Kamis, 07 Januari 2016

[Resensi: Rudy - Gina S. Noer] Kisah Masa Muda Sang Visioner


Judul buku: Rudy - Kisah Masa Muda Sang Visioner
Penulis: Gina S. Noer
Redaksi PlotPoint: Amelya Oktavia
Tim riset: Amelya Oktavia & Diva Apresya
Penyunting: Arief Ash Shiddiq, Amelya Oktavia, & Zen R.S
Perancang sampul: Teguh Pandirian
Penerbit: Bentang Pustaka dan THC Mandiri
Tahun terbit: September 2015
Tebal buku: 266 halaman
ISBN: 978-602-291-111-1
Book available at: bukupedia.com




BLURB

Ini adalah perjalanan Rudy menjadi B.J. Habibie.

Rudy adalah kisah yang disusun dari cerita-cerita B.J. Habibie yang belum diceritakan sebelumnya. Ini adalah kisah tentang perjalanan tumbuh dewasa seorang anak laki-laki dan Indonesia yang masih belia.

Tak banyak yang tahu bahwa cita-cita membangun industri pesawat terbang untuk Indonesia justru berawal dari ketakutan Rudy akan pesawat pada masa Perang Dunia Kedua. Tak banyak juga yang tahu kisah cinta tersembunyi Rudy sebelum akhirnya ia bertemu Ainun, cinta sejatinya, dan fakta bahwa Rudy tak terlalu suka kata "mimpi" sebagai kata ganti apa yang sangat ia inginkan. Baginya, "cita-cita" adalah kata yang lebih menjejak nyata.

Dalam buku ini kita akan temukan alasan kenapa Rudy jengah bila dipanggil genius, tapi lebih senang bila disebut sebagai pekerja keras yang setia. Setia pada cita-citanya. Setia pada cintanya. Kita akan mengikuti perjalanan bagaimana B.J. Habibie yang kita kenal datang dari bentukan visi besar orangtuanya, pengorbanan keluarganya, dukungan para sahabatnya, dan inspirasi terbesarnya: Indonesia.


RESENSI

Sebelum membuka lembaran awal kisah Rudy saya sudah dipaksa terharu biru dengan sebuah kalimat pembuka:

Buku ini didedikasikan

kepada tiap orangtua yang terus memberikan usaha terbaiknya
mendidik anak mereka agar tumbuh berguna bagi bangsa,
kepada tiap anak yang tekun berusaha demi bangsa yang lebih baik,
kepada mereka yang terus percaya bahwa bangsa ini selalu punya harapan. 
Kalian adalah Sang Visioner.

Kalian adalah titik mula kebaikan untuk semua. (hlm. vii)

Buku ini memang kisah tentang masa kecil dan masa muda B.J. Habibie atau yang biasa dipanggil Rudy.
Kisah Rudy yang penuh rasa ingin tahu. Berbeda dengan anak kebanyakan yang senang bermain, Rudy lebih senang berpikir dan mencari jawaban akan rasa ingin tahunya. Selalu ada pertanyaan di benak Rudy, dan jika ia tidak bisa mendapatkan jawabannya dari Papi (Alwi Abdul Jalil Habibie) atau dari buku-buku yang dibawakan Papi, Rudy akan melakukan eksperimen sendiri untuk mendapatkan jawabannya.
Kisah menggelikan hadir ketika Rudy begitu penasaran pada balon setelah membaca Lima Minggu di Balon Udara karya Jules Verne. Rudy dan teman-temannya berhasil menemukan benda mirip balon di dekat pelabuhan tapi sayangnya ketika ditiup benda itu tidak jadi bulat seperti kata Papi. Ketika Rudy yang penasaran membawa benda itu pada Papi dan bertanya, Papi malah syok dan mencari Mami, yang membuat Rudy berakhir dengan disuruh berkumur banyak-banyak. Ya ampuuuun... saya ngakak membaca kisah itu.

Buku ini terdiri dari satu prolog, 3 babak dan satu epilog. Selain itu terdapat foto-foto yang sangat "berbicara" di dalam buku ini. Foto-foto itu bukan hanya sebagai pelengkap tapi juga mengungkapkan lebih banyak hal. Saya merasa pemilihan fotonya benar-benar tepat.

Prolog merupakan potongan kisah ketika Rudy diantar keluarga dan kerabat di bandara untuk berangkat ke Jerman. Ada harapan dan keraguan yang saling melintas di benak Rudy saat harus menaiki pesawat yang akan membawanya jauh dari rumah. Sebuah perjalanan yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Babak 1 adalah babak dengan rentang kisah masa kecil Rudy hingga ia kuliah di Bandung. Bukan hanya berisi kisah masa kecil yang penuh kenakalan dan kelucuan tapi juga masa kelam saat harus mengungsi karena perang dan masa duka karena Papi meninggal.
Dalam babak ini diungkap bagaimana cara Papi dan Mami mendidik putra-putrinya. Bahwa prinsip dan visi merekalah yang mengakar kuat dalam diri Rudy.

Di babak 2 terdapat kisah-kisah Rudy setelah tiba di Jerman dan memulai kuliahnya. Kehidupan yang penuh kerja keras bukan hanya dalam hal pendidikan tapi juga dalam hal bertahan hidup. Rudy yang tak pintar bergaul dan tak sabaran harus beradaptasi dengan lingkungan, hingga ia bisa menemukan sahabat sejati. Dalam babak ini juga terlihat jelas bahwa Rudy memang tak pernah tertarik dengan politik sejak awal. Ia bahkan berani menentang kehendak Presiden Soekarno dan tetap mempertahankan prinsip-prinsipnya.
Dan bukan hanya Rudy saja yang berjuang di negeri orang dengan kiriman uang yang tak pasti datangnya. Di sisi lain ada perjuangan Mami dan saudari Rudy yang berjuang mengumpulkan uang untuk dikirim ke Jerman.

Yang paling menarik tentunya adalah Babak 3 yang bercerita bagaimana Rudy diseret pulang dan dipaksa bertemu Ainun. Rudy yang semula cuek dan enggan bertemu Ainun akhirnya luluh juga. Ini babak yang lebih singkat dibanding dua babak sebelumnya. Dan dengan menikahnya Rudy dengan Ainun maka berakhir pulalah masa muda sang visioner.
Namun masih ada bentangan masa yang harus diperjuangkan termasuk cita-cita yang oleh sebagian besar orang dianggap mustahil. Tapi bukan Rudy namanya kalau tidak keras kepala dan berhenti bekerja keras.

Membaca buku ini memberi banyak pengalaman berharga bagi saya. Bahwa setiap orangtua tak pernah sengaja bersikap pilih kasih tapi orangtua yang baik tahu bagaimana membuat skala prioritas, mana yang harus diutamakan. Dan keluarga adalah penyokong, tak boleh saling iri, semua berdiri sama tinggi dengan kapasitas masing-masing.

Buku ini membuka mata saya bahwa orangtua lah saka guru utama. Apa yang kita tanamkan akan selalu dibawa anak-anak sampai dewasa. Bahwa anak-anak adalah harapan. Bahwa mimpi aah~ bukan, bahwa cita-cita mereka haram disebut mustahil.
Cita-cita selalu akan berhasil dengan pengorbanan, kerja keras, kekeraskepalaan, dukungan keluarga, sahabat dan orang tercinta dan inspirasi yang mengakar kuat di dada. Yang tentunya adalah... rasa cinta pada Indonesia.

TEBAR-TEBAR QUOTE

Modal seorang ibu adalah suara yang didengar telinganya dan suara hatinya. (hlm. 13)

"Kamu harus jadi mata air. Kalau kamu baik, semua yang di sekelilingmu juga akan baik. Kalau kamu kotor, semua yang di sekitarmu akan mati. Mata air memberi kebaikan tanpa pilih-pilih." - Alwi Habibie (hlm. 49)

Jawaban yang datang dari pencarian akan lebih bermakna dibanding yang sekadar "disuapkan". (hlm. 56)

"Saya masa depan Indonesia. Karena saya muda dan anak muda adalah masa depan. Cikal bakal masa depan dan kalau kamu bantu saya Insya Allah dunia itu tidak buta dan tuli, kita tidak akan dilupakan." - B.J. Habibie (hlm. 180)

"Saya tidak butuh inspirator atau promotor. Yang menjadi inspirator saya adalah amanat penderitaan rakyat Indonesia!" - surat B.J. Habibie kepada Presiden Soekarno (hlm. 183)

"Mimpi? Mungkin karena kamu sebut itu mimpi makanya tidak terwujud, Rud. Mimpi bisa berubah jadi mimpi buruk. Ini lebih besar dari mimpi. Lalu, kamu mau buat apa di Jerman? Sudah banyak orang pintar di sana. Jangan sebut cita-cita itu mimpi. Cita-cita besar itu harus menjadi bagian dari jiwa." - RA. Tuti Saptomarini atau Mami (hlm. 214)

"Aku akan selalu bersama kamu dalam cita-cita itu." - Ainun (hlm. 242)


4 komentar:

Shyshe_Princess_Damina-lovely-Sun_Shine mengatakan...

Bagus bukunya, dan resensinya juga simpel membuat pembaca tertarik untuk bisa ikut membaca kisah "Rudy". Bagian masa kecil adalah yang paling menggoda, dan kedua orang tua Rudy berhasil dengan didikannya. Jempol.

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Benar, bukunya inspiratif banget. Makasih sudah mampiir :)

Anonim mengatakan...

Bagus banget ceritanya. '...

Unknown mengatakan...

Terimakasih!

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon