Selasa, 22 Desember 2015

[Resensi: Cinder - Marissa Meyer] Kisah Cinta Si Upik Bernoda Pelumas


Judul buku: Cinder (The Lunar Chronicles #1)
Penulis: Marissa Meyer
Penerjemah: Yudith Listiandri
Penyunting: Selsa Chintya
Penerbit: Penerbit Spring
Tahun terbit: Januari 2016
Tebal buku: 384 halaman
ISBN: 9786027150546
Book available at: Bukupedia.com




BLURB

Wabah baru tiba-tiba muncul dan mengecam populasi penduduk Bumi yang dipenuhi oleh manusia, cyborg, dan android. Sementara itu, di luar angkasa, orang-orang Bulan mengamati mereka, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.

Cinder—seorang cyborg—adalah mekanik ternama di New Beijing. Gadis itu memiliki masa lalu yang misterius, diangkat anak dan tinggal bersama ibu dan dua orang saudari tirinya.
Suatu saat, dia bertemu dengan Pangeran Kai yang tampan. Dia tidak mengira bahwa pertemuannya dengan Sang Pangeran akan membawanya terjebak dalam perseteruan antara Bumi dan Bulan. Dapatkah Cinder menyelamatkan Sang Pangeran dan Bumi?

RESENSI

Nama Linh Cinder cukup terkenal di seantero New Beijing sebagai mekanik terbaik. Tentunya wajar bagi orang-orang bila mengasosiasikan namanya dengan seorang pria tua. Banyak yang tak menyangka bahwa sang mekanik ternama itu adalah seorang gadis muda. Demikian juga dengan Pangeran Kaito, putra mahkota Persemakmuran Timur, yang siang itu datang ke stan milik Cinder di pasar mingguan Beijing.
Pangeran Kai datang diam-diam karena ingin memperbaiki androidnya. Android yang cukup tua namun seolah begitu penting bagi Pangeran Kai. Mereka pun berkenalan tanpa Pangeran Kai tahu bahwa Cinder adalah seorang cyborg.
Cinder menutupi kenyataan itu karena tak ingin pangeran merasa jijik padanya.
Beberapa saat setelah pangeran pergi, seketika terjadi kegemparan di pasar itu.
Salah satu pemilik toko di pasar itu tiba-tiba terserang wabah Letumosis. Orang-orang pergi dengan panik sementara sang pasien dibawa ke karantina. Beberapa tahun terakhir bumi memang diserang wabah penyakit mematikan, penyakit itu pula yang telah menyerang ayah Kaito, Kaisar Rikan, sehingga sang kaisar harus terbaring dalam ruang karantina. Dan hari itu bukan hanya pemilik toko roti saja yang terjangkiti Letumosis, tapi Peony—salah satu adik angkat Cinder—pun tertular dan harus dikarantina.
Adri, ibu angkat Cinder merasa marah dan menuduh Cinder lah yang telah menularkan penyakit itu pada Peony. Adri lalu memutuskan mengirim Cinder untuk dijadikan kelinci percobaan vaksin-vaksin anti Letumosis yang sedang diuji coba. Perlawanan Cinder sia-sia dan ia menyerah.
Tetapi ketika diuji, rupanya Cinder kebal terhadap penyakit itu. Hal ini membuat dokter Erland tertarik untuk semakin dalam meneliti Cinder.
Wabah Letumosis semakin berbahaya ketika Kaisar meninggal karenanya. Namun ancaman bukan hanya berasal dari Letumosis tapi juga datang dari Ratu Levana penguasa Bulan yang sejak lama menginginkan aliansi dengan cara menikah dengan Pangeran Kaito. Dengan kemampuan mengendalikan pikirannya yang mengerikan, Ratu Levana menjadi ancaman besar bagi makhluk Bumi. Terutama karena makhluk Bulan adalah makhluk kejam dan mengerikan. 
Akankah vaksin pengendali wabah penyakit berhasil didapatkan? Haruskah Kaito menikah dengan Levana demi beraliansi dengan Bulan dan menyelamatkan manusia? Dan akankah Pangeran Kaito mengetahui jati diri Cinder?

---------------

Saya senang sekali saat tahu Penerbit Spring hendak menerjemahkan Cinder. Novel young adult, bergenre dystopian dan romance ini merupakan novel yang mengambil cerita Cinderella sebagai dasar ceritanya. Saya cukup penasaran akan seperti apa jadinya jika sebuah tokoh fairy tale "ditempatkan" dalam dunia futuristik di Beijing.

Setting waktu novel Cinder terjadi di kisaran Third Era, yaitu pada periode waktu yang dimulai setelah Perang Dunia Keempat. Ceritanya sendiri terjadi di Beijing yang konon katanya, menurut sang penulis merupakan daerah di mana cerita Cinderella yang asli berasal. Penggambaran kota dan pemerintahan ala dystopiannya sangat detail dan fresh. Marissa memberi penggambaran yang mudah terbayangkan.

Alur cerita Cinder begitu rapi dan mengalir, asyik untuk dinikmati. Beberapa hal mirip dengan dongeng Cinderella, misalnya saja seperti Cinder yang punya ibu angkat dan dua saudari angkat, Cinder yang harus bekerja, mobil kuning sewarna labu, pesta dansa, dan kaki cyborg Cinder yang jatuh di pesta dansa!
Sangat mengasyikkan menemukan hal-hal yang akrab dalam suatu cerita namun juga dimodifikasi dengan begitu cerdas.

Cinder sendiri adalah tokoh protagonis favorit saya. Tegar, mandiri, kuat dan hati-hati. Meski ada kalanya dia merasa nggak percaya diri karena dia adalah cyborg, tapi Cinder nggak langsung klepek-klepek gitu aja terhadap Pangeran Kai. Good girl!
Pangeran Kaito Kid pastilah mencuri perhatian dengan sifatnya yang humble dan sudah terlihat bibit-bibit bijaksananya. Saya merasa kasihan melihatnya menderita di bawah tekanan Ratu Levana yang terus berusaha menyihir pikiran Kaito.
Tapiiiii... tokoh yang menyebalkan bukan hanya Levana yang angkuh saja. Yang paling menyebalkan tentu saja Linh Adri dan Linh Pearl, ibu dan kakak angkat Cinder. Marissa benar-benar bisa mengaduk emosi saya gara-gara mereka.


Sayangnya masih banyak misteri yang belum terpecahkan di dalam novel ini. Terutama tentang masa lalu Cinder, apa peranan mendiang ayah angkatnya dalam misi penyelamatan Cinder di masa lalu, dan dari mana kemampuan mekanik Cinder berasal. Masih banyak pertanyaan di benak saya yang semoga bisa terjawab di buku kedua.

Penerjemahannya bagus dan enak dibaca. Saya nggak menemukan kesalahan tata bahasa ataupun kalimat yang rancu. Terdapat catatan kaki untuk kata-kata yang asing ataupun istilah yang sulit dimengerti sehingga memudahlan saya dalam memahami cerita.

Cinder menjadi bacaan young adult terbaik saya sepanjang tahun ini. Semoga saja terjemahan buku keduanya, Scarlet, segera terbit menyusul novel ini. Sudah nggak sabar rasanya mengikuti seri Lunar Chronicles yang seru ini.
Bagi kalian yang penasaran terhadap novel ini, nantikan terbitnya Cinder pada awal Januari 2016 yaa :)



0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon