Senin, 23 Mei 2016

[Resensi: Kembar Dizigot - Netty Virgiantini] Usaha Nadhira Meraih Tama dan Bakatnya Kembali


Judul buku: Kembar Dizigot
Penulis: Netty Virgiantini
Editor: Wienny Siska
Desain sampul: Chyntia Yanetha
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015
Tebal buku: 208 halaman
ISBN: 978-602-03-1397-9
Link Goodreads: Kembar Dizigot




BLURB

Nadhira stres berat ketika pergelangan tangan kanannya cedera akibat ulah Kemal, si Onta Padang Pasir! Ke mana-mana ia harus menggendong tangannya yang dibalut slab gips. Apa-apa pun harus dibantu. Yang lebih menyakitkan, Ayah melarangnya pacaran dengan Narotama, dan kesempatan itu justru dimanfaatkan oleh kembarannya, Bashira, untuk mendekati cowok yang sama-sama mereka sukai itu. Nggak fair! Dasar saudara kembar pengkhianat! Mentang-mentang Bashira lebih cantik dan lebih pintar, ya?
Ketika tangannya sembuh, Nadhira semakin galau mendapati kenyataan ia tak bisa menggambar seperti dulu lagi. Arggh... ternyata begini risikonya jatuh cinta, cemburu, patah tangan sekaligus patah hati kuadrat. Sakitnya nggak cuma di sini–menunjuk dada–tapi di mana-mana.
Untung ada anak-anak "Pintu Belakang" yang terus menyemangati Nadhira berlatih. Hingga akhirnya ia punya kesempatan membalas dendam lewat ilustrasi di majalah sekolah. Ia bertekad membuat Bashira dan Narotama bertekuk lutut!


RESENSI

Nadhira merasa nelangsa. Pertama karena tangannya yang luka membuatnya jadi bergantung pada orang lain dan membuatnya merasa lemah. Yang kedua Tama mulai dekat-dekat lagi dengan Bashira. Padahal ayah sudah melarang mereka pacaran, tapi saat melihat Tama berduaan dengan Bashira di teras rumah, ayah sama sekali tidak marah. Sungguh tak adil.
Rasa frustasi Nadhira tak juga menghilang meski slab gips-nya telah dilepas. Karena ia tak lagi bisa menggambar sebagus dulu! Selama ini Nadhira bisa bersikap santai menghadapi ketidakadilan karena ia bisa menuangkan perasaan melalui lukisan, tapi sekarang ia tak lagi bisa melakukannya. Kecelakaan gara-gara membela Raven yang dikeroyok gerombolannya Kemal membuat Nadhira tak lagi bisa menggambar. Dalam keputusasaannya itulah Nadhira menyalahkan Kemal. Gara-gara Kemal, Nadhira tak lagi bisa melukis. Gara-gara Kemal, Nadhira harus putus dengan Tama dan membuat Tama dekat dengan Bashira lagi.
Bisakah tangan Nadhira sembuh seperti sedia kala? Dan siapakah yang akhirnya memenangkan hati Nadhira?

---------------

Kembar Dizigot adalah novel lanjutan dari Lho, Kembar Kok Beda? dan masih bercerita seputar konflik antara Nadhira dan Bashira. Novel inilah yang akhirnya menjawab pertanyaan yang menggantung di ending novel sebelumnya.
Di sini Nadhira mulai berubah, konflik mulai menajam dan situasi mulai nggak pasti. Nadhira mulai berdebar-debar sama Kemal. Ahaha...

Saya suka persahabatan yang mengambil banyak porsi dalam Kembar Dizigot. Raven dan anggota geng "Pintu Belakang" tetap ada di dekat Nadhira dan mendukung gadis itu bahkan saat Nadhira uring-uringan.
Lagi-lagi Bu Sharma lah yang menjadi penyelamat bagi Nadhira. Tempat Nadhira curhat dan mengungkapkan unek-unek. Hmm~ tapi mengapa namanya berubah jadi Bu Sharma ya? Bukannya di novel sebelumnya, nama bu guru BP ini Bu Sharmila?

Masih dengan gaya bertutur yang ringan dan manis, Netty Virgiantini kali ini memberi porsi yang lebih bagi Kemal. Di sini nggak ada flirting diam-diam antara Nadhira dan Tama atau ucapan-ucapan singkat Tama yang bikin meleleh itu. Yang ada adalah usaha Kemal untuk mendekati Nadhira, juga sikap kesatrianya menerima kemarahan Nadhira. Aduuh... aduuhh... kok saya yang meleleh XD

Karakter tokohnya masih sama dan masih konsisten. Hanya Bashira saja yang terlihat semakin egois. Emosi banget ketika Bashira nanya sama Nadhira bagaimana perasaan Nadhira kalau Bashira dekat dengan Tama? Ih... saya terbawa emosi jiwa jadinya.
Nadhira juga sempat merasa down dan egois karena menimpakan kesalahan pada Kemal, tapi salut dengan usahanya untuk kembali jadi dirinya sendiri.

Saya merasa konflik dalam novel ini lebih berat, bukan lagi tentang cinta segi tiga tapi juga tentang usaha Nadhira untuk bangkit setelah gagal. Nggak ada yang instant... bahwa bakat juga harus dilatih.
Sayangnya konflik yang sebenarnya mengganggu saya sejak novel pertama nggak terselesaikan juga. Tentang ayah yang selalu membandingkan Bashira dan Nadhira, yang terlalu sering menuduh dan merendahkan Nadhira dan nggak memuji bakat Nadhira. Saya gemaaaas... saya pengin ayah melihat kemampuan Nadhira, mengungkapkan kebanggaannya, melihat bahwa Nadhira berharga. Duuh... 

Endingnya melegakan dan menggemaskan. Lega karena sepertinya masih akan ada kesempatan buat Kemal. Mungkin... setelah ratusan purnama? Ahaha...

Nah buat teman-teman yang ingin merasakan kisah percintaan yang manis dan unyu, yang sederhana tapi bermakna dalam coba deh baca dwilogi ini, dijamin bakal senyum-senyum geli dan lumer meleleh. Dan tentunya bakal terinspirasi oleh perjuangan Nadhira untuk menjadi dirinya sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon