Rabu, 02 Desember 2015

[Resensi: Pulang - Tere Liye] Memaknai Kepulangan Sang Jagal Jenius


Judul buku: Pulang
Penulis: Tere Liye
Editor: Triana Rahmawati
Cover: Resoluzy
Penerbit: Republika
Tahun terbit: November 2015 (cetakan VI)
Tebal buku: iv + 400 halaman
ISBN: 978-602-08-2212-9



BLURB

"Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya."

Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit.

RESENSI

Di usia lima belas tahun, untuk pertama kalinya Bujang bertemu dengan Tauke Besar. Lelaki itu datang ke kampungnya di lereng bukit barisan untuk memburu babi hutan yang telah merusak sawah milik warga. Tanpa Bujang sadari, itulah ujian pertamanya.
Hari itu ketika ia ikut berburu babi hutan dan berhadapan dengan babi hutan terbesar yang pernah dihadapinya, Bujang telah membuka pintu lebar-lebar untuk takdir masa depannya. Takdir sebagai putra tunggal jagal paling ditakuti di ibukota propinsi. Takdir yang membawanya pergi dari rimbunnya hutan bukit barisan, dan meniti jalannya di tengah Keluarga Besar Tong, penguasa bisnis ilegal di ibukota Propinsi. Hanya satu pesan mamaknya, Bujang harus menjaga perutnya dari makanan dan minuman haram.
Semula, Bujang berpikir ia akan dijadikan tukang pukul seperti sebagian besar orang yang direkrut Tauke Besar, tapi ternyata ada rencana lebih besar yang disiapkan Tauke Besar. Rencana yang membuat Bujang dua puluh tahun kemudian menjelma menjadi Si Babi Hutan, penyelesai konflik tingkat tinggi Keluarga Tong dalam dunia shadow economy.
Bisikkan nama Si Babi Hutan maka orang-orang akan terkencing-kencing ketakutan, suruh Si Babi Hutan bicara maka presiden pun akan duduk terdiam mendengarkan.
Namun, sejauh-jauh elang terbang, ia pastinya harus pulang ke sarang, akankah Bujang juga pulang? Akankah ia menemukan kedamaiannya atau ia sudah terlalu berlumur darah untuk kembali pulang?

Di keluarga ini, seluruh masa lalu, hari ini, dan masa depan akan selalu berkelindan, kait-mengait. (hlm. 315)
------------

Diceritakan dengan sudut pandang Bujang sebagai orang pertama, novel Pulang langsung memberi gebrakan melalui openingnya. Pembuka yang memberi debaran ketegangan dan rasa penasaran, yang kemudian disusul dengan adegan perpisahan yang menyesakkan. Dan memberi landasan yang kuat untuk konstruksi ceritanya.

Penokohannya kuat dan bulat. Masing-masing tokoh memiliki karakter yang mudah diingat dan menempel erat.
Yang mengesankan tentu saja karakter Bujang; jenius, kuat, nggak kenal takut dan jadi jagal nomor satu. Bujang sanggup menyelesaikan ujian apa pun. Bahkan misi yang mustahil bisa diselesaikannya meski dengan proses yang cukup lama. Tapi tetap saja rasanya superhero banget bagi saya. Susah dibayangkan bisa dilakukan oleh manusia biasa.
Saya suka penggunaan aksen Sumatra kental yang dipakai dalam gaya bicara tokoh Tauke Besar, Kopong dan Samad. Hal itu menjadi penguat setting yang cermat.

Mengangkat tema dunia shadow economy yang mengerikan, Tere Liye begitu cermat dan mendetail dalam deskripsinya. Banyak penjelasan diberikan, dan detail pertarungan yang jelas membuat suasana terbangun dengan mudah dalam pikiran saya.
Ceritanya mengalur dengan melompat-lompat antara masa kini dan masa lalu, namun saya tetap bisa mengikutinya karena cara bertutur Tere Liye yang mengasyikkan. Di satu waktu terasa tegang dalam situasi baku hantam dan ledakan-ledakan, di kala lain terasa mengharukan dengan eratnya ikatan keluarga dan loyalitas.
Saya begitu menikmati dan menunggu dengan berdebar-debar taktik apa yang akan digunakan Bujang. Bersiap menanti kejutan yang membuat terperangah.

Namun entah mengapa di bab delapan saat Bujang bertemu White, Tere Liye nggak langsung menyebutkannya sebagai putra Frans, padahal informasi itu sudah ada di bab sebelumnya ketika Frans bercerita tentang masa lalunya. Saya rasa kalimat-kalimat penutup bab delapan itu akan menjadi twist yang seru jika saja di bab sebelumnya, Frans nggak perlu menyebutkan nama putranya, cukup profesinya saja.

Saya mencatat dua kali Tere Liye melakukan pola yang sama dalam mengaduk emosi pembaca. Memutar balik suasana kegembiraan menjadi suasana sedih haru yang menyayat. Pada kesempatan pertama saya terlena dan menangis, di kesempatan kedua, mungkin karena saya sudah mengantisipasinya, saya nggak lagi merasakan twist-nya. Momennya sama, suasananya sama, waktu kejadiannya sama dan adzan subuh yang sama. Namun ternyata adzan inilah yang nantinya cukup berperan dalam penyelesaian.

Dan ketika tiba di konflik yang telah meninggi, di saat ketegangan memuncak dan saya siap menyaksikan gebrakan di bab berikutnya, saya dibawa kembali oleh penulis untuk menyusuri masa lalu, membuat ketegangan yang tadinya mendidih tertunda, diberi jeda. Membuat saya penasaran setengah mati akan kelanjutan situasi yang saya tinggalkan tadi. Cck! Bikin tambah tegang saja.

Sosok si pengkhianat sudah saya duga sejak awal. Dalam buku-buku seperti ini sudah bisa diduga orang paling dekatlah yang akan berkhianat. Sejak awal Tere Liye nggak berusaha menutup-nutupi atau berusaha mengalihkan kecurigaan pembaca pada tokoh lain, ini membuat saya senang karena bisa menikmati membaca buku ini tanpa harus curiga pada siapa pun, hanya pada satu-dua orang.
Yang nggak saya duga justru adalah penyelesai konflik batin Bujang. Itu benar-benar twist yang luput nggak terpikirkan sama sekali oleh saya.

Saya suka dengan kavernya. Warnanya pas dan nggak berlebihan. Saya menangkap filosofi matahari pagi yang diungkapkan Tuanku Imam dalam kaver Pulang.

Saya rekomendasikan novel ini karena Pulang menjadi novel yang bukan hanya enak dinikmati tapi juga sarat filosofi. Tentang keluarga dan kesetian. Dan yang terpenting tentang hakikat pulang. Bukan hanya dalam bentuk fisik ragawi tapi dalam arti yg lebih dalam, lebih sakral. Pulang pada makna awal hidup kita.

TEBAR-TEBAR QUOTE

"Pergilah, anakku, temukan masa depanmu. Sungguh, besok lusa kau akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak, kau akan pulang pada hakikat sejati yang ada di dalam dirimu. Pulang...." (hlm. 24)

Semua orang punya masa lalu, dan itu bukan urusan siapa pun. Urus saja masa lalu masing-masing. (hlm. 101)

Bahwa kesetiaan terbaik adalah pada prinsip-prinsip hidup, bukan pada yang lain. (hlm. 188)

Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaan. Keraguan. Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja. (hlm. 219)

30 komentar:

alvina vanila mengatakan...

Ihiy resensinya cakeep.

Btw Shadow economy itu apaan mbak? *males googling* *dikeplak*
Ngga ada romance nya ya? Biasanya kan tere liye cenderung mendayu mengharu biru gitu ceritanya *eaa

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Shadow economy ini kayak black market. Pencucian uang, perdagangan gelap, penjualan senjata ilegal & kegiatan ekonomi lain, tapi pelakunya ada di balik bayang2 gitu Mbak Vina :))
Romannya dikiiiiiit. Tapi mengharu-birunya tetep lah ^^

Thessa R mengatakan...

Kayanya menarik ya bukunyaa.. Brarti ini buku terbaru ny Tere liye ya?

Intan Novriza Kamala Sari mengatakan...

Ihiyy. Kak Nurina udah tebar-tebar review. Good luck :D

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Iyess. Buku yg seru banget pokoknya :))

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Semoga Intan ketularan semangat nulis review buku ini yaa. Thanks, Intan :*

Fitra Aulianty mengatakan...

Keren shadow economy
Jarang nih buku yg kayak gini >_<
Ngomong" reviewnya menggoda sekali mbak hihi
Penjelasan alurnya bikin pengen baca T_T 400 halaman pasti kenyang deh

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Thanks, Fira.
Bukan hanya kenyang lagi, tapi juga puaass ;))

Fikriah mengatakan...

Wah buku barunya Tere Liye >,< shadow economy ya wihhh... itu apa ya? x) Nah sama! aku juga suka sama covernya kak :D

Tiara Orlanda (Tier) mengatakan...

aku udah masukin ini ke wishlist gara gara kover dan reviewnya :( dan skrg baca review si kaka bkin aku tambah pengen baca haha. aaaaaaaaaaa ! aku suka cerita sedih sedihan kayaknya ini memenuhi ekspektasi deh

Cheese mengatakan...

Blm pernah baca bukunya Tere Liye .... *you know why �� Tp suka sma quote2 nya.

Unknown mengatakan...

Sukaaaaaa..Tere Liye emang keren..ceritanya selalu membuat ketagihan..ga kebayang kalo difilmkan

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Ekonomi dalam gelap-gelapan, Ki. Ngoahaha. Ada tuh di jawaban komeb Mbak Vina ^^
Bener kavernya keren, simple tapi ngena, jadi nggak berlebihan.

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Semoga santa membaca & terkabul ya wishlistnya... :)))
Reccomended soalnya #eyaamakinkompor :p

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Kalimat-kalimatnya sarat filosofi tapi juga indah & enak dibaca, kakak... :))

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Iyaa iyaa. Baca ceritanya aja udah menegangkan banget :))

Rizky Mirgawati mengatakan...

Nice review, Mba. Pokoknya kalau baca novel Tere Liye, SUKA BANGET. Semoga menjadi salah satu pemenang ya Mba :*

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Thanks Kiky, udah mampir. Ngg... nggak tahu ah, saingannya banyak sih. >.<

atriasartika mengatakan...

Ah, reviewnya detail ya. *langsung minder.. Trus ngumpet*
Tokoh Bujang memang memesona meski too good to be true. Tapi klo beneran ada, aku mau dong satu :D
*dikeplak misua* :D
Semoga beruntung, Mbak. Mari kita berjuang dan berdoa :D

atriasartika mengatakan...

Ah, reviewnya detail ya. *langsung minder.. Trus ngumpet*
Tokoh Bujang memang memesona meski too good to be true. Tapi klo beneran ada, aku mau dong satu :D
*dikeplak misua* :D
Semoga beruntung, Mbak. Mari kita berjuang dan berdoa :D

atriyon-julzarika mengatakan...

suka baca reviewnya bikin penasaran banget..
mba nurina berhasil "memancing" pembaca ;)

tezar mengatakan...

masih nunggu pinjrman bukunya #reviewertakbermodal

Abduraafi Andrian mengatakan...

semoga menang!

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Thanks Tria udah mampir, berjuang sama-sama ya :)

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Memancing apaa? Penasaran? Hehe~
Thanks yaa udah mampir, Anggrie :)

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Aduh ketawa baca komen ini XD
Makasih Mas Tezar, nggak nyesel deh bacanya :)

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Amiiiiinn...
Makasih Raafi :)

Unknown mengatakan...

Belum pernah baca karya tere liye, tapi kayaknya buku ini menarik, terutama tema shadow economynya, bikin saya langsung meluncur ke mbah google buat cari tau 😁

Unknown mengatakan...

Berarti si Bujang nggak nurut omongan mamak dong? Mamaknya nyuruh supaya mulut dan perut Bujang nggak diisi sama makanan haram, kan? Tapi nyatanya Bujang gawe jadi tukang jagal, ilegal. Piye sampeyan iki, le. 😨

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon