Minggu, 10 Januari 2016

[Artikel] Menjadi Book Addict Agar Tetap Sexy


Membaca adalah hobi saya yang nggak pernah berubah sejak kecil. Saya butuh membaca sebesar saya butuh bernapas. Maka bolehkah saya menobatkan diri saya sebagai book addict?




Saya dan Moment Pertama

Menurut orangtua saya, saya mulai bisa membaca sejak usia tiga tahun. Kemampuan yang dianggap istimewa saat itu, dan tentunya membuat orangtua saya jadi rajin membelikan majalah bekas untuk saya. Mengapa majalah bekas? Karena menurut orangtua saya, harga satu majalah baru bisa sama dengan harga tiga majalah bekas, jadi kalau bisa dapat tiga kenapa harus pilih yang satu sementara isinya tetap sama bermanfaat. Prinsip inilah yang melekat kuat dan saya gunakan hingga dewasa kini. :)

Meski bisa dibilang majalah Bobo lah yang membuat saya suka membaca, tapi kecintaan saya pada sebuah kisah panjang timbul saat SD. Menginjak SD saya mulai mengikuti serial Api di Bukit Menoreh karya S.H. Mintardja yang muncul setiap hari di surat kabar Kedaulatan Rakyat. Walau sudah terlambat ratusan episode (karena yang saya baca adalah kisah petualangan Glagah Putih dan Rara Wulan) toh nggak mengurangi keasyikan menunggu dan membacanya setiap hari. Serial Api di Bukit Menoreh pulalah yang membuat saya menyukai cerita silat dan menikmati pelajaran sejarah kerajaan terutama kerajaan di tanah Jawa.
Sungguh, bukankah buku yang baik selain memberi petualangan juga memberi pengetahuan baru yang berguna?


Saya, cerita silat dan detektif

Cerita silat menjadi genre pertama yang saya suka dan mengantar saya pada buku cerita silat lain yang nggak kalah fenomenal, Wiro Sableng. Untuk buku yang satu ini saya harus sembunyi-sembunyi membacanya, karena simbah bisa marah kalau tahu saya membaca buku ini. Hehe... Maklum ceritanya memang rada nakal dan beberapa adegannya belum layak dikonsumsi anak SD. Tapi mengingat minimnya literasi anak kala itu dan saya sudah melalap semua cergam gareng-petruk, maka Wiro Sableng pun jadilah. (Jangan tiru adegan ini ^^)

Saat akhirnya ketahuan membaca Wiro Sableng saya pun dibelikan novel Lima Sekawan dan Pasukan Mau Tahu. Lalu saya putuskan saya lebih suka Pasukan Mau Tahu karena petualangannya lebih lucu dan lebih menantang untuk memecahkan misterinya. Hingga kemudian bacaan misteri-detektif saya merambah ke novel-novel sejenis seperti STOP, Trio Detektif, Hawkeye Collins & Amy Adams, Seri Klub Detektif Cilik dan akhirnya... Agatha Christie.
Dua genre inilah yang menemani masa kecil dan masa remaja saya. Genre yang membuat saya suka matematika karena menimbulkan rasa penasaran dan rasa tertantang yang sama untuk memecahkan persoalan dan mengetahui jawaban yang benar. Siapa bilang membaca novel membuat jadi bodoh? Karena dalam kasus saya membaca novel justru membuat saya mendapat nilai tinggi dalam matematika. ;)


Saya dan buku wanita

Tahun demi tahun genre yang saya baca mulai meluas hingga saya memutuskan saya menyukai semuanya. Kini, dunia literasi makin semarak dan berwarna, sungguh memanjakan makhluk haus bacaan seperti saya. Banyak penerbit bermunculan dengan konsep dan visi-misi yang beragam. Salah satu yang menarik adalah Stiletto Book yang, jika ditilik dari nama dan logonya, merupakan penerbit buku perempuan.
Stiletto Book banyak menerbitkan roman-roman khas permasalahan wanita dan buku parenting yang memanjakan ibu-ibu semacam saya. Makin banyak deh ilmu yang saya dapat.
Apalagi sejak bergabung dengan Stiletto Book Club, saya mulai mengenal beberapa pembaca Stiletto Book yang bisa diajak tukar pikiran.

buku-buku Stiletto menjadi teman
me time yang menjaga saya tetap 'waras' ^^


Saya, budget dan lingkungan

Setiap bulan saya hanya menyisihkan dana Rp. 50.000,00 untuk membeli buku. Ini dana wajib untuk memanjakan diri, hadiah bagi diri sendiri. Tapi saya bisa belanja buku lebih dari itu, lho. Kok bisa? Nodong suami ya? Haha... nggak dong. Ada rahasianya. :))
Saya biasanya memilah sampah rumah: botol plastik, kaleng, koran, kardus bahkan kertas catatan utang. Sampah-sampah ini saya setor ke bank sampah di dekat rumah. Hasilnya lumayan lho! Sekali setor saya bisa dapat 15 ribu sampai 30 ribu. Uang hasil setor sampah inilah yang masuk ke budget beli buku. Jadi selain bisa menyelamatkan lingkungan saya juga bisa dapat tambahan dana untuk belanja buku. Asyik, kan? :)

Tapi meskipun sudah ada tambahan pun kadang buku yang diinginkan harganya masih nggak terjangkau. Solusinya... sabar. Sekarang banyak kok toko online dan penerbit yang menawarkan diskon dan sale yang menggiurkan, tak terkecuali Stiletto Book. Stiletto cukup sering loh mengadakan shocking sale yang menawarkan diskon besar-besaran, terutama kalau jadi member Stiletto Book Club bisa sering dapat diskon, deh.

Siasat lain untuk memiliki buku dengan dana terbatas adalah dengan prinsip saya semula: buku bekas. Atau bisa dibilang buku second. Jaringan pertemanan dengan sesama pencinta buku yang luas bisa membantu karena kadang mereka menjual buku kolpri mereka. Atau toko buku bekas bisa jadi pilihan, asal kita berhati-hati jangan sampai membeli buku bajakan.

Saya dan minat baca masyarakat

Hobi membaca saya ini bisa dibilang aneh oleh lingkungan saya. Karena saya tinggal di lingkungan padat di mana orang-orangnya selalu bergerak dinamis, kegiatan saya yang duduk diam membaca tentunya terasa kontras.
Lingkungan saya adalah lingkungan pekerja kelas menengah ke bawah, bukan saja para prianya tapi juga kaum wanitanya. Beragam pekerjaan, mulai dari penjaga kios di pasar, pemilik warung, penjual makanan, juga pekerja UKM. Tentunya sulit mengajak mereka membaca mengingat betapa dinamisnya mereka bekerja di luar dan mengurus rumah tangga mereka sendiri. Maka sasaran saya adalah anak-anak. Saya punya program read aloud untuk anak-anak, yang nggak menutup kemungkinan bagi sang ibu untuk ikut hadir. Dengan modal buku TBM (Taman Bacaan Masyarakat) saya berusaha mengemas kegiatan ini agar menumbuhkan minat baca anak-anak.
Di BKB (Bina Keluarga Balita) tingkat RW yang saya ketuai, saya menyisipkan materi membaca dan mendongeng bagi para ibu yang memiliki anak usia balita.
Saking memuja buku, jika anak saya diundang ulang tahun, bisa dipastikan kado yang dibawa anak saya bagi yang berulang tahun pastilah buku. Saya juga membiarkan rumah terbuka bagi siapa saja yang ingin membaca buku saya dan buku anak-anak saya.
Meski usaha saya nggak seberapa, saya ingin mereka memahami bahwa banyaaak sekali manfaat yang bisa didapat dari membaca buku. Membaca akan melatih konsentrasi, menghindarkan kita dari kepikunan dan merupakan bentuk rekreasi yang murah.

Saya punya harapan besar agar anak-anak suka membaca. Karena negara Indonesia didirikan oleh para pencinta buku, orang-orang hebat yang haus pengetahuan dan telah melahap banyak buku. Itu sebabnya akses terhadap buku harus dibuka selebar-lebarnya, seluas-luasnya. Agar terus bermunculan tokoh-tokoh hebat berikutnya di negara ini.
Selama ini perpustakaan yang ada hanyalah perpustakaan sekolah, universitas dan pemerintah daerah. Mestinya perusahaan-perusahaan besar juga diwajibkan memiliki perpustakaan yang bisa diakses karyawan dan warga sekitar. Sehingga masyarakat bisa tergerak dan mulai gemar membaca.


Nah, dengan pengalaman saya ini sudah layakkah saya disebut sebagai Book Addict?
Tapi terlepas dari layak atau nggak layak, membaca tetaplah menjadi napas kehidupan saya. Jika diizinkan saya ingin tetap membaca sampai tua. Sampai mata saya lamur dan tangan saya tremor saat memegang buku, saya tetap ingin mereguk dunia melalui jendela-jendela itu lagi, lagi dan lagi.
Dengan begitu, meski saya telah tua, bungkuk dan keriput saya akan tetap sexy, benar bukan? ;)





Nama: Nurina Widiani
Akun twitter: @KendengPanali
Akun facebook: Nurina Kendengpanali
Email: nurinawidiani84(at)gmail(dot)com

7 komentar:

Fakhruddin mengatakan...

Mantab, hobi kita sama suka baca buku, yg beda motivasinya :-) kalau saya baca buku supaya cepat ngantuk.

Shyshe_Princess_Damina-lovely-Sun_Shine mengatakan...

keren, gak hanya suka membaca buat diri sendiri tapi mencoba menularkan. Dan cara membeli buku dengan menyetor di bank sampah itu sangat ramah lingkungan :) love it

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Buku memang memberi efek rileks, jadi bisa sebagai penghantar tidur sambil mimpi indah :)

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Terima kasih, meski usaha saya belum seberapa :)

Unknown mengatakan...

Membaca memang menyenangkan ya

Citra Pandiangan mengatakan...

Kalau buku wirosableng kagak pernah baca tp 5 sekawan, aku suka aku suka kata upin ipin hehe

Naqiyyah Syam mengatakan...

selamat ya, aku juga suka baca buku nih

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon