bisa menatap sosoknya lagi. Tapi saat hari demi hari Aku tak bisa juga menemukannya, di hari ke sebelas Aku menyerah.
Tapi siapa sangka pertemuan kedua akhirnya tiba, dan kisah pun mulai mengalir tanpa terbendung.
Aku Dyana, jiwaku dipenuhi air mata dan luka, hingga pada akhirnya Aku mencurahkan segenap cinta pada Petra. Setelah ratusan pergumulan tubuh yang Aku lakukan dengan beragam pria, pada Petralah Aku merasakan cinta. Cinta yang penuh kegilaan, orgasme dan gairah. Cinta yang berbunga dan membawa Aku hingga ke nirwana.
Tapi kala rasa itu menjadi tiada, kekacauan mengusik keteraturan. Kala dendam dari masa lalu kembali datang dan menuntut, Aku terus mendapati bujukan Ana untuk meninggalkan semua. Menurut Ana, Aku menjadi rapuh, bodoh, dan lemah.
Ana sahabat yang muncul sejak Aku berusia 14 tahun, sejak ibu meninggal dan kemudian terus ada di sisi Aku. Ana mengenal dan memahami Aku luar dalam. Ana tahu rahasia-rahasia terpendam Aku. Terkadang rasa posesifnya membuat Aku takut.
Haruskah Aku mendengarkan Ana?

------------

Ini kesempatan pertama saya membaca novel karya adimodel atau Adi Kurniadi. Jangan tertipu dengan kavernya yang simpel dengan latar putih bersih, karena cerita di dalamnya begitu seksi dan penuh gelora, namun juga berselimut rasa kelam akan beribu pertanyaan kehidupan.

Renjana Dyana diceritakan dengan alur campuran. Sekali waktu maju, kali lain mundur jauh ke belakang, kemudian maju lagi. Namun perubahan alurnya selalu tiba-tiba. Bikin kaget. Kadang saat membaca subbab baru saya kira saya masih mengikuti kisah Dyana dewasa, tapi ternyata, kisah sudah dibawa mundur ke masa kecil atau masa remaja Dyana. Jadi saya harus menebak-nebak di masa mana adegan yang saya baca sedang terjadi.

Diceritakan dari sudut pandang Dyana sebagai 'aku', novel Renjana Dyana adalah novel yang menggunakan subbab (anak bab) yang singkat. Satu subbab hanya berkisar dua sampai empat halaman. Bahkan ada yang hanya satu halaman. Yang menarik adalah judul-judul subbab yang beberapa di antaranya menggunakan kata-kata unik dan jarang didengar oleh telinga. Namun bukan hanya menggunakan istilah-istilah asing semacam Vox Nihili, Psychotria Elata, dan lain sebagainya, penulis juga menggunakan istilah lokal seperti Mimi Lan Mintuno. Setiap membaca judul subbab selalu melahirkan rasa penasaran saya akan kaitan maknanya dengan kisah Dyana.

Di bab awal saya menikmati narasi yang gaya bahasa paralelismenya kental dengan kalimat-kalimat pendek. Alih-alih menggunakan konjungsi, novel ini memilih menggunakan repetisi. Repetisinya di awal tiap kalimat itu membuat kesan ketegasan dan kedalaman rasa.

Aku berdoa agar ibuku tidak terlalu lelah bekerja demi diriku. Aku berdoa agar pria-pria asing yang setiap malam datang itu tidak pernah datang lagi. Aku berdoa agar Ibu berhenti menangis. Aku berdoa agar ibuku hidup selamanya menemaniku. Aku tidak ingin kesepian. Aku tidak ingin sendiri. (hlm. 32)

Dan semakin ke belakang, penempatan repetisinya mulai bervariasi, bukan hanya pengulangan di awal kalimat, tapi kadang di akhir kalimat atau di tengah kalimat.

Sebagai novel yang lebih "bersuara" melalui narasi, dialog dalam novel ini cenderung singkat dan langsung. Terkadang tanpa diberi keterangan siapa yang sedang bicara. Huhuu~ jadi harus benar-benar mencerna kira-kira siapa yang sedang berdialog, nih.

Seiring dengan menajamnya konflik dan fakta-fakta serta clue kecil yang dibuka, bayang-bayang kegelapan novel mulai tersingkap. Meski saya masih memiliki banyak pertanyaan tentang sosok Petra.

Yang saya sukai dalam novel ini adalah gaya lugas penulis dalam berkisah. Ketika Dyana dilanda gairah, kalimat-kalimatnya begitu liar dan nakal. Ketika Dyana dilanda dendam dan kekalutan, kalimat-kalimatnya begitu penuh keputusasaan dan keraguan. Ketika Dyana tampil dalam bentuknya yang kuat, kalimat-kalimatnya penuh rasa positif.
Tadinya saya pikir Dyana merupakan tokoh yang labil, dan membuat kening saya berkerut karena saya menangkap Dyana memiliki beberapa cara yang berbeda dalam mencintai Petra. Namun ketika tiba di twist ending, baru saya tahu mengapa. Meski sudah punya feeling, tetap saja endingnya di luar perkiraan saya.
Tapi meski dibikin kaget dengan endingnya, fragmen-fragmen di bagian epilog saya rasa cukup mampu menjawab 'kekagetan' saya. :))

Renjana Dyana adalah novel dark and sexy romance yang dikemas dengan gaya sastra yang lugas. Membaca novel ini menjadi pengalaman yang memberi saya rasa baru. Entah bagaimana, Dyana bisa menangkap dan menuangkan kegelisahan yang kadang melingkupi saya. Tentang cinta, tentang kematian dan tentang keabadian.

TEBAR-TEBAR QUOTE

"Aku ingin mengenal kerapuhan itu. Aku ingin masuk ke dalam kekacauan itu dan tersesat di dalamnya." (hlm. 45)

Tidak ada yang kekal di dunia ini. Satu-satunya yang kekal adalah kehidupan dan kematian itu sendiri. (hlm. 61)

Katanya, seorang pendendam itu adalah orang yang dulunya begitu mencintai. Mencintai dengan sungguh-sungguh. Mencintai sepenuh hati. Mencintai setengah mati. (hlm. 176)

"Kadang ... rasanya aku ingin membunuhmu." (hlm. 205)

Inikah cinta? Keinginan untuk kembali dan selalu kembali ke pasangan jiwamu, seberapa sakit rasanya? (hlm. 211)

4 komentar:

destinugrainy mengatakan...

Ini yg infonya via twitter itu ya? Kirain harus udah baca bukunya dia sebelumnya baru bisa ikutan ngereview.

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Iya bener yg via twitter itu, Mbak Desti. Kirain juga harus udah baca karya yg lain, tapi nyoba aja, eh ternyata dapet ^^

Tiara Orlanda (Tier) mengatakan...

reviewnya bikin ngiler pengen baca :O btw aku tier, salam kenaaaal :)

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Hai Tier, salam kenal juga :)
Dibaca deh... baguus ^^

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon